#Bimbingan Orang Tua
Satu hal yang tak pernah lepas dari kehidupan tambang adalah konflik lahan. Memang unit kerjaku tak berkaitan langsung dengan hal itu. Namun sebagai pemain belakang perusahaan, tetap saja ikut sibuk menyiapkan prasarana untuk mempercepat penyelesaian dan pemulihan infrastruktur apabila dampak konflik sampai merusak peralatan yang jadi tanggung jawabku.
Tengah malam kemarin saat lagi sibuk ngerapiin server, mendadak dipanggil meeting untuk menyiapkan sarana komunikasi buat besok pagi. Ternyata akan ada aksi lumayan besar dibanding sebelum-sebelumnya. Bila biasanya cuma masalah limbah atau debu yang bisa cepat diatasi, kali ini merupakan konflik segitiga yang melibatkan masyarakat dan perusahaan lain.
Lahan yang sudah dibebaskan perusahaan sejak tahun lalu, tiba-tiba dibuka oleh perusahaan lain dan ditanami sawit. Jalan ke arah lahan tersebut sudah diportal tapi didobrak dan kembali digarap. Pihak perusahaan sawit ngotot menyatakan lahan sudah dibayar. Perundingan di lapangan mengalami kebuntuan. Untung matahari segera terbenam dan menjadi dewa pelerai.
Hanya saja, perdamaian itu bersifat sementara yang bisa berakibat fatal bila besok tidak ada titik temu. Apalagi pihak manajemen kantor pusat keukeuh mengatakan pertahankan dengan segala kemampuan. Kalo awal pertikaian hanya melibatkan segelintir orang, aksi besoknya dipersiapkan besar-besaran. Anggota security dari semua site ditarik dipersenjatai alat berat. Bahkan ada instruksi untuk menghentikan aktifitas produksi dan seluruh karyawan beserta alat berat dikerahkan ke lokasi apabila diperlukan.
Tak perlu dibayangkan seperti apa ketegangan yang terjadi saat pagi harinya. Dua kekuatan besar bersenjata tajam dengan dukungan alat berat saling berhadapan hanya dibatasi seutas tali. Ditambah dua kekuatan lagi dari unsur masyarakat dan aparat kepolisian yang entah akan berpihak kemana apabila tawuran sampai pecah.
Dengan negosiasi yang alot, dapat ditemukan akar permasalahannya. Ternyata kedua belah pihak sama-sama memiliki surat kepemilikan tanah dan bukti pembayarannya ke masyarakat atas sebidang tanah yang sama. Bagaimana satu lahan bisa memiliki dua surat berbeda, polisi berjanji akan segera mengusut. Mereka yang siap tempur diminta pulang dan proses selanjutnya akan diselesaikan polisi dengan melibatkan pihak manajemen kedua belah pihak.
Sementara suasana mendingin. Namun tetap saja semua orang diminta siaga. Masing-masing pihak menempatkan orang di lahan sengketa. Dengan sedikit provokasi pertikaian bisa berlanjut lebih parah. Apalagi sudah ketauan bahwa surat-surat tanah ganda itu atas nama orang yang sama. Pemilik lahan menyatakan berhak menjual lagi tanahnya dengan alasan tanah tersebut terlalu lama dibiarkan tidak juga digarap oleh perusahaan. Budaya yang punya kawasan memang masih melekat kuat sehingga perlu pendekatan khusus setiap kali bermasalah dengan masyarakat lokal.
Semoga pihak kepolisian bisa segera menyelesaikan masalah. Pihak manajemen juga tidak lagi arogan dengan kata pertahankan sampai titik darah penghabisan. Bagaimanapun ini tentang nyawa sekian ratus orang di lapangan, bukan sekedar nilai uang yang telah dikeluarkan perusahaan untuk pembebasan lahan.
Ente bisa santai duduk manis di Jakarta
Ane yang di lapangan, bos...
berat...bisa2 masuk tv ini
BalasHapusentahlah...
Hapusterlalu terisolir disini
merasa sama2 sdh bayar, pst ndak ada yg bakal mengalah
BalasHapusitu dia pokok permasalahannya
Hapussmg sgr ditemukan jln
BalasHapuskeluar dr masalah jd ga korban karyawan lain ya mas....
semoga bu...
Hapussemoga bisa mencapai titik terang tanpa menimbulkan korban jiwa ...
BalasHapusamiiin...
HapusMasalah konflik lahan ini selalu saja ada dan tidak ada pernah habisnya sepertinya. Terbukti lahan kita semakin sempit memang hmm NegeriKu.. Tanah AirKu..
BalasHapusmasalahnya cuma satu kata sob
Hapusduit...
tiadalah berhak seseorang menjual sesuatu yang bukan miliknya ( termasuk yang sudah dijual kepada pihak lain ) kecuali ia siap berhapadan dengan hukum dunia, juga akhirat. Hal seperti ini bukan satu dua kali terjadi, di tempat berbeda. Semoga masalah ini bisa diselesaikan tanpa menimbulkan korban. Amin...
BalasHapusmasalahnya kalo sudah sampai ke kata duit, kadang pemikirannya ga seperti itu om
HapusIya betul itu ... para pekerja yang di lapangan yang kebat-kebit. Belum lagi para istri mereka pasti khawatir, anak2 masih kecil2. Duh, mudah2an cepat selesai. Kalo masalah lahan, waduh di mana2 begitu. Ada satu bidang yang pemiliknya bisa dua, dua2nya punya bukti dari Agraria. Ngomong2, lebih dulu yang mana? Perusahaan t4 mas Rawins ataukah perusahaan sawit itu?
BalasHapusMudah2an cepat selesai ya urusannya.
soalnya disini tidaka da lahan bersetifikat
Hapusketentuan adat ikut berperan sehingga asal buka hutan dan bikin ladang dah sah dianggap pemilik
seharusnya ada hitam diatas putih, ada aturan lahan tanah musti digunakan dalam jangka waktu sekian, kalau tidak tanah saya jual lagi :D
BalasHapus*eh itu mah sewa lahan bukan jual lahan
susah kalo dah di daerah tambang bro
Hapusterlalu banyak kekuasaan yang berebutan duit
wah wah wah... baru kali ini postingan nya bermutu yak *kabursebelomdikeroyokmassa
BalasHapusaku ga suka keroyokan
Hapuskita single aja gimana..? :))
berat banget ini postingan,,,mesti berani,,,
BalasHapusangkat pake excavator om
Hapushaha
hihii,,kata-kata terakhir nya itu loh..
BalasHapusLagi napsu ya ??
wekwkwk..
SAbar2 semoga cepet terselesaikan masalahnnya..
daripada diempet jadi jerawat
HapusSabarr ya mas...semoga gak sampai pecah tawuran-nya. Tuh sertifikat tanahnya ganda, banyak kasus serupa kayak begini...ada 2 sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh lembaga yg sama.
BalasHapussoalnya disini hutan non
Hapusjadi hukum rimba yang seringkali diberlakukan
gak bisa bayangin kalo tawur pake alat berat... kaya transpormer kali ya.... hiii...
BalasHapushaha iya yah
Hapusbaru kepikiran sama transformer
Semakin banyak orang semakin sedikit lahan untuk ditempatin, terlalu banyak orang dan banyaknya bangunan yaa om, semoga lahan konfliknya cepet di selesaikan #amien.
BalasHapusmakanya jangan di kota mulu
Hapusmasuk pedalaman sini. satu orang dikasih beberapa hektar juga masih lega...
keras juga hidup di kalimantan ya mas..
BalasHapusnamanya juga hidup di hutan yang jauh dari peradaban
Hapussebenarnya salah pendatang juga. mereka telah merusak harmoni kearifan lokal dengan buday konsumerisme. jadi bisa dikatakan semua itu senjata makan tuan...
info yang sangat bermanfaat buat di pahami, ./..
BalasHapusartikel yang bagus buat saya pelajari lebih mendalam, ...
BalasHapuswah harus di waspada tuh, ....
BalasHapus