#Dewasa
Seumur hidup baru naik KRL 2 atau 3 kali, dianjurkan menulis tentang KRL mungkin sesuatu yang agak susah. Untung saja mas Agam, sang propokator selalu mencontohkannya dengan cerita tentang Ayu Azhari. Jadinya ada celah yang bisa aku pergunakan dimana aku yang tak pernah menggunakan Ayu Azhari bisa menceritakan bermacam sensasinya hanya dengan modal imajinasi. Semoga saja otakku tidak meledak saat terpelintir membayangkan bom Ayu Azhari yang tak kalah dahsyat dibanding bomnya dokter Azhari.
Kesan pertama bercinta dengan KRL beberapa tahun lalu saat aku diajak teman ke Bogor. Persis indahnya malam pertama dimana cinta dan hasrat bercinta telah menyatu. Seperti kita tahu, cinta katanya tidak memandang fisik sedangkan bercinta mana enak tanpa kontak fisik. Itu sensasi pertama yang aku rasakan di KRL. Tanpa harus memandang siapa tetangga yang berdiri di sebelah, yang pasti bermacam gaya sentuhan Kamasudra bisa dinikmati dengan seksama.
Namun jangan bermimpi menggelorakan hasrat dengan wewangian aroma terapi. Yang sering aku rasakan sepanjang perjalanan justru aroma terasi dari ketek-ketek mengangkang yang bergelantungan. Jangan pula mengharap efek getaran cinta di KRL itu timbul dari anget empuknya Ayu Azhari. Yang paling sering menyentuhku justru sesosok makhluk berjudul "wedus". Lebih apes lagi tetangga sebelahku yang harus melengguh dahsyat menikmati gerayangan jemari lincah mengejakulasi isi kantongnya hingga melayang entah kemana dan diakhiri teriakan, "copeeeet..."
Beberapa tahun kemudian tepatnya sebulan lalu, kembali aku bertemu dengan fantasi Ayu Azhari. Tak ada firasat buruk apapun tentang KRL ketika menemukan manusia berjubelan di stasiun Tanah Abang. Setelah naik kedalam gerbong, sesaat aku terpana takjub dengan dengan perubahan pelayanan dari PT KAI selaku pengelola KRL.
Beda banget dengan beberapa tahun lalu. Yang aku lihat terakhir adalah gerbong yang nyaman, bersih, adem ber-AC, bayarnya murah banget dan begitu banyak cewek dan ibu-ibu tersenyum simpul. Pramugari di pesawat yang seharusnya melayani penumpang dengan sepenuh hati saja kadang judes bin jutek. Ini kereta api lho. Kok bisa banyak makhluk manis tebar pesona kepadaku bak Ayu Azhari lagi kegatelan ketek.
Sayang, di tengah kehangatan senyum para penumpang, aku dapatkan sikap petugas yang kurang sedap seperti ga mikirin semangat perubahan PT KAI. Beneran petugas songong yang bikin aku langsung terbengong-bengong. "Kalo mau naik kereta AC pake karcis yang 6 ribu. Karcis 1500 buat yang ekonomi. Lagian ini gerbong khusus wanita, pak..."
Halah...
Sudahlah...
Kuharap pengalaman itu bukan mimpi buruk tentang Ayu Azhari. Melainkan sebuah harapan akan KRL kedepannya. Dimana pelayanan mantap dan gerbong nyaman bisa didapatkan dengan uang 1500 perak saja. Tak apa KRL nyaman hanya bisa aku dapatkan dari cerita saudara-saudaraku saja tanpa aku bisa menikmatinya langsung. Yang penting aku masih bisa menaiki kenyamanan yang lain. Yang jelas bukan naik Ayu Azhari...
#Jurnal ini didedikasikan untuk proyek Nganufacturing Hope mas Agam
Sekian dan terima kasih semoga berkenan...
Seumur hidup baru naik KRL 2 atau 3 kali, dianjurkan menulis tentang KRL mungkin sesuatu yang agak susah. Untung saja mas Agam, sang propokator selalu mencontohkannya dengan cerita tentang Ayu Azhari. Jadinya ada celah yang bisa aku pergunakan dimana aku yang tak pernah menggunakan Ayu Azhari bisa menceritakan bermacam sensasinya hanya dengan modal imajinasi. Semoga saja otakku tidak meledak saat terpelintir membayangkan bom Ayu Azhari yang tak kalah dahsyat dibanding bomnya dokter Azhari.
Kesan pertama bercinta dengan KRL beberapa tahun lalu saat aku diajak teman ke Bogor. Persis indahnya malam pertama dimana cinta dan hasrat bercinta telah menyatu. Seperti kita tahu, cinta katanya tidak memandang fisik sedangkan bercinta mana enak tanpa kontak fisik. Itu sensasi pertama yang aku rasakan di KRL. Tanpa harus memandang siapa tetangga yang berdiri di sebelah, yang pasti bermacam gaya sentuhan Kamasudra bisa dinikmati dengan seksama.
Namun jangan bermimpi menggelorakan hasrat dengan wewangian aroma terapi. Yang sering aku rasakan sepanjang perjalanan justru aroma terasi dari ketek-ketek mengangkang yang bergelantungan. Jangan pula mengharap efek getaran cinta di KRL itu timbul dari anget empuknya Ayu Azhari. Yang paling sering menyentuhku justru sesosok makhluk berjudul "wedus". Lebih apes lagi tetangga sebelahku yang harus melengguh dahsyat menikmati gerayangan jemari lincah mengejakulasi isi kantongnya hingga melayang entah kemana dan diakhiri teriakan, "copeeeet..."
Beberapa tahun kemudian tepatnya sebulan lalu, kembali aku bertemu dengan fantasi Ayu Azhari. Tak ada firasat buruk apapun tentang KRL ketika menemukan manusia berjubelan di stasiun Tanah Abang. Setelah naik kedalam gerbong, sesaat aku terpana takjub dengan dengan perubahan pelayanan dari PT KAI selaku pengelola KRL.
Beda banget dengan beberapa tahun lalu. Yang aku lihat terakhir adalah gerbong yang nyaman, bersih, adem ber-AC, bayarnya murah banget dan begitu banyak cewek dan ibu-ibu tersenyum simpul. Pramugari di pesawat yang seharusnya melayani penumpang dengan sepenuh hati saja kadang judes bin jutek. Ini kereta api lho. Kok bisa banyak makhluk manis tebar pesona kepadaku bak Ayu Azhari lagi kegatelan ketek.
Sayang, di tengah kehangatan senyum para penumpang, aku dapatkan sikap petugas yang kurang sedap seperti ga mikirin semangat perubahan PT KAI. Beneran petugas songong yang bikin aku langsung terbengong-bengong. "Kalo mau naik kereta AC pake karcis yang 6 ribu. Karcis 1500 buat yang ekonomi. Lagian ini gerbong khusus wanita, pak..."
Halah...
Sudahlah...
Kuharap pengalaman itu bukan mimpi buruk tentang Ayu Azhari. Melainkan sebuah harapan akan KRL kedepannya. Dimana pelayanan mantap dan gerbong nyaman bisa didapatkan dengan uang 1500 perak saja. Tak apa KRL nyaman hanya bisa aku dapatkan dari cerita saudara-saudaraku saja tanpa aku bisa menikmatinya langsung. Yang penting aku masih bisa menaiki kenyamanan yang lain. Yang jelas bukan naik Ayu Azhari...
#Jurnal ini didedikasikan untuk proyek Nganufacturing Hope mas Agam
Sekian dan terima kasih semoga berkenan...
kambing pun dibawa masuk ke krl ac yah :p
BalasHapusItu wedus beli tiket nggak sih? Dan itu gerbong khusus wedus nggak sih? Tumben Kang Rawin nggak salah kamar..hak..hak..hak..
BalasHapusKRL, kereta Ra Jelas... ra jelas, iku kereta, kandang apa pasar??? Transportasi umum berkapasitas Stadion...
BalasHapusjangankan kambing sepeda aja ada kok :)
BalasHapushampir tiap hari naik KRL tak prnah kebayang ayu azari
BalasHapushahaha...jebul salah gerbong to mas bro
BalasHapushahahahahahaha bercinta dengan kereta api sperti itu lebih enak memang bayangin ayu ... cantik.. jadi bau ketek juga bisa berganti dengan parfummm hehhehe ceritanya bagus...
BalasHapuskambingnya ikut narsis..
BalasHapussalam kenal
dulu waktu saya pernah di jawa naik KRL, mantep dah pokoknya... di iringi musik layak nya di kape2 gitu di selingi teriakan kua... kua... kua... mijon... mijon... mijon
BalasHapusitu lah saya benci klo naik krl :(
BalasHapusgak sanggup dah saya
salken ya gan :D
eh itu fotonya beneran terjadi? itu di KRL? ckckck
BalasHapusiki ngopo to mas..?
BalasHapuskok muter2 nang ayu asari wae.. :D
ayu azhari = wedus ya pak,,
BalasHapuswakaaaa.....
BalasHapusimajinasinya liar.....