31 Juli 2013

Jurnal Ngapak

#Semua Umur

Kang Ibrahim Sukman sempat nyolek di goplus, tentang kontribusi blogger Banyumas dalam majalan berbahasa Banyumasan, Ancas.

Aku jadi ingat 3 tahun yang lalu pernah mengadakan lomba nulis di blog dengan bahasa Banyumasan. Idenya berawal dari keprihatinan atas berita di Kompas yang mengatakan banyak bahasa daerah yang punah. Disebutkan pula bahasa Banyumasan pun mulai terancam ditinggalkan oleh penuturnya khususnya generasi muda.

Dengan dana ala kadarnya dibantu bi Rossy, donatur dari Durban Afrika Selatan aku pasang pengumuman lomba. Aku menemui Ahmad Tohari, budayawan ngapak yang tenar dengan novel Ronggeng Dukuh Paruk. Selain kasih tanda tangan di buku yang jadi hadiah lomba, beliau bilang mau bantu bila ada penulis ngapak yang pantas untuk diorbitkan.

Sempat bermuluk angan melihat antusiasme peserta. Aku pikir akan banyak tulisan ngapak bertebaran di blog dan bahasa Banyumasan bisa menjauh dari kepunahan.

Namun harapan tinggalah harapan...
Banyak peserta yang nulis ngapaknya hanya saat lomba saja lalu kembali ke habitat semula. Satu dua orang aku hubungi malah jawab, "temen blogku dari seluruh Indonesia, repot kalo posting pake bahasa daerah. Tar dibilang tidak nasionalis..."

Padahal aku juga tak meminta mereka merubah seluruh isi blognya pakai bahasa daerah. Cukup seminggu atau sebulan sekali tapi rutin. Sekedar menambah tulisan berbahasa daerah di internet, itu saja.

Melihat kenyataan itu, aku jadi males melanjutkan lomba yang dulu aku niatkan setahun sekali. Tak mengena pada sasaran. Aku inginnya mereka nulis itu dengan niat melestarikan bahasa sendiri, bukan mikirin hadiahnya.




Setelah itu aku enggan mengajak-ajak lagi. Biarlah aku lakukan itu sendiri seminggu sekali. Sengaja aku posting berbarengan dengan jurnal seperti biasanya, biar yang ga mudeng bahasa Banyumasan bisa mampir ke jurnal sebelah.

Aku juga tidak kasih terjemahan karena disitu aku ingin full ngapak termasuk menjawab komentar masuk. Dibilang katrok atau tidak nasionalis aku tak peduli. Pokoknya ora ngapak ora kepenak lah...

Jadi mohon maaf kalo seminggu sekali aku bikin mumet teman-teman yang tak paham bahasa Banyumasan...


Intinya
Aku tak ingin kearifan lokal warisan leluhur lenyap tergantikan budaya impor. Aku tetap menghargai teman yang menganggap bahasa daerah itu katrok dan ketinggalan jaman. Itulah sebabnya kenapa aku jalani itu sendiri dan tak lagi perlu mengajak orang lain...


Read More

Pipis Si Ncit

#Bimbingan Orang Tua

Masih tentang perpipisan...

Cara ibue mengajari si Ncip Pipis kemarin terinspirasi kekeliruan saat ngajarin si Ncit dulu.

Repot dengan cucian popok karena iron man nya kabur ke Kalimantan, ibue lebih banyak mengandalkan pempers. Praktis namun tidak ekonomis dan bikin repot ketika harus lepas pempers.

Kebiasaan pipis tinggal thuurrr terus terbawa. Asal pengen pipis ya pipis aja tak pernah kontrol dia pake pempers atau popok. Repotnya si Ncit suka kelayapan kemana-mana. Bikin pusing ibue kalo lagi manjat meja lalu thuurr di sana.

Perlu perjuangan panjang untuk melatih Citra pipis dengan benar. Itu pun hasilnya belum sempurna seperti pola pipis adiknya. Ncip saja sudah bisa pipis jongkok, Ncit masih saja pipis sambil berdiri.

Dan masalah kembali muncul ketika si Ncit masuk PAUD. Biar tidak bikin repot gurunya, setiap sekolah dia dipakein pempers. Ternyata ga pake lama, kontrol pipisnya berantakan lagi. Di rumah Ncit kembali ngompolan. Tak mau lagi dia bilang mau pipis atau lari ke kamar mandi.

Kasihan juga ibue harus mulai toilet training dari awal lagi. Tapi soal ini aku wegah komentar. Soalnya suka dijawab, "Ncit kan anak ayah. Makanya ayah kalo pipis yang bener dong biar ga nurun..."





Ga berani memperpanjang obrolan
Takut melebar ke definisi pipisnya...



Intinya
Pipis setiap orang bisa. Tapi belajar pipis yang baik dan benar ternyata susah. Apalagi yang suka pipis praktis. Enaknya dikit, mumetnya lama...



Read More

30 Juli 2013

Ncip Belajar Pipis

#Dewasa

Nelpon ke rumah menjelang cuti, temanya mudah belok ke urusan perpipisan...

Telpon kali ini ibue cerita tentang Cipta yang toilet trainingnya hampir sukses dalam waktu relatif singkat. 

Si Ncip itu anaknya nurut, dengan catatan isengnya tidak lagi kambuh. Awal dibilangin kalo pipis harus jongkok, lagi tidur pun asal kebelet pipis mendadak jongkok dulu. Tak peduli masih pake celana pokoknya jongkok langsung thuuurrr...

Pelajaran kedua untuk buka celana dulu ternyata gagal. Si Ncipnya sih nurut. Tapi dia belum mampu mewarisi skill ibue yang bisa buka celana secepat kilat. Kelamaan di proses buka celana, akibatnya suka ngocor duluan sebelum celananya terbuka sempurna. 

Ibue kasih solusi sementara. Ncip harus bilang tiap mau pipis biar ibue bantu bukain. Yang ini memang berjalan lancar. Sayang ngocornya masih di mana tempat saat itu berada. Biar kata di tempat tidur, begitu celananya dibukain, dia langsung jongkok dan thuuurrr...

Masuklah ke fase selanjutnya dengan instruksi, "Dede kalo pipis ke kamar mandi ya..."
Tahap ini sukses lebih cepat dari yang diperkirakan semula
Cuma masalahnya, si Ncip itu seneng banget mainan air
Jadinya bentar-bentar teriak, "ibu pipiiis..."
#Alesan doang...

Kalo tidak diikutin ke kamar mandi, jangan harap dia keluar ga pake lama. Akhir ceritanya hanya dua macam. Keluar dengan pakaian basah kuyup atau seperti foto di bawah...







Intinya
Semoga ibue tetap semangat ngajarin anaknya pipis yang baik dan benar
Ncip juga tak boleh menyerah dengan kesulitan buka celananya
Bapaknya saja pinter kok...


Read More

The Dream

#Semua Umur

Maaf...
Jurnal ini akan teramat panjang dan menyebalkan. 
Daripada mumet silakan dilewat saja...


Aku lagi ngubek-ubek hardisk lama mencari catatan tentang tentang server ketika kemudian menemukan beberapa file foto jadul. Sepele banget salah satunya seperti gambar di sebelah. Namun ada cerita sedemikian panjang yang terurai begitu saja saat melihat gambar itu.


Aku mulai saja dari awal...

Akhir 2007 merupakan masa yang sangat tidak enak dalam perjalanan hidupku. Terhempas di segala bidang sampai hampir mendekati titik nol. Merasa tak lagi mampu untuk bertahan, aku ambil keputusan untuk hijrah meninggalkan sedikit sisa-sisa kehidupan yang masih aku miliki.

Jakarta menjadi tujuan...
Berbekal ransel berisi 2 stel pakaian dan uang 200 ribu aku pergi diam-diam. Jangankan ucapan selamat jalan, teman atau saudara pun tak ada yang aku kasih tahu. Hape sengaja aku ganti dengan nomor baru dapat minta di dJava Seluler.

Sambung menyambung naik bus ekonomi aku mendarat di Kampung Rambutan. Hari sudah menjelang malam sementara tujuan tidak ada membuatku terdampar di Pasar Senen. Masih terpekur didepan Atrium Senen, datang 2 orang pemilik kawasan dan meminta semua sisa uangku yang tak seberapa.
#ngemut sandal




Sedikit flashback...
Sebenarnya aku punya banyak saudara, teman sekampung maupun teman sekolah di Jakarta. Tak satupun yang aku hubungi atau datangi karena aku pikir efeknya kurang bagus mengingat saat itu kehidupanku sedang benar-benar remuk redam lahir batin. 

Aku harus segera bangkit dari keterpurukan. Satu-satunya cara tercepat adalah bergerak sendiri secara mandiri melupakan aku punya kenalan. Perut lapar saat merasa tak ada tempat bergantung, otak jadi tak bisa berhenti berpikir bagaimana caranya biar bisa makan saat ini. Saat ini saja tak sampai kata hari ini. 

Dapat bantuan orang lain bukan masalah, tapi jangan sampai aku meminta apalagi berharap-harap dibantu. Pokoknya hidup mati hanya di tanganku sendiri.

Dampak yang kurasakan saat itu, aku jadi lebih berani dalam bertindak. Tak ada lagi kata takut mati demi mempertahankan hidup. Toh andai kata aku mati pun, tak akan ada yang merasa kehilangan. Seolah-olah begitu pemikiranku.
#mumet...




Kembali ke Pasar Senen...
Dengan prinsip nekadku pengabdian terbaik, aku berani nawar ke preman itu. "Ambil semua duitku, tapi ijinkan aku ikut cari makan disini..."

Nasib baik, mereka mengiyakan dan memberiku diskon 10 ribu perak. Buat makan, katanya...

Malam itu aku berbaring di emperan Pasan Senen beralas koran bekas berbantal ransel tanpa bisa memejamkan mata. Bukan soal cacing perut yang demo cuma diisi nasi setengah porsi di warteg. Namun mikirin apa yang akan aku lakukan besok pagi dengan duit yang tinggal beberapa ribu perak.

Ada sih hape Soner K750. Namun teramat berat untukku menjualnya. Karena hanya itu pelipur lara satu-satunya sebagai penghubungku dengan dunia maya. Prinsipku, biar gelandangan ngeblog tak boleh terganggu.
#sambit sandal...



Aku dapat wangsit saat melihat pengemper lain ada yang belum tidur. Buruan ke pengasong dekat halte beli rokok setengah bungkus. Dengan alasan pinjam korek sambil nawarin rokok, aku bisa ngobrol dengan pak tua yang mengaku bernama Paiman.

Sekitar setengah jam kemudian aku sudah bisa teriak, yesss...!! 

Beliau kasih solusi keren supaya besok aku ikut dia angkat junjung karung di pasar. Hasilnya lumayan walaupun ternyata tenagaku kalah jauh dibanding beliau. Sehari aku bisa dapat uang 30 - 50 ribu dengan setoran ke yang punya kawasan 20 ribu perhari. Lumayan aku bisa makan satu atau dua kali sehari karena K750-ku juga butuh pulsa agar tetap bisa onlen.
#kuplukan karung...



Sambil menjalani hidup sebagai kuli panggul, aku tak pernah berhenti mencari-cari peluang lain. Seminggu kemudian aku naik jabatan jadi pembantu teknisi dari sebuah toko komputer. Namun bukan karyawan tetap, hanya serabutan dan aku pun tetap tidur di emper pasar.

Beberapa hari kemudian, aku diajak teknisi yang jadi bosku kerjain proyek pasang LAN di sebuah ruko. Entah kenapa, pemilik ruko itu minta nomor hapeku dan bilang, "saya ada beberapa lokasi yang mau dipasang. Saya langsung ke mas saja ya, tak lagi lewat toko. Toh semuanya juga mas kerjain sendiri..."
#penghianat...



Penghasilanku meningkat lumayan. Tapi aku harus menabung makanya belum berani ngontrak kamar. Sampai suatu hari waktu aku melepas lelah di trotoar sebrang halte busway, tiba-tiba ada yang panggil. Ternyata teman lama waktu aku masih jadi teknisi telepon umum Kandatel Tasikmalaya. Saat itu dia jadi dokter magang di puskesmas Padaherang.

Teman yang sudah jadi dokter di Lemhanas itu maksa aku musti ikut. Jadilah aku pindah numpang tidur di Kebon Sirih, meninggalkan emper toko yang hampir sebulan jadi pengantar mimpiku.

Baru beberapa hari aku bisa tidur nyaman, teman-teman dari Cilacap menghubungi lewat Multiply. Butuh bantuan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dan memintaku ke Jogja

Sempat mikir agak panjang mengingat perjuanganku meraih kehidupan layak masih panjang sebelum akhirnya aku putuskan berangkat. Beberapa pesanan proyek aku serahkan ke mantan bosku, itung-itung ucapan terima kasih atas bantuannya.



Sampai terminal Pulogadung, kesialan yang sama kembali terulang. Dompetku yang sudah mulai berisi harus dikosongkan seketika dibawah ancaman. Mau membatalkan perjalanan, aku sudah telanjur janji. Akhirnya dengan recehan tersisa aku naik bus yang ternyata cuma bisa sampai Solo dan musti puasa sepanjang perjalanan.

Di bus aku ingat ada teman di IAIN Kartasura. Teman lama yang juga baru ketemu lagi atas bantuan Google. Dengan menebalkan muka aku minta disamperin ke terminal untuk minta ongkos sampai Jogja. Ternyata niatku tak kesampaian. Rencana ke Jogja akhirnya batal karena aku dipaksa ikut ke rumah dia dengan alasan sudah 15 tahun tidak ketemu muka.

Aku pamit mau cari kerjaan pun dilarang malah diceramahin. "Tolong hargai saya, mas. Saya bisa begini karena didikan sampeyan dulu. Tinggalah sementara di sini, kalo butuh apa tinggal ngomong..."

Tak enak jadi benalu, aku putuskan untuk minggat walaupun bingung tak ada ongkos. Aku pun bilang ada perlu ke warnet dan tak enak kalo numpang ngenet di kantor dia. Ndilalah dikasih duit. Jadilah acara kaburku sukses.




Sampai Jogja aku turun di Janti. Makan di angkringan nasi kucing sebrang flyover sambil mikir malu apa engga minta jemput teman-teman Cilacap setelah ingkar janji. Saat bingung itulah datang superhero yang saat ini dikenal dengan nama Juragan Pacul. Dibawalah aku ke kediaman beliau di kawasan Jl Kaliurang.

Tak enak cuma makan tidur online di rumah direktur PT Patjul Tjitjipilah sementara aku mau bantuin angkat junjung galon tidak diijinkan, aku pamit pindah ke daerah Papringan gabung bareng teman-teman Himacita cari donasi untuk kegiatan mereka.

Kupikir kegiatan sudah bisa jalan, aku putuskan untuk ke Jakarta kembali mencari kehidupanku dari awal. Tiket kereta Gaya Baru Malam seharga 28 ribu tertanggal 27 Februari 2008 itu yang jadi prasastinya. Sengaja aku pilih kereta api karena trauma dengan kejadian sebelumnya di terminal bus.

Tiba di Jakarta aku langsung ke Tangerang. Mang Maya menghubungiku lewat Multiply kasih informasi kerjaan di Kebayoran Lama jualan baju muslim. 




Tahu dapat kerjaan di sana, Lik Ihin teman di Multiply memintaku tinggal di rumah dia di Jl Asyirot. Setelah gajian baru aku ngontrak kamar didepannya dan untuk kesana kemari aku dikasih sepeda oleh teman yang di Lemhanas.

Beberapa bulan aku menjalankan bisnisnya Pak Roni Yuzirman founder komunitas Tangan Di Atas, Lik Ihin bilang kantor dia butuh teknisi komputer. Hengkanglah aku dari ManetVision dan pindah ke SAComm yang bergerak dibidang advertising.

Sampai suatu hari bos Sapto yang pelukis tiba-tiba manggil dan bilang akan bikin galeri di Jogja. Aku diminta berangkat ke Jogja mempersiapkan segala sesuatunya dengan target dua bulan rumah ambruk sisa gempa di Jl Sukonandi harus jadi galeri. Tiket kereta Argo Dwipangga disodorkan berikut sekian gepok uang musti aku bawa.




Bawa uang banyak sementara peristiwa di Pasar Senen dan Pulogadung masih membekas membuatku salah kostum. Niatku pake kaos lusuh, celana pendek dan ransel butut demi keamanan membuatku lupa bila kali ini keretaku berlabel eksekutif.

Dampak yang aku rasakan selain kedinginan kena AC, saat pramugari nawarin menu makan aku dilewatin begitu saja. Musti panggil-panggil baru disamperin. Rada empet dengan diskriminasi sosial itu, waktu bayar makanan senilai 48 ribu aku sodorin uang 100 ribuan sambil bilang, "kembaliannya ambil saja, mbak..."

Efeknya menyebalkan...
Setiap kali si mbak cantik itu lewat, pasti senyum sambil nanya, "pesan makanan atau minuman lagi, pak...?"
#tepok dengkul...




Tanggal 17 Agustus 2008 launching galeri sukses...
Saat beres-beres ransel bersiap balik ke Jakarta, si bos bilang, "kamu di sini dulu saja. Bantuin manager galeri cari tambahan karyawan lalu ajarin tentang administrasi dan marketingnya..."

Sebulan kemudian aku laporan ke bos kalo semua tugasku sudah kelar sambil nanya kapan kembali ke Jakarta. Dan jawaban yang aku dapat, "managermu kayaknya ga bisa jalan. Kamu tetap di sini saja deh. Urus galerimu baik-baik yo..."




Begitu ceritanya...

Target dua tahun menghilang dari teman dan keluarga terhitung sejak awal minggat, sepuluh bulan kemudian aku sudah berani pulang dan sungkem ke orang yang melahirkanku dan telah sekian lama kebingungan mencari jejak anak lanangnya.

Sebuah pencapaian yang mungkin tak bisa aku raih bila dulu aku tetap bertahan tak mau hijrah. Juga akan sulit tercapai kalo aku tidak merasa sebatangkara pilih tergantung kepada teman atau saudara.

Kata terima kasih dan rasa syukur mendalam yang tiada habisnya akan teman-teman yang telah banyak membantuku bangkit dari keterpurukan. Alhamdulillah saat ini mereka sudah bisa sukses seperti harapanku saat nasib menganiaya habis-habisan dulu.

Dokter Tata saat ini masih di Lemhanas namun sudah punya klinik sendiri yang keren
Kanthong kabarnya jadi Kabag Anggaran di STAIN Surakarta
Mang Maya masih di Jakarta jadi bos Indonesian Research Development
Lik Ihin sekarang di Kudus punya bisnis waralaba ayam goreng
Juragan Pacul biarpun ngakunya jualan panci, sudah jelas sukses jadi boyband Korea
#slow profile banget...

Sayang pak Paiman tukang panggul aku tak tahu kabar terkininya. Sedangkan Multiply sudah wafat beberapa bulan lalu..



Sebagai penutup, aku ingin mengutip slogan yang muncul di awal langkah dulu, terinspirasi seekor angsa kecil di tengah hujan dan kini aku sematkan di blogger profile.

"Aku hanya seorang pencari yang tak pernah tahu bagaimana dunia melihatku. Tetapi aku memandangnya sebagai seekor angsa kecil yang mengais tanah becek di tepi telaga mencari sepotong cacing tersisa, sementara danau kebenaran seluas lautan di depanku tetap tak terjamah..."


Intinya
Seringkali kita terbentur masalah sampai setiap waktu update status galau. Bermacam mimpi diungkapkan namun tak jua mulai melangkah. Filosofi ajian lampah lumpuh yang kuncinya hanya kata kembali menjadi bayi ternyata bisa jadi solusi. Memulai segalanya dari kondisi sebatangkara tanpa daya tak punya apa-apa membuat kita lebih berani berpikir dan bertindak di luar nalar manusia dewasa. Saat kita sudah ikhlas dengan ketiadaan itu, bantuan tak terduga akan datang dengan sendirinya tanpa diminta. Dan perjalanan hidupku itu adalah buktinya...

Kuharap mimpi buruk ini hanya aku saja yang mengalaminya
Semoga...


Read More

29 Juli 2013

Misuh Is The Best

#Bimbingan Orang Tua

Senin pagi yang ngantuk, malah ada teman yang curhat. "Sudah kebelet nikah tapi beda keyakinan, gimana baiknya ya..?"

Aku cuma bilang, "Terserah elu. Elu yang mau melangkah ya elu yang pilih jalannya. Tar nikmatnya juga elu sendiri yang rasain..."


Urusan curhatan teman, aku lebih suka jadi pendengar. Siapa tahu setelah unek-uneknya keluar, otak jadi plong dan bisa mikir jernih. Kalo pada akhirnya aku ikut ngomong, seringnya sih bukan dalam rangka kasih solusi. Tapi malah curhat balik, hehe...

Mau bikin baju kok ngukurnya di badan orang lain. Kemungkinan ngepasnya terlalu kecil. Teman dibutuhkan bukan untuk kasih solusi, melainkan biar tak merasa sendirian sehingga jadi pede ambil keputusan.

Aku sendiri bila ada masalah lebih suka diam sejenak tak langsung ambil keputusan. Entengin dulu beban di kepala dengan cara misuh-misuh di blog. Setelah longgar baru mulai mikir lagi. Memaksakan otak bekerja dalam kondisi error, hasilnya bakal lebih error lagi.

Kenapa musti misuh..?
Menurutku itu lebih efektif untuk melepas unek-unek ketimbang bikin status galaw. Jadi penyair melow hanya bikin hati makin carut marut. Teman-teman juga ga bakalan simpati dalam arti kata yang sebenarnya.

Paling-paling basa basi doang, "semoga cepat beres masalahnya ya..."
Sambil dalam hatinya bilang. "egepe..."

Aku lebih suka menceritakan kegalauan sebagai satu kesialan, bukan kesedihan. Karena kesialan seseorang adalah hiburan terindah bagi orang lain. Yang penting ambil positifnya. Hanyutkan diri dalam kebahagiaan teman yang lagi ngetawain apesnya kita. Jangan sampe mikir, "lagi galau malah diketawain..?"

Tidak manusiawi..?
Faktanya selama ini, aku enjoy dengan jalan itu...




Balik ke soal beda keyakinan...
Ngapain sih musti pusing orang dari sononya manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling melengkapi. Kalo sekiranya perbedaan itu akan berefek positif ya jalani. Kalo bakalan bikin masalah, hindari saja lah...

Nyatanya aku dan ibue Ncip tak pernah ada masalah besar walau beda keyakinan
Sampai sekarang perbedaan itu tak pernah bisa disatukan. Aku begitu yakin kalo wajahku ganteng, sedangkan keyakinan ibue beda lagi...

Dan ada juga teman yang putus cinta gara-gara perbedaan, tapi jangan ditiru.
Beda kelamin katanya...


Intinya
Aku tak pernah tahu kenapa ada saja yang suka curhat, padahal di akhir cerita selalu komplen, "ngaco lu semprulll..."


Read More

Katuranggan

#Bimbingan Orang Tua

Gara-gara Pacul juragan kaos bilang kangen suasana puasa di Jogja, aku jadi inget obrolan masa lalu saat beliau masih jadi juragan galon. 

Nunggu maghrib sambil ngebir, tiba-tiba beliau nyeletuk begini, "burung saja bisa bikin sarang untuk pasangannya, masa kita belum mampu kasih rumah layak untuk berteduh anak istri..?"

Terasa bener nancepnya kata-kata itu sampai aku kepikiran apa yang disebut Katuranggan. Ini adalah kearifan lokal dari filosofi Jawa dimana seorang laki-laki bisa menjadi Pria Utama bila sudah memiliki garwa, curiga, turangga, kukila dan tentu saja griya.

Penjelasan singkatnya...
Filosofi sebenarnya dari katuranggan itu adalah keserasian dan keharmonisan yang dinilai secara utuh dan tidak sepotong-sepotong. Ini yang kadang bergeser maknanya bahwa seorang pria bisa dikatakan ksatria bila punya banyak katuranggan.

Pertama adalah garwa atau istri. Seorang hero bukanlah laki-laki dengan istri banyak, melainkan yang bisa menyelaraskan kehidupannya secara harmonis dengan pasangan. 

Kemudian curiga atau keris. Ini dikiaskan sebagai kekuatan atau kemampuan seorang pria untuk berkarya demi masa depan keluarga. Kalo cuma bisa petantang petenteng di jalanan kaya punya nyawa selosin tapi istrinya tiap hari makan ati itu sudah keluar jalur.

Turangga itu kuda. Bukan diartikan punya banyak mobil mewah tapi istri musti puasa 10 tahun buat nyicilnya. Filosofinya lebih ke arah kemampuan bergerak cepat atau mobilitas yang tinggi sehingga setiap masalah bisa segera diatasi secara cepat dan tepat.

Kukila adalah burung. Banyak yang salah kaprah mengartikannya sebagai perkutut. Padahal pemaknaan lebih tepatnya adalah hobi. Laki-laki harus punya hobi yang keren seperti memelihara perkutut. Diasumsikan bila orang sudah punya hobi yang wah, berarti segala kebutuhan primer dan sekunder keluarganya sudah bukan masalah. Mengutamakan hobi tapi istrinya merana tidak tercukupi nafkahnya lahir batin bukanlah ciri pria utama.

Griya sudah jelas rumah. Tempat berteduh dan membesarkan anak-anaknya dalam kebahagiaan.


Kalo ini domba, bukan turangga...


Kembali ke Pacul...
Bagaimana saat itu ga sempat kepikiran..?
Juragan Pacul bilang begitu pada waktu aku masih jadi doktor, alias mondok di kantor. Ada kendaraan pun sama, statusnya inventaris perusahaan.

Tidak punya griya atau turangga sudah maksa cari garwa...
Enak bener cari istri cuma modal burung atau jimat doang..?

Kata mang Lembu tea mah, "istrinya rabun ya..?"
#Semprul...


Intinya
Katuranggan adalah konsep ideal tentang pria ksatria. Bila ternyata pelaksanaannya tak seideal konsepnya, itu sih derita elu, cuy...
#deritaku juga...


Read More

28 Juli 2013

Kutukan Ngintip

#Dewasa

Rencana nongkrong panggang kancil gagal...

Pasukan malah pilih mancing. Alasannya sekarang musim anjing kawin yang berisik dan bikin kancil tak mau nongol dari tempat persembunyiannya. Karena aku ga suka mancing, jadilah acaranya jalan-jalan ngintip babi hutan pacaran. Ngintip anjing kawin enggaklah. Bosen doggy style mulu mereka...

Ngintip orang mandi apalagi...
Kalo yang ini bukan soal bosen. Melainkan pantangan berat yang bisa berakibat fatal kalo dilanggar. Mitosnya, mereka yang suka ngintip orang mandi akan dikutuk jadi batu.

Dan ini bener banget bukan sekedar mitos...
Tahu sendiri lah aku orangnya ga percayaan hal begitu. Makanya awal datang kemari pernah mencoba membuktikan larangan itu. Sengaja cari info tempat dan waktu dimana gadis-gadis pada mandi. Kalo salah sasaran yang mandi rombongan nenek-nenek kan kacaw. Disambit susur bisa langsung jelek tampangku nanti.

Modusnya tak perlu mumet. Seragam standar tambang kan termasuk kacamata hitam juga. Jadinya lewat sambil melirik ga bakalan ketahuan.

Ternyata kutukan itu benar adanya. Ga pake lama aku langsung ngacir takut seluruh tubuh keras jadi batu. Padahal baru lihat sebentar doang, aku merasa ada bagian tubuh yang mulai mengeras. 
#Gawat...




Masih di seputaran sungai, ada lagi kutukan lain yang tak kalah gawat...

Di sini banyak sekali jembatan kayu yang panjangnya bisa sampai 3 kilometer. Saat berada di jembatan itu, kita tak boleh ngomong yang tidak benar. Apalagi sampai menjelek-jelekan orang-orang gagah bak pasukan armagedon di atas.

Mitos yang berlaku di sini, kalo sampai ada yang ngomong jelek, maka orang yang diomong itu akan berubah jadi seperti ini...





Makanya...
Don't try at home...
In the jungle sajah...


Intinya
Aku lagi ngantuk campur mumet pengen segera pulang ke Jogja sebelum menjadi patung...


Read More

Celeng

#Banyumasan

Urip nang alas, apa maning sing teyeng digawe crita nek ora celeng. Crita SPG mbok diomong ngrebut lahane wong liya. Topik kuwe kan wis dadi lapake juragan kaos sekan Korea.

Asline nyong ora kaget karo sing jenenge celeng. Soale jaman cilik biyen, sering ana celeng mlebu ndesa. Sering werueh nek kaya kuwe, dudu nyong sok ngepet. Nek ngopet lah kayane tau....
*tiru lilike zach...

Malah biyen nyong meh kesrudug...
Critane kan lagi klinthung meng tangga desa njujugna tempe serinjing menggone lilike. Ndilalah nangkono akeh wong Sundane. Pancen krungu ana sing rame-rame lagi ngoyok-oyok apa. Tapi goleh ngorong-ngorong nyebute, "bagooong... bagooong..."

Nyong ya santae bae. Sengertiku bagong kuwe kan jeneng wayang aliase bawor. Basan cedek jebul celeng. Anu nyong esih cilik sekolah be urung, mlayua ya mesti kecandhak. Sidane tempene tek tumplek, rinjinge tak walik go umpetan.

Pancen aman ora ngasi kesrudug. Tapi tekan ngumah malah disrudug mamake. Tempe sepirang-pirang ledeng kabeh kepenyak celeng sisan wong sing pada nguber.




Nek nangkene...
Celeng cilik biasane lulut tur ora galak. Tapi nyong wis kapok ora pengin ngulaih maning. 

Dudu masalah rinjing apa tempene tanggane kepenyak. Biyen pas anyar teka mengeneh, nek liwat sok ana celeng ngglibed bae meng sikil. Kesuh, tek dupak nganggo sepatu septi ngasi kaing-kaing...
*celeng bener kaing-kaing yah..?

Celeng cilike kabur mbecir bantere ora etung. Jarku kapok ora maning-maning ngrusuih wong liwat. Jebul teka maning karo mamake. Gantian nyong sing mlayu ngasi keplarak-plarak dibedhig celeng gedene se drim...
*kapok polow yur drim...


Pokoke
Nek urusan celeng, kenangan indah wis akeh
Ora maning-maning lah...


Read More

27 Juli 2013

Nongkrong di Hutan

#Bimbingan Orang Tua

Malam minggu ya..?
Jadi inget Bang Haji...

Apa artinya malam minggu
Bagi orang yang tidak mampu
Mau ngejablay tak beruang
Akhirnya nongkrong di pinggir hutan
Huwoo huwooo...


Wes gitu saja lah...
Sekali-kali represing sama pasukan ke posko perjuangan di pinggir hutan, melepaskan diri dari jeratan hape dan laptop yang bikin autis.

Poskonya keren...
Biarpun cuma gelar tikar doang tapi jauh lebih nikmat dibanding hotel berbintang dalam urusan bill. Ga perlu AC sudah adem efek angin menerobos masuk dari sela-sela dinding papan. Mau mandi atau boker tak perlu bingung closetnya duduk apa jongkok. Tinggal ke kali bisa menyelam sambil throw big water...

Musik pengantar santai, ada serangga hutan yang tak pernah bosan bernyanyi sepanjang malam. Butuh penghibur, tinggal bersiul tar juga nongol miss pigy favoritnya lik Zach...




Bermalam mingguan di hutan memang indah...
Minimal aku bisa melupakan sejenak kebutuhan manusia modern akan listrik, internet dan sinyal hape. Kembali memeluk masa lalu yang indah dengan penerangan teplok dan masak pake kayu bakar.




Sapa mau ikut..?
Tar aku bonusin akar pasak bumi deh
*nyabut dhewe...


Intinya
Sekedar melepas penat otak sekalian mengenang masa kecil dan menguji tingkat ketergantungan pada teknologi...

Pamit dulu sampai besok...

Read More

26 Juli 2013

Perubahan Pada Anak

#Semua Umur

Waktu ibue kirim foto Citra seperti yang aku pasang di jurnal Baju Lebaran kemarin, aku cuma bilang, "akhirnya berubah juga dia..."

Anak cewek ga pernah kelihatan feminimnya blas. Senengnya main bola, manjat pagar atau ngejar-ngejar kambing di sawah. Aku sih seneng saja punya anak yang aktif bergerak. Namun kasihan ibue kalo semua sifatnya diborong dari bapaknya.

Setelah sekolah pun belum kelihatan perubahan sikap. Ditanya siapa saja teman di sekolahan, lancar banget nyebutin banyak nama yang semuanya cowok. Ditanya teman yang cewek siapa, nyebutinnya cuma satu dua itu pun loadingnya lama.

Waktu ngantar ke sekolah, aku sempat nungguin sebentar. Beneran tuh anak gabungnya sama teman-teman cowok. Malah gurunya bilang gini, "mbak Citra kalo jam tidur tidak mau di ruangan putri, pak..."
#Mantap...

Dengar si Ncit sudah mau belajar lenggak-lenggok terus terang aku lumayan seneng. Baru saja aku sampaikan itu ke ibue, eh sudah ditimpal, "tapi manjat lemari sama mainan obengnya tetap jalan, yah..."




Biarin lah...
Namanya juga masih bayi. Nanti gede dikit juga berubah dengan sendirinya. Minimal sisi kecewekannya sudah mulai kelihatan. 

Aku menyadari ini setelah melihat kakaknya si Ncit yang di kampung. Adi dari bayi juga tak pernah mau dikasih mainan sebagaimana layaknya anak-anak. Mobil-mobilan atau pestol-pestolan sebentar sudah dilempar ke halaman dan kembali bermain dengan alat kerja bapaknya.




Sampai masuk SD dia jarang banget mau keluar rumah dan pilih ngelonin komputer sampai aku siapkan satu PC khusus biar ga ngerecokin kerjaan bapaknya terus. Nyatanya setelah besar dia bisa sedikit melupakan komputernya dan berganti hobi main sepeda sampai badannya berubah keling.

Atas dasar itu pula, aku tetap damai kalo ibue suka ngajak ngobrol tentang Cipta. Anak lanang malah aleman pol dan hobinya main boneka. Kemana-mana tak mau lepas dari boneka babi pink yang sebenarnya milik mbaknya. Haqul yakin saja beberapa tahun ke depan pasti berubah.





Intinya
Tak perlu cemas ketika anak balita punya hobi yang menurut orang tua kurang pas. Seiring bertambahnya usia, akan terjadi perubahan sifat mengikuti pola genetik dan pengaruh lingkungan...


Jurnal ini aku tulis untuk menanggapi curhatan teman yang khawatir dengan kegemaran bayinya. 
Ada yang berkenan nambahin..?


Read More

Baju Lebaran

#Semua Umur

Beberapa hari sinyal hape hilang dari peredaran. Pengen nelpon ke rumah musti muterin kompleks dulu atau manjat pohon. Dan begitu sinyal muncul, belum juga mencet nomor keburu ada sms dari ibue, "THR kapan dibagi, yah..?"

Ini nih yang namanya sms of the week...
Aku bales saja, "duitnya masih dijemur belum kering, lagian lebarannya ga lewat Jogja..."


Baju lebaran...
Ritual tambahan yang tak masuk dalam tata urutan upacara keagamaan namun seringkali menjadi yang utama. Apalagi setelah kaum kapitalis begitu jeli memanfaatkan momen lebaran untuk menjejalkan paham konsumerisme. Tak heran kalo banyak ibu-ibu yang terseret euforianya dijebak kata diskon. 

Tidak ada yang salah karena aku cari duit juga buat mereka. Cuma salut saja, kok mau-maunya beli baju buat anak pada saat rame begini. Emang bener toko-toko pajang diskon gede-gedean. Tapi pernah ngecek engga harga yang dipajang sebelum musim lebaran berapa..?

Aku bilang begitu, soalnya pernah kerja di toko baju. Kalo mau pajang diskon 50% harganya dinaikin dulu 2 kali lipat lebih. Memang ada yang diskonnya beneran tanpa di mark up dulu. Namun seringnya itu barang ga laku yang stoknya numpuk di gudang kelamaan.


Anak sekarang tiap kali bapaknya gajian juga dibelikan baju. Ini berbeda dengan jaman bapaknya kecil dulu. Baju baru ya harus nunggu lebaran. Malah kalo baju sekolah sudah mulai rusak, dibeliinnya pakaian merah putih. Makanya dulu berlebaran pake baju pramuka atau seragam SD adalah hal yang lumrah.

Anak sekarang kalo dengar cerita itu mungkin akan bilang, "miris..."

Tapi kenyataannya tidak...
Kebahagiaan anak-anak jadul akan baju lebaran jauh lebih besar ketimbang anak sekarang. Aku ingat betapa semangatnya dulu berpuasa hanya karena dijanjikan selembar baju berbahan tetoron yang tipis dan celana kolor berlabel segitiga biru.

Begitu nyampe di tangan, pagi sore siang malam diliatin atau diusap-usap dengan mata berbinar-binar berharap lebaran segera tiba. Jaman dulu baju lebaran pakenya ya harus lebaran. Sebelum masanya, sekedar mencoba pun tak berani aku lakukan. 

Masa-masa mengharukan...
Yang tak kan pernah bisa dirasakan lagi apalagi oleh anak sekarang...


Intinya
Masa lalu mungkin tidak enak. Namun sangat indah karena begitu banyak kebahagiaan yang bisa dibangkitkan hanya dengan sesuatu yang teramat sederhana...



Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena