Tak banyak yang menarik dari pembukaan pameran kemarin, selain sebuah perbincangan pendek dengan Asty saat menunggu hujan reda seusai acara. Temanku itu sedikit protes tentang kesibukanku yang hampir tiada waktu selain untuk pekerjaan. Sampai akhirnya terlontar sebuah pertanyaan yang pelan tapi dalem, "mana yang mas pilih, pekerjaan atau pacar?"
Aku tak perlu berpikir panjang untuk menjawab, "kerjaan donk..."
"Emangnya mas cari duit buat apa..?"
"Buat masa depan."
"Emang pacar bukan masa depan mas?"
"Bukan. Baru hampir"
"Kejam..."
Aku ngakak dengan kata terakhirnya. Lalu kucoba memberi sebuah pengertian.
"Engga begitu, Asty. Kadang kita butuh waktu bertahun-tahun untuk mencapai karir. Kenapa kita harus pertaruhkan hanya untuk seseorang yang baru saja belajar untuk masuk ke dalam hidup kita. Harusnya cewek tuh lebih bisa mengerti bahwa dia belum punya hak mengganggu pekerjaan cowok..."
"Berarti gombal dong bilang sayang sayang..?"
"Ya ga gitu. Secara logika, kalo kita punya karir mapan, mau cari cewek yang seperti apa kayaknya ga begitu sulit."
"Lho... emangnya semua cewek tuh matre..?" temenku itu rada naik tegangan.
Aku tertawa lagi. "ini bukan soal matre apa perangko. Tapi kenyataan hidup. Berapa banyak teman yang ditinggal ceweknya setelah karirnya berantakan hanya karena lebih mementingkan ajakan jalan-jalan daripada mengejar deadline kantor? Harusnya cewek tuh sadar posisi, kalo dia tuh belum jadi nyonya..."
Kali ini temenku diam, walau kelihatan masih mencari celah perlawanan. Masih menarik sebenarnya obrolan ini dilanjutkan. Sayang ada kolektor yang mencariku. Sambil beranjak aku tepuk pundak temanku itu.
"Sudahlah... Jangan terlalu dibebani ketakutan akan sebutan cewek matre. Coba pikirkan, emang kamu mau jadi pacarku kalo aku seorang pengangguran...?"
to be continue
Aku tak perlu berpikir panjang untuk menjawab, "kerjaan donk..."
"Emangnya mas cari duit buat apa..?"
"Buat masa depan."
"Emang pacar bukan masa depan mas?"
"Bukan. Baru hampir"
"Kejam..."
Aku ngakak dengan kata terakhirnya. Lalu kucoba memberi sebuah pengertian.
"Engga begitu, Asty. Kadang kita butuh waktu bertahun-tahun untuk mencapai karir. Kenapa kita harus pertaruhkan hanya untuk seseorang yang baru saja belajar untuk masuk ke dalam hidup kita. Harusnya cewek tuh lebih bisa mengerti bahwa dia belum punya hak mengganggu pekerjaan cowok..."
"Berarti gombal dong bilang sayang sayang..?"
"Ya ga gitu. Secara logika, kalo kita punya karir mapan, mau cari cewek yang seperti apa kayaknya ga begitu sulit."
"Lho... emangnya semua cewek tuh matre..?" temenku itu rada naik tegangan.
Aku tertawa lagi. "ini bukan soal matre apa perangko. Tapi kenyataan hidup. Berapa banyak teman yang ditinggal ceweknya setelah karirnya berantakan hanya karena lebih mementingkan ajakan jalan-jalan daripada mengejar deadline kantor? Harusnya cewek tuh sadar posisi, kalo dia tuh belum jadi nyonya..."
Kali ini temenku diam, walau kelihatan masih mencari celah perlawanan. Masih menarik sebenarnya obrolan ini dilanjutkan. Sayang ada kolektor yang mencariku. Sambil beranjak aku tepuk pundak temanku itu.
"Sudahlah... Jangan terlalu dibebani ketakutan akan sebutan cewek matre. Coba pikirkan, emang kamu mau jadi pacarku kalo aku seorang pengangguran...?"
to be continue
Wah... cakep deh pacarnya
BalasHapusMau dunk massss....
ntu poto pemeran cewe-nya?
BalasHapusbolehlaaaaaahh.... ;D
Boleh minta nomer HPnya Asty ga..?
BalasHapus