#Bimbingan Orang Tua
Begitu sering kita dengar kata "hormatilah orang yang sedang berpuasa" sebagai anjuran setengah komplen kepada mereka yang tidak menjalankannya. Padahal bila yang digarisbawahi adalah kata menghormati, ungkapan seperti itu lebih tepat bila disampaikan kepada yang satu pemahanan. Yaitu oleh mereka yang tidak puasa kepada yang tidak puasa juga. Sesama yang puasa sebaiknya saling mengingatkan untuk menghormati orang lain yang tidak puasa.
Sebagai ibadah, sepertinya kata keikhlasan harus menjadi pondasi utama. Saat kita minta dihormati oleh orang yang berbeda prinsip, setidaknya tersirat rasa kurang ikhlas, merasa terganggu dan mungkin ada rasa iri melihat orang lain bebas makan minum sementara kita harus menahan lapar dan haus.
Untuk menilai bobot keikhlasan diri, level godaan juga perlu kita perhitungkan. Bagaimanapun juga Tuhan akan mempertimbangkan hal tersebut sebagai dasar penilaian. Ibadah yang sama bisa mendapatkan poin berbeda saat kondisi lingkungannya juga tak sama. Contoh gampangnya, seseorang yang taat beribadah saat dia tinggal di lingkungan pesantren pasti nilainya tak akan sebesar orang yang ketaatannya sama namun tinggal di komplek pelacuran misalnya.
Bila mendengar kisah tentang nenek moyang di masa lalu, tentu tak asing dengan cerita mereka harus bertapa untuk memperoleh kesaktian. Semakin lama bertapa semakin sakti orang tersebut. Semakin tinggi tingkat ilmu yang akan didapatkan, semakin berat godaan yang akan dia terima.
Dengan analogi itu, mengapa kita harus menolak godaan bila dengan itu kita punya kesempatan untuk mendapat nilai lebih di mata Tuhan. Rasanya sayang kita mendapatkan diskon nilai hanya karena ucapan minta dihormati. Memang ada ungkapan yang menganjurkan kita saling mengingatkan dan bertolong-tolongan dalam kebaikan. Namun harus dilihat pula bahwa puasa itu beda dengan ibadah lain yang hanya bisa dinilai oleh Yang Kuasa.
Sudah menjadi sifat dasar manusia yang kurang begitu suka saat diingatkan walau tentang kebaikan sekalipun. Namun manusia itu dilengkapi dengan yang namanya hati yang mudah tersentuh oleh suri tauladan. Bertolong-tolongan dalam kebaikan dengan contoh teladan kayaknya lebih mudah diterima orang lain daripada kasih nasehat bernada komplen. Karena saat hati sudah meminta, tanpa perlu diperintah orang lain kita akan melakukannya sekuat tenaga.
Analoginya mungkin seperti jaman bujangan dulu. Mendekati cewek agar mau dijadikan pacar dengan rayuan malah dianggap gombal. Banyak memberi perhatian cuma dikatain, "sok baik, lu. Ada maunya sih.." Semakin banyak aku berupaya, semakin menjauh dia seolah merasa terganggu dengan kehadiranku. Namun saat aku sudah bisa menghormati keputusannya menolakku tanpa ada sakit hati dan tetap menganggapnya teman, sikapnya malah melunak sampai akhirnya dia terus terang bilang kangen.
Dengan pemahaman itu, aku merasa tak lagi perlu terganggu oleh prinsip orang lain. Hormati saja walau bersebrangan pemikiran tanpa perlu banyak komentar. Orang mau makan minum di depanku aku tak peduli. Ada cewek yang berpakaian minim lewat juga bukan masalah. Kalopun sempat lihat pemandangan indah, toh pandangan pertama itu nikmat.
Kira-kira begitu
Namun semua yang tertulis diatas hanyalah prinsip pribadi
Orang lain mau bilang apa, aku akan tetap menghargai pendapatnya
Jalani saja deh...
semakin berat tantangan yang kita hadapi saat berpuasa, semakin mengasah sampai dimana ke ikhlasan kita menjalaninya...
BalasHapuskira kira begitu sob..
HapusMari kita hormat grakkk! :D
BalasHapusAku enek wong mangan nek pas puasa ndak peduli, Kang
Tapi nek kang Rawins mangan nang ngarepku, anaz ndak ditraktir yo tak seblak #eh :P
mau tak pangan popiye..?
HapusMari saling menghormati ^__^
BalasHapusmari...
Hapusjika semuanya saling menghormati satu dengan yg lain tanpa menimbulkan kerugian terhadap yang lain dan sekedar perbendaan prinsip, sungguh damai dan tenteram dunia ini....
BalasHapus:)
bukannya perbedaan itu yang memperindah dunia..?
Hapussetuju Om... kadang memang lbh mudah meminta kan drpd memberi :)
BalasHapusaku gak minta kok...
Hapushehe
wow
BalasHapuskenapa om..?
Hapussuka dengan analogi mengingatkan itu buat sesama sepemahaman, bukan yang bersebrangan :)
BalasHapuskita kan bebas berkata apa saja, selama kita juga bisa menghargai perbedaan pendapat
HapusOrang yang berpuasa juga wajib memahami mereka yang tidak berpuasa baik karena sedang berhalangan maupun karena berbeda keyakinan. Saya juga cuek saja kalau sedang berpuasa dan ada yang tidak berpuasa makan dan minum di depan saya. jujur saja, saya tidak tergoda.
BalasHapusDi bulan Ramadhan, hampir semua orang beriman berpuasa. Coba kalau puasa sunat Senin-Kamis, misalnya, banyak kan yang tidak tahu seseorang itu sedang berpuasa.
po meneh di tambang lik
Hapusyang ga puasa juga harus nahan diri biar ga tergoda sama yang puasa
untuk apa tergoda kalau dari awal sudah niat. toh itu juga dari diri kita masing-masing. yang makan biar makan, yang puasa biar puasa. godaan itu datangnya dari diri sendiri. ah ngomong apa sih ini. #galau
BalasHapusbest regard,
boomberita.blogspot.com
semakin digoda harusnya semakin bangga dong..
Hapusapapun itu..saling menghormati adalah lebih baik...dan terutama untuk yang sedang berpuasa, mengganggap segala sesuatu sebagai ujian saat berpuasa merupakan kenikmatan tersendiri bila ternyata kita bisa melaluinya,,,salam Ramadhan :)
BalasHapuscuma kebanyakan di lapangan, orang yang puasa suka muncul arogannya dan minta diistimewakan
Hapussaling menghoramti merupakan hal dasar, untuk menjalankan apapun aktivitasnya.
BalasHapussalam
betul pisan eta mang...
Hapusmenghormati.... semoga bukan seperti hormat kepada bendera... karena bendera tak pernah hormat kepada kita....
BalasHapus# maksute...
salam pramuka...!
HapusMas Bro, Ada THR tuh, silahkan dicicipi... tapi buat buka ya...hormati yang tidak puasa.. hehehe
BalasHapustunjangan hari rebo..?
Hapussebenernya orang puasa itu ga masalah yah klo ada org yang makan minum di depannya, itu rumah makan-rumah makan di kasih tirai kyknya bukan menghormati yang puasa tapi supaya yang ngakunya puasa trus makan disitu ga ketauan wkwkwkwwk...
BalasHapusnah itu dia yang namanya niat baik berbuntut buruk
Hapushaha
malah harusnya seneng kalo banyak yang gak puasa ya, sorga besok lega
BalasHapusberarti bisa ngapling lebih banyak yo..?
Hapuskalau aku pemilik resto, aku cenderung memanfaatkan momen itu untuk berbagi makanan berbuka dan sahur, misalnya bkerja sama dengan masjid atau panti asuhan
BalasHapusjadi ga melulu cari duit... bos dan karyawannya juga butuh ibadah, jadi kerjanya yg ringan saja
cuma masalahnya dunia ini terlalu majemuk dan orang tidak bisa berpemikiran seragam..
Hapussaya juga ikutan hormat ah :)
BalasHapuswah ada pramuka maning neh..
Hapusyg penting khan niatnya ya, kalau dah niat puasa ada byk org makan di depan juga nggak pengaruh
BalasHapusbukan soal makan yang berat
Hapussoal pemandangan indah itu lho..
tos dululah.
BalasHapuskami pun di sini berpendapat begitu.
klo mau puasa tanpa godaan ya diam saja di rumah, kunci dan jangan keluar kalau belum buka puasa :D
apalah enaknya puasa jika tak ada godaan yang menghadang hehehe *nantangin*
tanpa tantangan hidup jadi ga nendang ya..?
Hapussemakin tinggi sebuah pohon maka semakin besar angin yang menerjang,,,
BalasHapusseperti itu juga iman seseorang yg semakin tinggi maka semakin banyak dan berbobot kualitas ibadahnya,,,
tulisan yg keren dari pribadi yg keren,,,
bersyukurlah saat kita sudah bisa berpikir begitu...
Hapussipp Mas, saya juga gak masalah kok orang lain mau makan atau minum di depan saya. Toh dia yg makan bukan saya tho? Warung mau ttp buka atau tutup, kan mereka kerja
BalasHapusmau sekalian buka warung juga gapapa
Hapushehe
salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
BalasHapusPikiran yang positiv dan tindakan yang positiv akan membawamu pada hasil yang positiv.,.
ditunggu kunjungan baliknya gan .,.
siyap ndan...
Hapussukses selalu sobat
BalasHapusnice post :D
BalasHapusselamat puasa
Dua rekan kerja di seberang meja saya non muslim. Biasanya mereka selalu 'permisi' bila mau makan dan minum. Sambil berkelakar, saya sering menjawab, "Silahkan, santai saja, malah aman, soalnya saya nda akan minta. hehehehe...."
BalasHapusmalah bisa disayang temen yo om..
Hapussaling menghargai saja, setuju...
BalasHapuskalau sudah niat gak akan tergoda meski byk makanan dan org makan disekitar kita kok.
tanpa godaan apa lah artinya ibadah..?
Hapusberasa denger om Rawins ngedumel sendiri :D
BalasHapusemang kapan aku ngejurnal ga ngedumel..?
Hapushaha
mari kita hargai , dan saling menghargai kepada siapapun itu
BalasHapusberapa harganya..?
Hapushaha pisss...
Selama ini stikma yang ada adalah orang yang tidak puasa adalah umat tertrntu sendiri yang tidak puasa. Padahal banyak faktor dibelakangnya. Seperti kendala sakit dan lain sebagainya. Bagus banged artikel ini, dan membuka wawasan kita bahwa orang yang tidak puasa pun juga berhak kita hargai dan hormati
BalasHapussatu umat pun kadang masih ada saja yang mempersoalkan perbedaan pendapat. kayaknya hal semacamitu masih mahal di negeri ini, pak..
HapusSaya kira juga begitu mas, kita yang puasa justru yang menghormati mereka yang tidak puasa. Karena dipandang dari sisi kepatuhan pada perintahNya sudah menang satu level. Saya juga pernah, dihadapan saya teman saya dua orang makan rujak di siang hari yang terik. Ya saya cuek aja, lha orang sudah niat puasa masak hanya kerana itu puasa jebol.
BalasHapusbanyak komen ya yang tidak puasa, kayaknya malah menunjukan kalo kita ga rela menjalankannya... heheh
Hapuskaya wis tau ..
BalasHapusapaiya lik..?
Hapuskalo urusan makan sih gampang
BalasHapusyang susah kalo udah ada yang bening bening lewat
gagal pertamax gan, hiks...
BalasHapusgpp lah, masih bisa ikut numpang page one
salam hormat mang...
Hapussilaing teu puasa lin..?
hahaha, sesama yg tidak puasa emang pas nya saling menghormati yah : hormat graks
Hapussalam pramuka atuh...
Hapusthr geus asup nya coy..?
Setuju Mas. Wong anakku saja menghormati dan nyante aja kalau ibu'e pas lagi nggak puasa hehe
BalasHapusya memang hal semacam itu harus dibiasakan sejak dini
Hapusbiar targedenya ga kaget