#Semua Umur
Satu hal yang sepele tapi menyebalkan di jejaring sosial adalah ketika ada teman yang nanya, "no hapemu berapa..?" atau "emailmu apa..?"
Perasaan aku tak pernah pelit soal contact. No telpon atau minimal alamat email dan identitas lain selalu aku cantumkan di profil. Bukan karena narsis atau pengen tenar. Melainkan karena sadar diri aku tuh suka ngoceh sembarangan. Aku tak ingin dibilang orang yang suka lempar batu sambil ngumpet. Sehingga saat ada yang merasa tidak nyaman dengan celotehanku, ada hotline service untuk menyampaikan sanggahannya secara pribadi. Bagaimanapun juga aku butuh koreksi sebagai sarana instropeksi.
Aku bisa memahami masih banyak teman kita yang pengen ngomong sesuatu tapi tak mau diketahui orang lain. Seperti saat ada jurnal yang dianggap nyleneh, jarang yang mau buka front di kolom komentar biar bisa didiskusikan secara terbuka. Lebih banyak yang mencaci maki melalui japri. Mungkin ini yang disebut keinginan bebas berpendapat tapi pelaksanaannya setengah-setengah. Pengen bebas ngomong tapi jaim bin narsis ambil posisi aman. Ingin beropini keras tapi takut dikeroyok banyak orang.
Dengan dalih keamanan identitas di internet, orang seringkali menutup rapat identitas dan aktifitasnya. Anehnya tanpa basa basi suka main add contact dengan sewenang-wenang. Padahal sebelum aku putuskan untuk menerima atau tidak, pertama kali aku buka adalah profile. Kalo sudah begini, apa dasarku menerima pertemanan itu bila profilnya cuman tertulis gender = female. Pertemanan bukanlah cinta yang harus memandang gender.
Ada lagi yang profilenya kosong melompong tapi bolak-balik update status membagikan pin Bau Badan minta invite. Gak konsisten blash. Apa karena di Indonesia punya BB dianggap keren, makanya biarpun segala identitas wajib diumpetin demi keamanan, orang lain tetep wajib tau kalo kita punya BB.
Sekian tahun aku cantumkan profil di blog atau pesbuk, tak pernah ada masalah krusial. Kalo cuman kebanjiran spam itu mah ga perlu dianggap ancaman keamanan. Orang email baru dibikin beberapa jam belum sempat digunakan saja sudah ada spam masuk. No hape baru diaktifin saja sudah kemasukan sms sampah.
Jaman serba terbuka begini, sudah sangat sulit untuk menutupi sesuatu. Contoh paling gampang adalah google analytics. Hanya dengan membuka halaman blog yang diselipin script pendek, google bisa tahu kita buka pakai apa bahkan sampai resolusi monitor yang kita pergunakan. Siapa yang jamin kalo google tidak sampai mengetahui isi hardisk kita..?
Tak perlulah kita terlalu ketakutan dengan identitas. Urusan dijahati orang mah ga perlu menyalahkan orang yang ga kenal. Yang sudah akrab dari kecil juga kadang mau kok menyikut dari kanan kiri. Merasa suka dengan dunia terbuka seperti sekarang, harus siap-siap juga dengan segala resikonya. Toh di dunia tidak ada sesuatu yang 100% manis tanpa ada sisi pahit asin asemnya.
Tar jadi aneh aja seperti iklan tipi
"Afikaaaa...."
"Iyaaa..."
"Nama kamu siapa..?"
#Lempar panci...
Satu hal yang sepele tapi menyebalkan di jejaring sosial adalah ketika ada teman yang nanya, "no hapemu berapa..?" atau "emailmu apa..?"
Perasaan aku tak pernah pelit soal contact. No telpon atau minimal alamat email dan identitas lain selalu aku cantumkan di profil. Bukan karena narsis atau pengen tenar. Melainkan karena sadar diri aku tuh suka ngoceh sembarangan. Aku tak ingin dibilang orang yang suka lempar batu sambil ngumpet. Sehingga saat ada yang merasa tidak nyaman dengan celotehanku, ada hotline service untuk menyampaikan sanggahannya secara pribadi. Bagaimanapun juga aku butuh koreksi sebagai sarana instropeksi.
Aku bisa memahami masih banyak teman kita yang pengen ngomong sesuatu tapi tak mau diketahui orang lain. Seperti saat ada jurnal yang dianggap nyleneh, jarang yang mau buka front di kolom komentar biar bisa didiskusikan secara terbuka. Lebih banyak yang mencaci maki melalui japri. Mungkin ini yang disebut keinginan bebas berpendapat tapi pelaksanaannya setengah-setengah. Pengen bebas ngomong tapi jaim bin narsis ambil posisi aman. Ingin beropini keras tapi takut dikeroyok banyak orang.
Dengan dalih keamanan identitas di internet, orang seringkali menutup rapat identitas dan aktifitasnya. Anehnya tanpa basa basi suka main add contact dengan sewenang-wenang. Padahal sebelum aku putuskan untuk menerima atau tidak, pertama kali aku buka adalah profile. Kalo sudah begini, apa dasarku menerima pertemanan itu bila profilnya cuman tertulis gender = female. Pertemanan bukanlah cinta yang harus memandang gender.
Ada lagi yang profilenya kosong melompong tapi bolak-balik update status membagikan pin Bau Badan minta invite. Gak konsisten blash. Apa karena di Indonesia punya BB dianggap keren, makanya biarpun segala identitas wajib diumpetin demi keamanan, orang lain tetep wajib tau kalo kita punya BB.
Sekian tahun aku cantumkan profil di blog atau pesbuk, tak pernah ada masalah krusial. Kalo cuman kebanjiran spam itu mah ga perlu dianggap ancaman keamanan. Orang email baru dibikin beberapa jam belum sempat digunakan saja sudah ada spam masuk. No hape baru diaktifin saja sudah kemasukan sms sampah.
Jaman serba terbuka begini, sudah sangat sulit untuk menutupi sesuatu. Contoh paling gampang adalah google analytics. Hanya dengan membuka halaman blog yang diselipin script pendek, google bisa tahu kita buka pakai apa bahkan sampai resolusi monitor yang kita pergunakan. Siapa yang jamin kalo google tidak sampai mengetahui isi hardisk kita..?
Tak perlulah kita terlalu ketakutan dengan identitas. Urusan dijahati orang mah ga perlu menyalahkan orang yang ga kenal. Yang sudah akrab dari kecil juga kadang mau kok menyikut dari kanan kiri. Merasa suka dengan dunia terbuka seperti sekarang, harus siap-siap juga dengan segala resikonya. Toh di dunia tidak ada sesuatu yang 100% manis tanpa ada sisi pahit asin asemnya.
Tar jadi aneh aja seperti iklan tipi
"Afikaaaa...."
"Iyaaa..."
"Nama kamu siapa..?"
#Lempar panci...
Aku nggak seneng ditanyai nomer HP.
BalasHapusMinta nomer HP identik dengan minta ijin nelfon, padahal aku nggak suka denger bunyi telfon, apalagi kalau tau itu telfon dari boss.
Minta nomer HP itu artinya minta ijin ng-sms, sedangkan sms harus dibalas, padahal balas sms itu berarti harus korban pulsa. Pakai e-mail sajalah, gratis..
serba repot yah
BalasHapustapi kalo ga ikutan ya ketinggalan zaman :P
Ngumpet ah.. profilku gak ada nopenya kang hahaha...
BalasHapusKalau klien minta no hape atau email sih malah seneng.. :)
BalasHapuskalo disalah gunakan, itu yang salah.. :)
BalasHapustapi ada stu kutipan menarik dari film negotiator :
jika teman kamu sudah menghianati kamu, satu2nya orang yang bisa dipercaya adalah stranger (orang asing)...
well, apakah kita sudah percaya sama orang asing?
Facebook masih ada ya?
BalasHapusistilahnya nikmati aja nano - nano nya...
BalasHapusheheh pragraf terakhir yg lutu ntu gan...^_^
BalasHapusmirip iklan OREO... :p
sya tuh ga sneng klw daorg tnya no hp lwat dunia maya, klw dunia maya cocokx mail yg ditanya,,,
BalasHapusklw dunia nyata baru hp yg ditanya, kya ktmuan ma cwe bening gt,,,
hhihiihi, rada kena nih, wew :D
BalasHapustapi ane bukannya pelit soal indentitas di blog sob, tapi takut pada naksir kalo maen buka bukaan , hahahaha #ngeles asli ini mah :P
saya add fbnya ya mas :) saya gak mencantumkan no hp diprofile tapi nomor saya sudah ada didunia maya hehehe maklum dagang soalnya
BalasHapusMumet tenan sampean yo bang.. hahaha...
BalasHapusadd facebook saya dong mas ;p
BalasHapusjujur aja pak rawins. kalau aku orangnya tertutup..kalau buka-bukaan profile di pesbuk sedikit takut..
BalasHapus