#Dewasa
Jurnal siang tadi ditanggapi seorang teman melalui messenger. Katanya pemblokiran website tertentu itu wajib agar tidak meracuni generasi muda penerus bangsa. Tak perlu ada coba-coba karena sesuatu yang haram, mencoba sedikitpun tetap haram.
Dalam hal ini aku tak mau berteori yang tak pasti. Aku cuma bisa menceritakan apa yang pernah aku lakukan dan rasakan. Bagaimanapun juga pengalaman itu fakta, sementara teori masih bisa dikategorikan bayangan. Kalopun apa yang aku pikirkan berbeda dengan orang lain, itu merupakan sesuatu yang manusiawi karena pengalaman hidup setiap orang tidaklah sama. Mau dikaitkan dengan halal haram, sepertinya aku pernah dengar kalo yang haram pun bila diniatkan untuk obat tidaklah dilarang.
Aku coba buka ingatan akan jurnal lama tentang imunisasi atau isolasi. Disitu aku ceritakan tentang contoh kasus yang hampir mirip. Jaman aku kecil dulu, mandi di sungai sekalian mandiin kerbau jadi kegiatan tiap hari. Namun sangat jarang anak-anak masuk angin atau sakit perut. Beda banget dengan anak sekarang yang boro-boro mandi hujan, nginjek tanah saja sudah dilarang orang tuanya dengan alasan banyak kuman. Dan menjadi sebuah kenyataan bila anak sekarang lebih gampang sakit.
Dalam dunia kedokteran mengenal istilah imunisasi. Untuk menangkal penyakit berbahaya, tubuh diracuni dengan bibit penyakit yang sudah dilemahkan. Dengan imunisasi, tubuh jadi bisa melawan serangan penyakit secara mandiri. Ini hampir sama dengan kasus anak kecil jaman dulu yang dibiarkan bermain tanah. Saat kondisi fit, tubuh mereka sedikit diracuni agar menjadi imun.
Soal pornografi pun sama. Saat anak diisolasi dengan cara blokir total terhadap akses yang dianggap tabu, pada waktu ada kesempatan diluar pengawasan mereka justru nyolong-nyolong dan berbagi info yang tak bisa dipertanggungjawabkan dengan teman. Bisa aku lihat dari teman-teman sekolah yang orang tuanya keras dalam mendidik. Memang saat di rumah mereka kelihatan seperti anak mamah yang baik-baik selalu. Namun jangan tanya saat di luar rumah, persis seperti kuda lepas dari kandang. Saat ketahuan anaknya berbuat tidak baik, orang tua bukannya instropeksi diri malah menyalahkan lingkungan.
Kasus sebaliknya aku lihat pada kakaknya Citra yang sejak TK sudah keranjingan internet. Tak pernah aku blokir koneksinya agar otaknya bisa sedikit diracuni oleh apa yang dia buka. Aku tak komentar apa-apa saat dia nyasar ke blog kurang senonoh sampai akhirnya bertanya, "pada ga pake baju kok engga malu, yah..?"
Saat racun itu mulai masuk, tugasku untuk melemahkannya sudah dimulai. Aku sampaikan dengan gaya bahasa yang bisa dimengerti anak seumuran Adi bahwa manusia itu bermacam-macam tingkahnya. Imunisasi otak itu aku anggap sudah mulai efektif ketika dia sudah bisa ambil kesimpulan sendiri dengan mengatakan bugil di internet adalah perbuatan orang gila. Sejak saat itu akupun tak pernah kawatir lagi melepas Adi main sendiri di warnet tanpa harus aku tungguin. Paling banter saat mampir ke warnet aku sempatin lihat apa yang dibuka si Adi melalui log server.
Saat nyasar lagi ke web bokep pun dia tak pernah sungkan laporan habis liat orang gila lagi. Begitu juga saat nemu sesuatu yang dianggapnya aneh, dia dengan ringannya banyak bertanya kepadaku. Sebuah keterbukaan anak yang mungkin tak akan aku dapatkan bila aku melarangnya untuk buka ini itu. Padahal yang aku rasakan dari anak sekarang, keterbukaan akan hal negatif itu merupakan kunci untuk kita melemahkan virus yang masuk agar mampu melawan virus sebenarnya yang lebih berbahaya suatu saat nanti.
Ada baiknya pembelajaran agar anak bisa menjadikan orang tua sebagai teman bicara sudah ditanamkan sejak dini. Saat pikiran anak masih bersih, memberikan pemahaman akan menjadi lebih mudah. Orang tua yang selalu arogan memposisikan diri sebagai orang tua, aku lihat banyak yang gagal mencegah anak tidak terjerumus. Sudah saatnya kita memahami bahwa dunia sudah berubah. Memaksakan anak berpola pikir seperti kita sama saja dengan kita berusaha memundurkan jaman.
Tapi memang, pelaksanaan di lapangan tidak semudah membalikan telapak tangan. Kesulitan terbesarnya adalah bagaimana mencari bahasa yang mudah dipahami anak tapi tidak mengaburkan atau bahkan membelokan informasi yang diberikan. Memberikan informasi yang salah akan terasa efeknya saat anak mulai besar dan mengerti fakta yang sesungguhnya. Minimal anak jadi berpikir kalo orang tuanya ternyata pembohong.
Salah satu contohnya waktu kepergok lagi melaksanakan ibadah malam. Siapa yang ga gelagepan lagi nangung malah disergap pertanyaan, "kenapa ayah dan ibu seperti orang gila..?"
Dengan hati-hati aku jelaskan bahwa orang kurang waras itu yang telanjang didepan umum atau difoto-foto kemudian dipasang di internet. Kalo di ruangan tertutup, tidak ada orang lain atau lagi mandi itu boleh dilakukan. Anak kecil juga boleh mandi bareng orang lain, tapi kalo sudah besar biasanya tidak lagi karena malu. Dasar anak kritis, masih nguber juga dia. "Ayah sama ibu kan udah tua, kok engga malu..? Kenapa *****nya dimasuk-masukin..?"
Sambil ngempet inget ibadah yang nanggung, aku jelasin lagi bahwa orang yang sudah menikah boleh seperti itu. Karena orang menikah itu pengen punya anak. Anak itu kan keluarnya dari perut ibu, jadi harus ditengokin sudah ada dedek bayinya apa belum. Makanya Adi kalo malem terbangun tidak boleh masuk kamar orang tua tanpa mengucap salam. Soal itu tidak sopan kalo dilihat orang lain termasuk anak-anak.
Melihat si Adi manggut-manggut aku sudah bisa bernafas lega. Aku pikir cara penyampaianku sudah benar. Namun tiba-tiba dia ambil kesimpulan yang bikin aku mendadak sesak nafas...
"Berarti ayah kaya mbah kalo di kandang ayam suka nyolok pantat ayam biar tau udah mau bertelur apa belum ya..?"
"Hmmmm betul, sayang. Sekarang bobo lagi ya..."
"Kalo cuma gitu, kenapa ga pake jari saja, yah..?"
%$#@&*^@$#
Beneran bikin aku kehabisan kata-kata
Buruan pake sarung dan mengangkatnya ke kamar mengeloninya sampe pagi
Kuharap imunisasi otaknya bisa berfungsi lebih efektif daripada DNS Nawala
Jurnal siang tadi ditanggapi seorang teman melalui messenger. Katanya pemblokiran website tertentu itu wajib agar tidak meracuni generasi muda penerus bangsa. Tak perlu ada coba-coba karena sesuatu yang haram, mencoba sedikitpun tetap haram.
Dalam hal ini aku tak mau berteori yang tak pasti. Aku cuma bisa menceritakan apa yang pernah aku lakukan dan rasakan. Bagaimanapun juga pengalaman itu fakta, sementara teori masih bisa dikategorikan bayangan. Kalopun apa yang aku pikirkan berbeda dengan orang lain, itu merupakan sesuatu yang manusiawi karena pengalaman hidup setiap orang tidaklah sama. Mau dikaitkan dengan halal haram, sepertinya aku pernah dengar kalo yang haram pun bila diniatkan untuk obat tidaklah dilarang.
Aku coba buka ingatan akan jurnal lama tentang imunisasi atau isolasi. Disitu aku ceritakan tentang contoh kasus yang hampir mirip. Jaman aku kecil dulu, mandi di sungai sekalian mandiin kerbau jadi kegiatan tiap hari. Namun sangat jarang anak-anak masuk angin atau sakit perut. Beda banget dengan anak sekarang yang boro-boro mandi hujan, nginjek tanah saja sudah dilarang orang tuanya dengan alasan banyak kuman. Dan menjadi sebuah kenyataan bila anak sekarang lebih gampang sakit.
Dalam dunia kedokteran mengenal istilah imunisasi. Untuk menangkal penyakit berbahaya, tubuh diracuni dengan bibit penyakit yang sudah dilemahkan. Dengan imunisasi, tubuh jadi bisa melawan serangan penyakit secara mandiri. Ini hampir sama dengan kasus anak kecil jaman dulu yang dibiarkan bermain tanah. Saat kondisi fit, tubuh mereka sedikit diracuni agar menjadi imun.
Soal pornografi pun sama. Saat anak diisolasi dengan cara blokir total terhadap akses yang dianggap tabu, pada waktu ada kesempatan diluar pengawasan mereka justru nyolong-nyolong dan berbagi info yang tak bisa dipertanggungjawabkan dengan teman. Bisa aku lihat dari teman-teman sekolah yang orang tuanya keras dalam mendidik. Memang saat di rumah mereka kelihatan seperti anak mamah yang baik-baik selalu. Namun jangan tanya saat di luar rumah, persis seperti kuda lepas dari kandang. Saat ketahuan anaknya berbuat tidak baik, orang tua bukannya instropeksi diri malah menyalahkan lingkungan.
Kasus sebaliknya aku lihat pada kakaknya Citra yang sejak TK sudah keranjingan internet. Tak pernah aku blokir koneksinya agar otaknya bisa sedikit diracuni oleh apa yang dia buka. Aku tak komentar apa-apa saat dia nyasar ke blog kurang senonoh sampai akhirnya bertanya, "pada ga pake baju kok engga malu, yah..?"
Saat racun itu mulai masuk, tugasku untuk melemahkannya sudah dimulai. Aku sampaikan dengan gaya bahasa yang bisa dimengerti anak seumuran Adi bahwa manusia itu bermacam-macam tingkahnya. Imunisasi otak itu aku anggap sudah mulai efektif ketika dia sudah bisa ambil kesimpulan sendiri dengan mengatakan bugil di internet adalah perbuatan orang gila. Sejak saat itu akupun tak pernah kawatir lagi melepas Adi main sendiri di warnet tanpa harus aku tungguin. Paling banter saat mampir ke warnet aku sempatin lihat apa yang dibuka si Adi melalui log server.
Saat nyasar lagi ke web bokep pun dia tak pernah sungkan laporan habis liat orang gila lagi. Begitu juga saat nemu sesuatu yang dianggapnya aneh, dia dengan ringannya banyak bertanya kepadaku. Sebuah keterbukaan anak yang mungkin tak akan aku dapatkan bila aku melarangnya untuk buka ini itu. Padahal yang aku rasakan dari anak sekarang, keterbukaan akan hal negatif itu merupakan kunci untuk kita melemahkan virus yang masuk agar mampu melawan virus sebenarnya yang lebih berbahaya suatu saat nanti.
Ada baiknya pembelajaran agar anak bisa menjadikan orang tua sebagai teman bicara sudah ditanamkan sejak dini. Saat pikiran anak masih bersih, memberikan pemahaman akan menjadi lebih mudah. Orang tua yang selalu arogan memposisikan diri sebagai orang tua, aku lihat banyak yang gagal mencegah anak tidak terjerumus. Sudah saatnya kita memahami bahwa dunia sudah berubah. Memaksakan anak berpola pikir seperti kita sama saja dengan kita berusaha memundurkan jaman.
Tapi memang, pelaksanaan di lapangan tidak semudah membalikan telapak tangan. Kesulitan terbesarnya adalah bagaimana mencari bahasa yang mudah dipahami anak tapi tidak mengaburkan atau bahkan membelokan informasi yang diberikan. Memberikan informasi yang salah akan terasa efeknya saat anak mulai besar dan mengerti fakta yang sesungguhnya. Minimal anak jadi berpikir kalo orang tuanya ternyata pembohong.
Salah satu contohnya waktu kepergok lagi melaksanakan ibadah malam. Siapa yang ga gelagepan lagi nangung malah disergap pertanyaan, "kenapa ayah dan ibu seperti orang gila..?"
Dengan hati-hati aku jelaskan bahwa orang kurang waras itu yang telanjang didepan umum atau difoto-foto kemudian dipasang di internet. Kalo di ruangan tertutup, tidak ada orang lain atau lagi mandi itu boleh dilakukan. Anak kecil juga boleh mandi bareng orang lain, tapi kalo sudah besar biasanya tidak lagi karena malu. Dasar anak kritis, masih nguber juga dia. "Ayah sama ibu kan udah tua, kok engga malu..? Kenapa *****nya dimasuk-masukin..?"
Sambil ngempet inget ibadah yang nanggung, aku jelasin lagi bahwa orang yang sudah menikah boleh seperti itu. Karena orang menikah itu pengen punya anak. Anak itu kan keluarnya dari perut ibu, jadi harus ditengokin sudah ada dedek bayinya apa belum. Makanya Adi kalo malem terbangun tidak boleh masuk kamar orang tua tanpa mengucap salam. Soal itu tidak sopan kalo dilihat orang lain termasuk anak-anak.
Melihat si Adi manggut-manggut aku sudah bisa bernafas lega. Aku pikir cara penyampaianku sudah benar. Namun tiba-tiba dia ambil kesimpulan yang bikin aku mendadak sesak nafas...
"Berarti ayah kaya mbah kalo di kandang ayam suka nyolok pantat ayam biar tau udah mau bertelur apa belum ya..?"
"Hmmmm betul, sayang. Sekarang bobo lagi ya..."
"Kalo cuma gitu, kenapa ga pake jari saja, yah..?"
%$#@&*^@$#
Beneran bikin aku kehabisan kata-kata
Buruan pake sarung dan mengangkatnya ke kamar mengeloninya sampe pagi
Kuharap imunisasi otaknya bisa berfungsi lebih efektif daripada DNS Nawala
anak-anak emang ga cukup hanya menerima satu jawaban, selalu saja ada pertanyaan di benak mereka...ceriwis dan kritis :)
BalasHapuslagi raw, kenapa kamarnya ga dikunci sih...?
apa kuncinya ditelen bebek..?
payah...
jaman si adi dulu kan masih jaman susah, beb...
Hapuskamar cuma nyekat ruangan pake korden, hehe
hahahah aya-aya wae... tapi memang betul, kadang anak2 itu semakin dilarang akan semakin penasaran yang pada akhirnya berusaha mencari tahu sendiri diluar pengawasan ortunya, itu dia yang bahaya... jadi baiknya memang orang tua harus bisa mengarahkan dengan bahasa2 yang dapat dicerna oleh anak2...
BalasHapusnah disitu susahnya
Hapusgimana caranya orang tua ga terkesan bohong tapi juga bahasanya sederhana dan mudah dipahami anak tanpa terkesan vulgar...
setuju om, kalo keras ndidiknya malah nyolong2 anaknya apalagi teknologi skrg kan canggih...wah saya musti banyak2 belajar neh dari om rawins dan keluarga.
BalasHapuscerdas putrane Njenengan Om, hadeh ngakak guling2 :D
ribet jg ya Om kalo diburu pertanyaan yg bertubi2, beruntung kalo ngelesnya tepat, kalo ngelesnya ngalor-ngidul tambah gawat ntar...lain kali pintu kamar dikunci aja Om.
saat mereka masih kecil memang mudah sepenuhnya kita awasi. tapi begitu masuk smp, biasanya mereka mulai menjauhi keluarga untuk urusan pribadinya. kalo tidak didasari sejak masih di rumah, mereka suka masuk ke fase gaptek
Hapusmenutup segala pintu maksiat lbh baik dr pd membuka sedikit sj celah maksiat walaupun celah maksiat yg terbuka trsebut ibarat lobang semut,
BalasHapushrs dibedakan mendidik dgn 'keras' dan mendidik dengan 'Tegas'..! happy blogging *smile
setiap orang kan punya pemikiran berbeda, sob...
Hapusmembuka hal tabu untuk mempersiapkan masa depan anak, kayaknya ga bisa dikatakan maksiat. babi yang haram, kalo memang untuk obat juga jadi halal kan..?
hahaha... rasa penasarannya masih tinggi om... om rawin masa kecilnya pasti gitu juga ya... "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya".. hehe
BalasHapusjaman dulu mah beda ga kaya anak sekarang
Hapusdulu dibilang ora ilok aja dah langsung diem..
jetahuan adi nih saat sedang melakukan sunah rasul :p
BalasHapustar juga bakal ngalamin, bro
Hapushehe
setuju bro, dilarang-larang juga namanya orang pasti akan ada saat bandelnya.
BalasHapusmanusiawi banget, bro...
HapusDulu waktu masih kanak2 juga suka colong2an buka situs bokep, bukan dilarang, tapi dirumah gak ada internet.
BalasHapusmakanya ketika adi mulai keranjingan warnet, sengaja aku siapin di rumah biar lebih mudah pengawasannya...
Hapusanak lebih mudah di arahkan asalkan penyampaianya bisa di pahami oleh anak itu sendiri. tapi dlm hal yg ibadah malam tadi harusnya orang tua bsa lebih hati hati agar jangan sampai orang gila ada di rumahnya hehee... lain kali di matiin lampunya biar gak ketahuan kalopun gak sempet ngunci pintu, ngook :D
BalasHapusya maap...
Hapusitu mah lagi apes aja, bro..
Kebanyakan orang tua jaman sekarang berpikiran sempit, mereka pikir dengan mengisolasi anak2 dari materi2 negatif dapat mencegah anak mereka dari terbawa arus negatif. Tapi pada kenyataannya tidak. Apalagi mereka kan ga bisa 24 jam ada di samping anak2nya. Yg harus dilakukan adalah mempersiapkan anak mereka untuk menghadapi dunia dan segala keburukannya. Berikan pengertian agar mereka mampu memilah baik dan buruk. Imunisasi, bukan isolasi.
BalasHapusSalut sama lu Rawins. Suka banget sama postingan kali ini.
thanks bro...
Hapuskita sependapat ternyata..
hahahahha ... hihihi, pake jari ??? wkwkwkwkwk :D
BalasHapusbagus bagus, kritis dan menakutkan pertanyaannya, hihihiy, wah, selamat ya sob, anakmu begitu cerdas kalau begitu, semoga DNS Nawala bisa kalah sigap sama imaginasinya :D
nawala gak bakalan ngaruh di tangan anak sekarang...
Hapusmending otaknya saja yang kita racunin...
...anak jaman sekarang kritis sekali...
BalasHapusberarti jadi anak jadul tuh merupakan kesialan ya bro..?
Hapusada ketakutan juga saat pascal buka2 internet soalnya gak aku blokir
BalasHapusbiarin aja bu, asal bisa memancing pascal mau membuka diri dengan apa yang ditemukan di internet
Hapusmmg masuk logika sih metodenya. krn jika sesuatu terlalu dipaksakan, maka akan smakin lepas dia. kyk pasir yg digenggam erat2 malah 'kabur' disela2 jari2 kita.
BalasHapuscumaaa.. kalo Mia punya anak nanti, entah bisa biarin racun' bokep kl anak liat2 tu situs lalu kemudian melemahkannya. susah kyknya hhahahaha :))
karena melihat diri sendiri ya
Hapusanak kan potokopian ortunya, haha
setuju dg perkataan Rohis
BalasHapus"hrs dibedakan mendidik dgn 'keras' dan mendidik dengan 'Tegas'" :)
bedanya apa bro..?
Hapussetuju om...sex edukasi sejak dini dg bijak...tapi jgn smpe nyaksiin lgsg jg sih, hahahaha...ada2 aja nih pngalaman si om
BalasHapusudah telanjur bu
Hapushehe
maaf kang, ayam sorry tadi inyong ngakak sendirian 5 menit sebelum komentar
BalasHapuswakakakak..
moga wawancara ayah dan anak tentang ayam tidak terjadi pada diriku, kalo kelak sudah dewasa , amiin :)
hooo malah ada wong edan dimari
Hapushaha
anak anak memang suka tanya yg kritis kritis ya
BalasHapusjaman makin canggih bu..
Hapuswedew... gila aja sampe diliat gitu sm Adi mas? ehehe *gak membayangkan deh :|
BalasHapusanak kritis jgn dihadapi dg sembarangan, salah2 nyari ilmu diluar dan anak akan berkembang menjadi org yg kita gak kenal nantinya
#soktua
:p
cari info dari luar itu yang aku takutkan
Hapusbiarlah dia bandel asal masih di rumah dan mau terbuka ke ortu
Mas, aku ketawa terbahak-bahak baca ceritanya Adi..
BalasHapusSampeyan pintar mengajari anak sampeyan tentang pornografi itu, Mas. Saya rasa anak sampeyan menyikapinya dengan baik.
Tapi demi kebaikan anak-anak sampeyan sendiri, lain kali kuncilah pintu kamar sampeyan, Mas.. :D
itu cerita jaman susah bu
Hapuskamernya belum pake pintu
hehe
waduh.. saya mau komen apa ya? ada lucunya tapi sambil meringis juga nih bacanya. lebih Aware!! kayanya itu kata yang paling tepat untuk mencakup semua, aware akan informasi yang lebih gampang diperoleh anak, aware akan perkembangan otak anak, aware akan jam biologisnya, aware akan hubungan ortu anak yang seharusnya bisa jadi sahabat jadi anak bisa bertanya apa saja layaknya teman dan aware akan.. pintu!! yang harus dikunci :D
BalasHapusaduh bu, aku juga jadi bingung mau jawab komennya
Hapuscontohnya lucu kak, hahaha
BalasHapusgue alhamdulillah kayanya belum pernah mampir2 ke situs bokep, tapi kadang kalo lagi jelajah blog2 orang, suka ada iklan yang "gimana gitu" xD
harus dipahami jaman sudah berubah
Hapusanak sekolah jaman sekarangs aja sudah begitu
gimana jaman si ncip sma nanti..?
endingnya sesuatu banget ya mas :D
BalasHapusmemang benar, mengekang hanya akan membentuk jiwa pemberontak, tapi sebaliknya jika kita mau memberi kelongggaran dan memberi arahan dengan kata kata yang benar sesuai umur dan pemikiran mereka kita jadi tahu bagaimana seharusnya mengarahkan generasi muda kita, thanks mas, ini bekal saya untuk punya anak sepuluh tahu lagi, haha
sesuatu banget tuh maksudnya nyebelin banget ya..?
HapusMemang sih anak perlu mendapatkan pendidikan sex yg betul dari ortunya... tapi seharusnya tidak didahului dg kejadian "ketangkep basah" spt itu... #tepokjidat
BalasHapusharus gimana dong
Hapusnasib sudah menjadi bubur..?
namanya juga anak-anak pasti selalu ingin tau,,,terkadang pengekangan bisa menjadi racun pak.
BalasHapuswah yang terakhir buat saya nyengir pak...
tapi jangan keterusan ya..?
Hapushaah, aduh kasian banget om, makanya pintunya dikunci, , memang benar sih tidak salahnya ya toh kita meluruskannya saat anak dibawah umur nyasar di bokep, sebagai ortu yg fungsinya sama sepertyi anti oksidan ini harus diterapkan nich, sama juga lho kalau om/tente ingin terhindar dari penyakit banyakbanyaklan konsumsi Xamthone plus yg dapat menangkal radikal bebas. Promosi dikit.
BalasHapushalah malah dodolan..?
Hapusbang kenapa gak postingan memperingati setahun peluncuran webnya,.. pas hari minggu kan tgl 25 juni 2012
BalasHapusmaap diundur
Hapuslagi sibuk, hehe
Astaghfirulloh! Saya benar-benar merinding baca lima paragraf terakhir, Kang. Semoga jangan sampai mengalaminya.
BalasHapussantai saja bos
Hapuskayaknya yg ini fardu kifayah
jadi orang lain gak perlu ikutan
jyahahaa... ini bimbingan orang tuanya bener apa enggak ya? hahahaaaa
BalasHapusmana ane tau, mils
Hapushaha
ahaha,,,cara mengajarkan pornografi nya asli bikin ngakak...
BalasHapusngakak lo...
Hapusgak tau yang ngalamin sepot jantung ya..?
nice share Mas
BalasHapusaku banyak belajar dari tulisan Mas ini. Terima kasih
sama sama bos..
HapusPerkara Virus Porno ini menarik mas, kadang Sayapun ketika awal-awal blogging sebagai seorang blogger suka bingung menanggapi hal ini hehe perkara porno sekecil apapun bisa jadi besar tergantung bagaimana orang memiliki pola pikir dalam menerima informasi terkait. Menanggapi perkara yang jadi tabu tadi kembali bagaimana orang tua bisa menanggapi serta menyikapi dengan bijak (tugas orang tua). Banyak abg narsis yang jadi target akun bokep! soalnya, nah itu bagaimana cerita foto dikamar mandi kok dipublik, atau foto ketika mengenakan tangtop/ pakaian dalam ya kok dipublik juga, sudah jelas orang tua disini adalah sebagai pemicu ekstern bagi generasi bangsa. Suka miris ketika ada orang tua bilang "kitakan keluarga modern" cacat!
BalasHapusresiko jaman yang makin uzur bro
Hapussaat anak anak makin kontroversial, sudah selayaknya orang tua juga mikir cara alternatif non konvensional untuk menyiapkan masa depannya
ketauan deh..
BalasHapuswah kacaaawwww...*geleng2 mouse:P
punya pengalaman sama yak..?
Hapushaha
Disimpen Pak tipsnya.
BalasHapus*termasuk jawaban ketauan pas ibadahnya*
untung pintu dah ada kuncinya semua. :D
HAHAAA....
BalasHapusDIAJAK NUNGGUIN SAMPE SELESAI DL BARU DIJELASIN HARUSNYA MAS...
:p
ngakak ae wes :D
BalasHapus