18 Juni 2012

Bukan Pecinta Hujan Lagi

#Semua Umur

Saat Katon bernyanyi...
...hujan basah di luar sana

Tigapuluh tahun lalu...
Aku akan berteriak kegirangan, buka baju lalu melompat keluar rumah. Sambil tak lupa menyanyikan lagu kebangsaan, "Uruk-uruk udan gede ana lele mlebu bale..."

Lima belas tahun lalu...
Aku akan tersenyum bahagia karena ada kesempatan berduaan lebih lama dan mengharap hujan tak segera reda. Aku pun akan dianggap romantis walau hanya berucap pelan, "hujan turun lagi, yang..."

Kali ini...
Hujan tak lagi mampu membuatku atau orang-orang di sekitarku berbisik. Bukan karena tidak ada niat atau kesempatan, namun karena berteriak pun seolah sia-sia saja tak pernah sampai ke telinga para penguasa negeri ini. Kalimantan bumi yang kaya energi, namun listrik dan BBM merupakan barang langka. Saat musim hujan tiba, listrik padam berhari-hari sudah tak perlu dipertanyakan lagi.

Mereka yang hidupnya sudah tergantung kepada listrik, mau ga mau harus menyiapkan genset. Padahal BBM susah sekali didapat. SPBU Pertamina satu kabupaten cuma satu. Untuk beli bensin 20 liter saja harus antri berjam-jam. Kalopun ada di pertamini, harga ecerannya antara 8 sampai 10 ribu perak perliter.

Itu juga yang suka aku sampaikan ke ibue ketika mengeluh bayar listrik sebulan sampai 400 ribu. Disini perumahan yang memelihara genset, rata-rata butuh bensin atau solar 10 liter perhari. Itu artinya pengeluaran satu hari hanya untuk listrik sekitar 80 - 100 ribu. Padahal tiap hari ribuan ton batubara Kalimantan dikeruk dan dikirim ke Jawa untuk menyuplai PLTU. Makanya aku setuju dengan demo para gubernur Kalimantan beberapa waktu lalu yang melarang tongkang batubara beroperasi selama kuota BBM untuk Kalimantan tidak ditambah.

Selain masalah listrik, hujan juga menyusahkan prasarana transportasi. Jalanan antar kota yang sebagian besar masih jalan tanah, hancur berantakan saat diguyur hujan. Efeknya sudah jelas. Semua bidang kehidupan disini jadi berbiaya tinggi. Saudara-saudara kita di Jawa, melihat jalur pantura yang sedikit berlubang-lubang saja sudah sedemikian ngomelnya. Bagaimana kalo mereka menemukan jalan seperti di Kalimantan sini..?

Sebuh ironi yang menyakitkan...
Di saat pemerataan pembangunan tidak seimbang dengan penjarahan sumber daya alamnya, kita masih saja dituntut untuk mempertahankan nasionalisme. Tidakkah mereka pikirkan bahwa di daerah perbatasan, kehidupan masyarakatnya lebih banyak bergantung ke negara tetangga. Apa artinya pemerintah membagikan tabung gas 3 kg secara gratis, bila isi ulangnya susah didapat karena kesulitan transportasi.

Jangan salahkan masyarakat yang akhirnya memilih nyebrang perbatasan untuk membeli elpiji petronas. Tidakkah penguasa melihat betapa sakit hatinya kita melihat semua ketimpangan itu, sementara di sebrang patok perbatasan kelihatan jalan-jalan mulus dan kota yang rapi milik Malaysia.

Sudahlah...
Tak akan ada habisnya membicarakan penguasa negeri ini.
Mungkin benar apa kata Katon di syair selanjutnya.

...perih seharusnya
rindu sebenarnya
andai kita mampu bertahan
dengan mengerti tanpa alasan semua ini
takkan terjadi dan kini sesalku meraja
terciptalah doa...


Begitulah...
Telah luntur kecintaanku pada hujan dan wangi tanah basahnya
Dan sejujurnya sejak tiga tahun lalu pun aku sudah mulai tak menyukai hujan
Saat hujan turun, akupun masih suka berbisik mesra, "hujan turun lagi, bu..."
Kadang ibue balas menatap lembut sambil mendesah, "hmmmm..."
Tapi kayaknya lebih sering ibue melompat dari tempat tidur, "hadeuh jemuran, yah... bantuin angkatin.."
Atau malah berteriak kenceng, "ayaaah, genteng bocor lagi... dapur banjiiir..."

19 comments:

  1. Kalimantan, ngilu saya baca artikel ente sob, salam dari bekasi.
    saya blum ada ide koment untuk artikel diatas.
    salam kenal saja.

    BalasHapus
  2. wow.. kang rawins sedang mencoba menggugah pemerintah.. :)

    BalasHapus
  3. ceritadari teman-teman di kalimantan mereka juga pada punya genset ya mas

    BalasHapus
  4. heheheheeee ketika hujan tak sedang romantis

    BalasHapus
  5. hujan hrs tetap dicintai sob.., cz hujan itu sendiri adalah berkah.., klo pun ada yg salah itu pasti bkn dr hujanx tp dr tangan manusia2 itu sndiri.., happy blogging *smile

    BalasHapus
  6. sudah berkali kali saya lihat lewat TV baca lewat media tentang kehidupan masyarakat di kalimantan kusus nya yg tinggal di pelosok,

    apa pemerintah kita yang pura2 guoblok atau memang ngga begok betulan ya...

    BalasHapus
  7. miris ya, sementara lahan disana dikeruk untuk mensuplay yg kurang, disana malah kekurangan :(
    yah ... tambel genteng bocor dulu sono :))

    BalasHapus
  8. sebuah kenyataan yg tidak bisa ditutupi. Bukan karena negara ini tidak punya kemampuan untuk memberikan penerangan,pengaspalan dan perbaikan sarana akan tetapi kurangnya kepedulian. Sebuah imbas dari terpokusnya pembangunan pada satu tempat saja...

    BalasHapus
  9. Saat hujan turun, pendapatan saya menurun, bahkan bisa nol, hingga isi dompet kekuras buat nutup kebutuhan yg kian membengkak.
    hidup ditanah perantauan, dgn cuma mengandalkan kereta odong-odong, pas-pasan, jarang pulkam, mirip lagunya bang Toyib :D.
    Kita semangati saja sob.

    BalasHapus
  10. enaknya hidup dijawa akan terasa banged kalo pernah ngerasaain tinggal di pelosok luar jawa om...

    BalasHapus
  11. enaknya hidup dijawa akan terasa banged kalo pernah ngerasaain tinggal di pelosok luar jawa om...

    BalasHapus
  12. ya Tuhan, selamatkan jiwa2 dan kehidupan tanah kami..

    BalasHapus
  13. suka dengan cara berfikir om rawins.. bebas mengeluarkan uneg - uneg, selama masih menghirup udara di negara yang "katanya" demokrasi ini...

    BalasHapus
  14. orang sekarang banyak looh yang udah ga cinta hujan, katanya hujan bikin banjir, macet, mau keluar jadi terhambat, padahal hujan itu berkah looh, sampai ada doa turun hujan : allahumma shoyyiban nafi'an, ya Allah jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat. :)

    BalasHapus
  15. iya tuh daerah kaya SDA tapi bikin jalan aja ga bisa... (ga mau)

    BalasHapus
  16. ya apa boleh dikata pak,, kalau tidak begitu bukan penguasa Indonesia namanya...Miris juga sih

    BalasHapus
  17. membenci hal-hal yang dulu dicintai...salah satu tahap menuju kedewasaan

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena