Menjelang pergantian tahun, hiruk pikuk manusia dan suara knalpot di jalanan depan galeri serta beberapa ajakan teman tak mampu membuatku bangkit dari kursi ini. Ketika semua orang berpacu menuju Malioboro dan Mandala Krida, tetap saja aku terdiam.
Entah kenapa, aku tak ingin hanyut dalam suasana meriah malam ini. Aku merasa ada semacam rutinitas manusia setiap awal tahun yang tak pernah berubah dari masa ke masa. Bersorak-sorak, menyalakan kembang api, meniup terompet, saling memberikan ucapan selamat dan memberikan harapan agar tahun yang akan dijalani lebih baik dari tahun sebelumnya.
Tapi ketika pagi menyapa, semua tata urutan upacara itu seolah lenyap tak berbekas. Semua kembali seperti sediakala. Tak ada perubahan yang berarti dari kata "semoga tahun ini hidup kita lebih baik." Yang hobi melamun, kembali ke lamunannya. Yang suka bolos tetap saja malas bekerja. Lalu apa arti semua "semoga" dan kegembiraan menyambut tahun baru menghabiskan energi serta dana yang kadang tak sedikit itu.
Apakah kita lupa, bahwa harapan adalah keinginan yang kemudian harus kita upayakan dengan sungguh-sungguh. Sekedar berharap menurutku sama saja kita mimpi basah dan ketika bangun kita tak perlu mandi, karena sudah basah beneran gara-gara genteng bocor.
Tapi tidak ada yang salah. Karena budaya seremonial memang sudah mendarah daging dalam kehidupan kita. Euphoria dalam menyambut sesuatu untuk kemudian melupakannya di detik berikutnya.
Biarlah aku dianggap melawan arus. Bagiku, menjalani tahun yang baru adalah berharap yang perlu tak terlalu banyak. Kurenungkan dan kupikirkan apa yang harus kujalani besok pagi, kubuat progresnya agar mencapai target dan terakhir aku serahkan hasil usaha sekuat tenagaku kepada Yang Di Atas Sana.
Baiklah teman...
Selamat bergembira menyambut 2009.
Biarlah kuhabiskan malam ini kembali bersama tumpukan kertas dan angka-angka di layar monitor. Semoga harapan-harapan yang kalian ucapkan bisa tercapai dengan kembang api dan terompet.
Selamat Datang di Tahun 2009.
Entah kenapa, aku tak ingin hanyut dalam suasana meriah malam ini. Aku merasa ada semacam rutinitas manusia setiap awal tahun yang tak pernah berubah dari masa ke masa. Bersorak-sorak, menyalakan kembang api, meniup terompet, saling memberikan ucapan selamat dan memberikan harapan agar tahun yang akan dijalani lebih baik dari tahun sebelumnya.
Tapi ketika pagi menyapa, semua tata urutan upacara itu seolah lenyap tak berbekas. Semua kembali seperti sediakala. Tak ada perubahan yang berarti dari kata "semoga tahun ini hidup kita lebih baik." Yang hobi melamun, kembali ke lamunannya. Yang suka bolos tetap saja malas bekerja. Lalu apa arti semua "semoga" dan kegembiraan menyambut tahun baru menghabiskan energi serta dana yang kadang tak sedikit itu.
Apakah kita lupa, bahwa harapan adalah keinginan yang kemudian harus kita upayakan dengan sungguh-sungguh. Sekedar berharap menurutku sama saja kita mimpi basah dan ketika bangun kita tak perlu mandi, karena sudah basah beneran gara-gara genteng bocor.
Tapi tidak ada yang salah. Karena budaya seremonial memang sudah mendarah daging dalam kehidupan kita. Euphoria dalam menyambut sesuatu untuk kemudian melupakannya di detik berikutnya.
Biarlah aku dianggap melawan arus. Bagiku, menjalani tahun yang baru adalah berharap yang perlu tak terlalu banyak. Kurenungkan dan kupikirkan apa yang harus kujalani besok pagi, kubuat progresnya agar mencapai target dan terakhir aku serahkan hasil usaha sekuat tenagaku kepada Yang Di Atas Sana.
Baiklah teman...
Selamat bergembira menyambut 2009.
Biarlah kuhabiskan malam ini kembali bersama tumpukan kertas dan angka-angka di layar monitor. Semoga harapan-harapan yang kalian ucapkan bisa tercapai dengan kembang api dan terompet.
Selamat Datang di Tahun 2009.
Bener banget mas. Sebuah kenyataan yang saya tidak pernah menyadari sampai saya baca tulisan ini.
BalasHapusTrims banyak mas...
Semoga saya bisa banyak belajar dari blog ini
Salam dari Jepang
Podho mas, aku yo nang ngarep komputer kok malam ini... ngyahahaa... download sampe pagiiii...!!!
BalasHapusTahun baru ga penting... ;P
Menghadapi tahun baru akhir-akhir ini sama Kang. Kalau dulu waktu aku masih bujangan, malam tahun baru mengikuti di mana si Raja Dangdut Rhoma Irama tampil. Dia tampil di Ancol maka aku ke Ancol, dia ada di TMII maka akupun ke TMII. Sekarang ini udah males, badan juga kayaknya udah gak memungkinkan lagi. Jadi mendingan nonton siaran langsungnya dari TV. Sambil tiduran, sambil nunggu kiriman jagung dan ikan bakar dari runah Pak RW. Nggak capai dan ngga kena macet.
BalasHapuspenting ra penting tahun baru harus dimaknai dengan perubahan kan mas ?
BalasHapus