31 Januari 2013

Idealisme Buta


#Semua Umur

Pada dasarnya, idealisme itu sama dengan sifat kekanakan. Suatu sumber inspirasi untuk menggali ide-ide liar agar kehidupan tidak terasa monoton. Dan masih sama dengan kekanakan, idealisme yang timbul pun harus bisa dikembangkan secara dewasa dalam tidak membabi buta.

Nah kayaknya disini susahnya
Orang yang merasa idealis seringkali tak mampu mengedalikan diri. Dia ingin bebas bicara ke orang lain tapi kadang enggan mendengar apa kata orang. Perbedaan pendapat bukan dijadikan sarana mewarnai dunia, malah suka dianggap sebagai bentuk permusuhan. 

Entah berapa kali aku diajak gabung dalam suatu komunitas oleh teman yang katanya idealis. Sayangnya lebih banyak mentok di perbedaan pola pikir. Dalam membuat perubahan, mereka maunya frontal dan total. Sementara aku lebih suka bergerak senyap dari diri sendiri. Apa yang aku belum mampu, aku enggan memaksakan ke orang lain. Tak peduli itu sebuah kebaikan.

Pola pikirku yang terlalu sederhana ini sering mereka kecam namun aku tak pernah peduli. Toh yang sudah-sudah, ada masanya karma wolak waliking jaman berlaku.

Contohnya salah satu teman getol membagikan idealismenya melalui pesbuk. Keinginannya teramat mulia, ingin membuat perubahan di negara yang katanya carut marut ini. Dan beliau selalu mengatakan prinsip memulai dari diri sendiri sebagai tindakan pengecut.

Sampai suatu saat beliau mengeluh billing warnetnya error. Entah kenapa, obrolan teknis tentang software komputer bisa kembali ke diskusi lama tentang perubahan negara. Itu yang bikin aku tidak mengerti. Bagaimana orang yang begitu semangat mau berantas korupsi di Indonesia, tapi dia sendiri cari makan masih pakai software curian.

Ini yang aku bilang idealisme tanpa kedewasaan. Dalam kondisi seperti itu pun masih berusaha ngeyel. Pantas saja masalah negara ini tak pernah usai. Karena mereka yang merasa reformis hanya bisa teriak-teriak tunjuk hidung orang, namun tak mau instropeksi diri.

Payahnya...
Budaya ngeyelan semacam ini begitu mengakar. Tidak hanya generasi tua yang susah diingatkan, anak mudanya pun sama saja. Lihat contohnya di skrinsut berikut...




Intinya
Tak mau nyeramahin orang lain tidak selamanya bisa dianggap masa bodoh ke lingkungan. Berusaha merubah orang banyak sementara merubah diri sendiri belum mampu, kayaknya lebih banyak ditertawakan orang ketimbang dikatakan sukses. Toh mau susah mau senang aku sendiri yang menikmati. Emang negara mau mikirin aku ga punya duit..?
Tapi ini prinsipku pribadi. Anoman sih sebodo amat...
Yang penting hepi...



Read More

30 Januari 2013

MekGeper


#Dewasa

Susahnya kerja di hutan adalah kebutuhan logistik yang sering tersendat terhambat akses. Makanya suka ribut kalo musim gangguan seperti sekarang ini. Peralatan banyak yang rusak sementara pengadaan suku cadang harus menunggu. Padahal kalo internet ngadat kelamaan, yang teriak bisa orang sak ndayak...

Oleh karena itu, istilah kirim Fatihah ke MacGyver jadi tenar disini. Pokoknya harus bisa mengatasi masalah dengan apa yang ada walau harus diacak-acak. Kalo orang Jogja bilang pake ilmu MPC...
#Mbuh piye carane...

Perilaku ala mekgeper juga berlaku untuk kehidupan pribadi dalam keseharian. Tau sendirilah pulang 3 bulan sekali. Urusan ganti oli bukan lagi pelajaran biologi semata. Tapi sudah pake rumus fisika dan kimia tingkat tinggi.

Apalagi di musim hujan seperti sekarang ini. Bukan cuma musim gangguan perangkat, tapi musim rebutan AC juga. Jemuran sering ga kering, alternatifnya ditaruh di depan blower AC. Mengikuti peribahasa Jawa yang berbunyi this is mean garing...
#Ah elah...

Apesnya kemarin...
Kehabisan stok kancut bersih terpaksa berpolosria padahal celana jean semua. Ndilalah ada masalah yang mengharuskan diri manjat tower di tengah hari bolong. Pake full body harnes dengan berbagai peralatan berat bergelantungan, otomatis harus mengorbankan si tuyul ganteng untuk terjempet-jempet. 

Awalnya sih griming-griming doang tanpa jadi gelisah. Begitu mandi baru terasa pedih perihnya dunia. Bijinya lecet, neng...
#Semprul...

Gausah dibayangin bagaimana indahnya kantong jimat selembut sutra yang kini terluka. Nyari sarung ga nemu, efeknya jadi susah tidur karena lengket ke kolor. Celingukan ke kamar tetangga cuma nemu seprei. Ya sudah, mekgeper beraksi lagi dan bisa nyenyak sampe pagi tapihan seprei...

Ternyata...
Kere aktip itu indah...


Intinya
Jangan sampai anak cucu ngalamin dah...

NB
Berhubung lagi tidak punya kamera, ilustrasi tidak bisa realtime...





Read More

29 Januari 2013

Sisi Kekanakan


#Dewasa

Pagi-pagi ada yang ribut di kantor. Keributan kecil yang langsung membesar gara-gara salah seorang menyebut lawan bicaranya kaya anak kecil. Bikin heran juga ketika dua orang yang sama-sama kekanakan bisa ngambek besar ketika dibilang seperti anak kecil.

Sifat kekanakan itu tak tak akan lepas dari kita selama hayat masih dikandung badan. Cuma porsinya saja yang mungkin menurun seiring bertambahnya usia. Namun hilang total aku yakin tidak. Bahkan akan bertambah lagi setelah jompo nanti.

Yang merasa manusia jadul tentu ingat masa jayanya Nokia 5110. Hape sejuta umat yang sukses dengan tag menarik di setiap iklannya. "Selalu ada sisi kekanakan dalam diri kita..."

Nokia menggali sisi kekanakan kita melalui game ular-ularan yang bisa dibilang pertama kalinya ada permainan masuk ke hape.

Youtube pun mengerti kalo sifat itu selalu ada. Game snake pun diusung ke video playernya. Youtuber berbenwit cekak tentu sering mengalami proses buffer yang membosankan. Biar ga bete-bete amat, gambar bola-bola yang semula hanya berputar-putar sebagai tanda wait buffering dimanfaatkan jadi permainan. Cukup tekan tombal panah di keyboard, bola-bola berputar akan jadi ular-ularan. Sederhana, tapi lumayan buat ngusir bete saat nunggu buffer.




Demi usernya tidak galau saat pemeliharaan server, Kaskus belum lama ini melakukan hal serupa. Proses maintenance oleh kaskuser suka disebut maintenis. Itu menginspirasi pengelolanya untuk menampilkan game flash tenis sederhana menggantikan pengumuman Kaskus Overposting atau Kaskus Maintenance.





Mengapa harus takut dengan sifat kekanakan..?
Asal disalurkan secara benar, hasilnya akan positif juga kok. Salah satu contoh yang sering dikeluhkan blogger adalah ga ada ide tulisan. Kita bernafas selama 24 jam sehari, tak mungkinlah tidak ada yang bisa diceritakan sama sekali.

Dalam kasus ini, sifat kekanakan dapat dimanfaatkan untuk menggali ide. Anak-anak mungkin belum banyak ide, namun dia berani mencoba tanpa pernah mikir terlalu panjang. Gampangnya anak-anak pengen ngemut kerikil pun langsung dia emut. Beda dengan orang tua yang selalu mikir dulu bakal sakit perut apa engga, apa mending ngemut yang lain atau mending diemut saja dll dll

Itu juga yang jadi dasar pemikiran kenapa kantor perusahaan besar macam Google atau Facebook interiornya lebih mirip Taman Kanak Kanak ketimbang kantor dalam asumsi umum. Perusahaan ingin karyawannya lebih kreatif dalam berinovasi dengan menggali sisi kekanakan masing-masing orang.





Aku sendiri juga sering kekanakan kok
Apalagi kalo lagi di rumah, kadang sampe kebayi-bayian...



Intinya
Baik dan buruk, dewasa dan kekanakan selalu ada dalam diri manusia. Ga perlu malu atau ditutupin. Tapi arahkan energinya ke hal yang sekiranya positif. Seperti aku yang gemar menyalurkan sifat kebayi-bayian, bulan depan ibue nyobain test pack hasilnya positif...

gambar nyomot di google



Read More

28 Januari 2013

Analogi Ponzo


#Bimbingan Orang Tua

Sering aku bilang ke teman-teman staf lokal untuk mencoba merantau mumpung masih muda. Ga perlu terpaku ke Jawa. Kemana saja boleh yang penting keluar dari kampungnya agar wawasan bisa bertambah. Namun rata-rata mereka menggelengkan kepala seolah takut duluan oleh bayangan dunia luar. 

Jangankan merantau. Dikirim pelatihan ke Jawa seminggu pun ada saja alasan untuk menolaknya. Dan tentang ini pernah aku ceritakan di jurnal Selamat Datang di Jogjakarta.

Aku pikir sikap takut akan bayangan semacam ini merupakan sifat dasar manusia. Belum mencoba sudah mikir macam-macam sampai akhirnya ragu untuk melangkah. Seperti anak sekolah mau ujian, mikirnya selalu kemana-mana seolah-olah ujian besok sangat menakutkan. Belajar semalam suntuk, bikin contekan sampai minta air didoain kyai kadang dilakukan. Padahal setelah selesai ujian, apa yang baru dijalani tak seberat bayangan semula.

Fenomena semacam itu identik dengan apa yang dinamakan Ilusi Ponzo. Mungkin benar itu hanya kesalahan optis. Namun karena mata hanya menangkap cahaya sedangkan penerjemahnya adalah otak, kesalahan itu bisa dianggap identik dengan kasus diatas.

Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar dibawah. Perhatikan dua garis merah dan bandingkan ukurannya.




Kebanyakan orang mengatakan garis sebelah kiri lebih panjang. Tapi coba ambil penggaris dan buktikan bahwa dua garis itu sama panjang.

Garis yang satu terbaca lebih panjang karena kita anggap posisinya lebih jauh. Dan penerjemahan yang sama kita lakukan secara bawah sadar dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang jauh dan belum kita coba sering dianggap lebih besar, lebih sulit dan lebih lainnya ketimbang masalah yang sama tapi sudah didepan mata.

Tak heran bila orang Jawa suka bilang hidup itu sawang-sinawang. Kita suka melebih-lebihkan apa yang kita lihat dari orang lain. Padahal bila kita mau melihat dari dekat, kondisinya seringkali tak seperti itu. Apalagi kalo lagi bokek. Lihat orang tertawa ceria dikiranya lagi banyak duit dan langsung bilang mau ngutang.

Jadi kesalahan ini murni ada dalam otak. Beda dengan idiom yang di kalangan masyarakat Sunda dinamakan mojang sari gunung atau cakepnya seperti gunung. Ini mah murni kesalahan mata karena istilah sari gunung ini dipake untuk orang yang dari kejauhan kelihatan cakep, setelah dideketin ternyata kurang cakep.

Kalo aku sih sari laut kali ya..?
Dilihat dari jauh kelihatan jelek
Begitu disamperin ternyata ancurrr...


Intinya
Takut bayangan itu manusiawi dan sering dialami. Namun pengalaman itu seringkali tak mampu dijadikan dasar untuk menekan rasa takut agar berani melangkah. Bisa jadi pepatah tak mau masuk ke lobang yang sama memang hanya untuk keledai. Nyatanya sampai saat ini, aku masih saja takut untuk masuk ke lobang lain.
Takut digetok panci sama ibue Ncip...


Read More

27 Januari 2013

Ncip Bandel


#Bimbingan Orang Tua

Nelpon ke ibue Ncip makin susah. Cuma bisa sepatah dua patah kata, selanjutnya berganti suara anak-anak tawuran berebut hape. Sengaja nelpon malem dengan perkiraan anak-anak dah tidur, dengar suara yang ngobrol mereka malah nglilir. Bila Citra yang bangun sih rada aman. Bisa diajak ngomong dan mau gantian sama ibue.

Payah kalo si Ncip, dijamin ribut lagi karena dia suka bangunin mbaknya untuk pamer. "Ayah epun... ayah epun..."

Mana ngobrolnya susah dimengerti. Setiap kata dipotong-potong semau dia. Makanya riweuh kalo pas ngobrol sendiri tanpa bantuan ibue. Kaya waktu bilang "ayah uang..", aku langsung mikir payah anak umur setaun dah tau duit. Setelah translatornya nongol baru ketauan kalo maksudnya nanya, "kapan ayah pulang..?"

Pokoknya ngomong sama si Ncip lebih sering salah tangkep ketimbang benernya. Tak jarang bikin aku menahan nafas seperti waktu dia teriak-teriak minta remote control
Abis bilangnya, "emot ontol... emot ontol..."
#Masaloooh...




Bandelnya sudah melebihi mbaknya. Ga betah di rumah maunya hujan-hujanan terus. Makan mulai susah malah lebih suka nglemprak di jalan sambil ngemut kerikil. Kalo dilarang mandi hujan, bakalan protes nyebur ke bak mandi. Makanya kalo shampo sabun ga diumpetin, pasti habis dituang ke bak semua.




Disuruh ikut kegiatan PAUD di balai RW atau pengajian anak-anak dia giat banget. Asal dengar di masjid sudah halo-halo buruan ngajak berangkat. Tapi ya gitu deh, isengnya ga sembuh-sembuh. Kalo cuma berisik sih gapapa. Ini mah suka isengin temannya sampai merosotin celana segala...
#Kaya pak Asep aja...

Kalo dikurung di rumah, dia suka ngomporin mbaknya untuk demo minta dibukain pintu. Bila tidak diturutin, sudah pasti seisi rumah berantakan. Hape di kolong, sepatu di kulkas atau sendok masuk mesin cuci sudah jadi langganan.




Yang begini ini yang bikin hati makin mpot-mpotan pengen pulang. Atau minimal cari kerjaan di luar hutan biar bisa membawa mereka serta. Jujur ingin ngumpul ini bukan karena pengen marahin anak punya polah begitu. Tapi rasanya asik aja bermain bersama anak-anak bandel. Jadi pengen nyicil alat-alat gunung lagi biar mereka akrab dengan carabiner dan tali kernmantel.


Intinya
Anak yang bandel merupakan modal awal yang bagus kalo bisa diarahin ke hal positif. Berusaha mengekang kenakalan mereka hanya akan mematikan kreatifitas. 
Katanya sih...



Read More

Follower


#Bimbingan Orang tua

Beberapa kali dapat laporan, katanya blog ini ga bisa di-follow baik dari blogspot maupun wordpress. Suer aku ga tau kenapa bisa pilih-pilih begitu sementara beberapa teman tidak menemukan masalah. Cari tahu di google belum juga nemu solusi. Sehingga aku bisa bikin kesimpulan, blog orang beriman memang susah untuk diikuti...
#Beriman tipis maksudnya...

Aku sendiri lebih suka mengikuti blog menggunakan aplikasi pengelola email yang mendukung RSS reader seperti Thunderbird misalnya. Untuk yang Microsoft mania bisa manfaatin MS Outlook. Tinggal masukin link feeds ke bagian RSS Reader dah jalan.

Cari link feeds nya, kalo pake firefox tinggal buka blognya, klik kanan cari View Page Info. Buka tab Feeds akan nongol deh link-nya.

Memantau komentar masuk di blog sendiri pun bisa menggunakan aplikasi yang sama. Jadinya praktis bisa ngintip blog sekalian ngurus email kerjaan. Untuk mantau komen cukup ganti kata posts dengan comments. Contohnya gini :

  • Feeds blog  : http://blog.rawins.com/feeds/posts/default
  • Feeds komen : http://blog.rawins.com/feeds/comments/default


Ada juga yang bilang ga jadi follow karena widgetnya ga ada. Aku jawab bisa dari dashboard masing-masing katanya, "mau difollow aja nyusahin.." 

Ya sudahlah
Toh buatku itu bukan suatu kewajiban. Kalo suka blog temen ya aku ikutin tanpa perlu maksa polibek. Follow ga follow ga patheken.

Sengaja ga pasang widget follower karena kurang fungsional buatku. Untuk apa dipasang terus bila setiap teman hanya butuh sekali seumur hidup. Kecuali tiap jam ada yang nge-follow, baru aku pertimbangkan widget tersebut. Kalo cuma buat pamer pengikutku banyak, kayaknya enggak banget dah...

Widget follower juga menyumbang beban loading halaman lumayan besar. Ini melanggar pakem blog ini yang aku ingin seringan mungkin untuk ngebukanya. Skrinsut pengukurannya sebagai berikut :

Loading page pake widget dan engga hasilnya 15.17 detik vs 4.73 detik


Ada juga yang bilang, pasang widget follower biar pengikutnya banyak untuk menambah backlink. Namun apalah artinya backlink banyak kalo sekali berkunjung langsung kapok. Loadingnya berat, warna warni nyakitin mata begitu maksa mau komen dicegat capcay.

Trus sapa bilang tanpa widget kita ga bakal punya pengikut. Ini skrinsut buktinya

Lumayan 230 follower walau yang aktif paling 10%




Intinya
Aku ga pasang widget pengikut karena bikin berat dan kurang fungsional. Lebih enak ga punya pengikut tapi banyak teman yang akrab sampai ke hati. Kalo diibaratkan dalam keseharian, aku ga merasa perlu ngiklanin diri sebagai jomblo. Toh selalu ada penggemar baru yang nyamperin diam-diam tanpa ketauan yang di rumah. Asiiik...
Tapi ini prinsip aku lho ya. Orang lain, sumonggooo...



Read More

26 Januari 2013

Pasukan Panci


#Semua Umur

Sudah ada 4 orang yang bertanya melalui japri tentang Pasukan Panci Rese yang ngaco lewat komen-komen ajaibnya. Aku bisa mengerti kenapa pengguna platform blogger dan wordpress terkaget-kaget. Karena selama ini kekacauan ini hanya ada di platform multiply.

Awal kembali ke blogger pasca kebangkrutan multiply, aku cuma berani ngaco dengan eks mpers saja. Namun entah mengapa jadi banyak yang nimbrung sampai bikin istilah KPK lebih suka kuartikan sebagai Komentator Panci Katrok. Haha...

Dulu, Grup Pengacau Komen di multiply ini sering disebut Pasukan Ureng-Ureng. Whats the meaning of ureng-ureng, mungkin sesepuh kita Lik Zach bisa kasih definisi lebih tepat.

Pasukan ureng-ureng memang asik untuk becanda dan kreatif menciptakan komen segar yang bisa bikin hepi. Namun mereka juga kejam bila ada yang memusuhi. Orang yang berani mengusik akan dikerjain jurnalnya dengan cara ngobrol ngalor ngidul di kolom komennya. Siapa yang ga shock malam-malam posting jurnal yang indah, paginya ancur-ancuran oleh ratusan komentar yang ngobrol sendiri.

Jujur aku menyesalkan ditutupnya blog oleh multiply. Begitu banyak arsip kekacauan yang yang lenyap ditelan server. Untung aku sempat nyelametin satu kopiannya sebagai kenang-kenangan dan aku simpan di jurnal Sekedar Membuka Kenangan Lama.

Beneran perusuh kah mereka..?
Dengan semangat 45 aku jawab bukan
Karena saat nemu jurnal yang dikasih label ebeg-ebegan mode : off, mereka tak akan nyampah. Yang muncul adalah diskusi panjang lebar dan melelahkan. Sayang arsip diskusi ini pun tak bisa aku selamatkan. Hanya beberapa komen saja yang bisa aku pindahkan dari ratusan komentar di setiap jurnalnya. Salah satunya bisa dilihat di jurnal Hak Anak Yang Terabaikan.

Selain ngaco dan diskusi, mereka juga mengadakan kegiatan offline. Bukan sekedar kopi darat makan-makan, tapi kegiatan sosial yang mereka namakan Proyek Pecel Curing. Turun ke desa mengadakan pelatihan seperti budidaya jamur, linux, internet masuk desa, jurnalisme warga serta kegiatan tanggap bencana saat gempa Jogja, tsunami Pangandaran dan banjir di Cilacap.

Dinamakan Pecel Curing, karena kopi darat pertama untuk membahas kegiatan sosial dilakukan di angkringan Jawil, Jl Wijilan Yogyakarta sambil ngemut pecel curing.

Perencanaan kegiatan lebih banyak dilakukan secara online mengingat anggotanya bertebaran sampai ke luar negeri. Tidak ada keharusan untuk gabung di darat karena sifatnya sukarela. Teknis di lapangan bisa berjalan dengan cara menggandeng LSM atau potensi lokal daerah sasaran. Salah satu LSM besar yang digandeng adalah CRI (Combine Research Institution).

Sayang komunitas ureng-ureng ini meredup pasca sepinya multiply akibat serbuan pesbuk. Websetnya pun lenyap dengan segala arsip kegiatannya gara-gara pakai domain dan hosting gratisan yang ternyata dibatasi setahun saja. Pecel Curing pun akhirnya hilang terlindas putaran dunia...


Intinya
Aku tidak berharap banyak dari KPK. Aku ceritakan ini, siapa tahu bisa jadi inspirasi. Juga membuka mata mereka yang sinis bahwa pernah ada di jagad maya ini, sekelompok pengacau yang di lain sisi punya idealisme sosial kemasyarakatan.


multipliers dalam kenangan...
tukangebeg, gambarpacul, sfac, smartfad, yossysuparyo, sophi, rofie, anissamaniess, ocha87, kantongrwn, blendonk, efan, windiemeijers, srikandi75, vpyr, choki, mamange, denybule, jebraxs dan beberapa nama yang mohon maaf aku lupa...





Read More

Wonderful World


#Bimbingan Orang Tua

Kemarin japri ke temen yang minta tolong soal tukang obat sontoloyo bahwa hasilnya seperti aku tulis di jurnal CommentLuv. Mau pake mau engga begitulah adanya. Dibilang terserah, eh masih dikejar juga, "harus gimana dong..?"

Aku bilang form komentarnya ditutup aja malah misuh-misuh. Haha..


Ga bisa nyalahin kalo ada yang uring-uringan dengan masalah semacam itu. Karena aku pun dulu pernah berpola pikir senada. Menginginkan hidup lebih nyaman tapi malah ga enak babar blas. Mudah terganggu oleh hal-hal sepele yang sebenarnya hanya buang-buang energi.

Sampai suatu saat...
Ada seseorang yang bicara dengan sorot mata sebening Venus, "semakin kita ingin mempermudah, hidup itu akan semakin rumit..."

Aku pikir betul juga sih
Manusia terus saja menciptakan teknologi baru untuk mempermudah kehidupan. Namun hasilnya seringkali membuat kita makin tak mengerti dimana kemudahan itu. Ogah jalan kali kita ciptakan mobil. Jarang jalan kaki, badan jadi kurang sehat. Belum lagi masalah polusi, kemacetan, kecelakaan dll dll

Lalu aku pun bertanya, "harus bagaimana cara menyikapinya..?" 
Dengan senyum seindah pelangi dia ambil gitar dan mengajakku bernyanyi...

The colors of the rainbow, so pretty in the sky
Are also on the faces, of people going by
I see friends shaking hands, sayin', "How do you do?"
They're really sayin', "I love you"

Maksutloh..?
Nikmatilah hidup secara kemanusiaan dengan cinta. Mengikuti ambisi dan amarah hanya membuat hati semakin sakit. Membiarkannya segera mengalir akan membuat kita menyatu dengan harmoni alam yang seimbang. Damai...




Butuh waktu panjang untuk ku bisa merubah sikap sejak obrolan di buper Baturraden pertengahan tahun 90 itu. Dan memang terasa indah walaupun Venus itu keburu pergi, tanpa pernah tahu bahwa aku sudah bisa seperti yang dia harapkan.

Makanya setiap kali ditanya tentang caraku menjalani hidup, lebih banyak aku lanjutkan lagu itu

Yes, I think to myself
What a wonderful world
Huwoo.. huwooo...

Dan ada satu lagi kata-kata Venus yang kini menjadi prinsip hidupku
"Kalo nemu masalah, mending misuh daripada mengeluh..."

Apa maknanya..?
Aku bahas nanti deh
Dan yang pasti, aku masih culun waktu itu
Sehingga tidak balik bertanya, "bagaimana kalo diganti melenguh saja..?"


Intinya
Hidup ini indah, tak perlu mencari-cari masalah
Nyambung ga nyambung yang penting hepi..
Indahnya dunia...


Read More

25 Januari 2013

Kekurangan CommentLuv di Blogger


#Semua Umur

Cukup banyak masalah yang aku temukan dalam uji coba form komentar CommentLuv dari IntenseDebate di jurnal Percobaan Komen kemarin. Beberapa poin yang bisa dianggap lumayan mengganggu adalah sebagai berikut :

Template mobile harus di disable
Bila jurnal dibuka menggunakan tampilan mobile, form CommentLuv tidak muncul. Yang ada form bawaan blogger. Padahal bila ada satu komen saja yang nyelonong masuk ke form aslinya, secara otomatis form CommentLuv tidak muncul dan kembali ke form blogger. Hal ini terjadi karena CommentLuv hanya akan aktif di jurnal yang belum ada komen di form bawaan.

Memang bila komentar di form asli dihapus, CommentLuv akan kembali aktif. Satu-satunya jalan, tampilan mobile harus dinonaktifkan dengan resiko pengakses dari hape akan disuguhi tampilan desktop yang berat.

Anti spam ngaco
Bila komen baru dianggap spam, aku masih anggap itu wajar karena mesin hanya menjalankan algoritma yang tidak mungkin efektif 100% mengenali bahasa manusia. Masalahnya, komentar lama yang sudah tampil dan kadang sudah banyak balasan bisa mendadak hilang saat kita buka dilain waktu dan pindah ke folder spam.

Loading berat
Mungkin ini yang paling penting. Skrinsut hasil perbandingan menggunakan form bawaan blogger dan CommentLuv adalah sebagai berikut : 



Beban halaman paling berat justru di loading komentar. Dan secara total hasil pengukurannya menemukan hasil sebagai berikut :

40 request | 29.64KB transferred | 2.64s (onload: 2.64s, DOMContentLoaded: 1.71s)
86 request | 482.02KB transferred | 18.00s (onload: 18.00s, DOMContentLoaded: 12.18s)

Biar rada imbang perbandingannya, aku capture jurnal Art of War dengan skrinsut sebagai berikut :



Pengukurannya menunjukan hasil sebagai berikut :
73 request | 771.18KB transferred | 8.92s (onload: 6.86s, DOMContentLoaded: 5.84s)

Secara gampangnya
Form bawaan blogger dengan jumlah komen 2 kali lipat lebih (50 dan 122) bisa diloading 2 kali lebih cepat (18 dan 8.92 detik)

Kira-kira begitu saudara-saudara
Mohon maaf kalo bingung dengan angka-angka diatas. Sengaja aku tulis ini, karena sudah muter-muter di google nemunya tentang kelebihan CommentLuv saja. Yang menulis kekurangannya aku belum nemu.

Yang aku sampaikan hanya masalah yang berat saja. Masalah yang kecil-kecil juga banyak tapi bakal kepanjangan kalo aku tulis semua satu persatu.

Terima kasih atas masukan-masukannya kemarin ya...


Kesimpulannya
CommentLuv kurang asik buat aku, karena aku lebih mementingkan kecepatan akses. Bagi yang koneksinya borju dan mengutamakan tampilan, CommentLuv layak dicoba.


Read More

24 Januari 2013

Percobaan Komeng


#Semua Umur

Minggu ini...
Yang nyebelin tak cuma kunjungan anoman kobong saja, juga serbuan tukang obat yang membabi ngepet. Untungnya mereka bermain di jurnal lama sehingga tidak tumpang tindih dengan komentar pasukan panci. Tinggal dipilih dipilih dari lapak lalu klik spam.

Kalo melihat polanya, hampir bisa dipastikan dibikin manual dalam artian bukan robot walau kontennya kopi paste. Dipasang verifikasi juga percuma. Mungkin bisa mengurangi minat tukang obat ga tau diri. Namun efek sampingnya teman-teman yang mau komeng ikut terganggu juga. Apalagi aku paling anti sama verifikasi capcay. Nyusahin orang tuh. Tar disumpahin jadi ganteng apa ga mumet..?

Pake moderasi aku juga kurang suka. Selain ga disukai juragan petromax, juga terkesan tertutup. Padahal aku lebih suka buka-bukaan termasuk untuk hujatan yang ga enak sekalipun. Itung-itung belajar memahami prinsip kebebasan bersuara yang kudu diimbangi dengan kebebasan mendengar juga.

Salah satu kelemahan platform blogger dibanding engine blog lain ya di pengelolaan komentar ini. Salah satunya tidak ada fasilitas penjejak ip address sehingga susah untuk untuk memblok tukang obat bangsat melalui alamat ip.

Bisa sih diakalin dengan menganti format komentarnya menggunakan commentluv misalnya. Tapi karena ini pihak ketiga, komentar yang masuk tidak tersimpan di blogger lagi. Untuk mengelolanya kita kudu masuk ke dashboardnya Intense Debate

Resikonya...
Karena tiap buka halaman harus ngambil komen dari server lain, bisa jadi loading halamannya akan lebih lambat daripada kita pakai aslinya. Pasti akan terasa berat banget ketika jumlah komennya sampai ratusan. Ini bisa diatasi dengan membatasi jumlah komen per halamannya. Maksudnya halaman komentar ya, bukan halaman blog. Tapi tau enak apa ga komen model halaman gitu untuk balakurawa panci.

Aku coba dulu deh di jurnal ini...
Sambil jalan nanti dievaluasi enak ga enaknya pakai plug in komentar jenis ini. Mohon masukan juga kalo jadi berat banget dan susah diakses. Kasihan kaum fakir benwit kalo sampai teraniaya.

Intinya...
Aku coba dulu dan tolong kasih tahu kalo ternyata bikin ribet

update -- 25/01/13 16:04
Kekurangan CommentsLuv :
- Loading agak berat. Cek pake firebug, bebannya naik hampir 10%. (Nanti kalo komennya sudah banyak aku cek lagi)
- User pake akun blogger avatarnya tidak muncul. Kalo setor muka itu penting banget, ndaptar gravatar dulu deh.
- Komentar bisa diedit. Berpotensi melanggar hak cipta komentator kalo adminnya gatelan.
- Sekali ada yang masuk pake hape, seting commentluv akan balik ke bawaan blogger. Komentar harus dihapus kalo mau balik ke komlup. (Juragan kupu maap yaah, abisnya lagi ngetes performance dulu)
- Mencegah kasus diatas, mau ga mau tampilan mobile kudu disable. Resikonya yang ngintip dari hape akan dikasih tampilan desktop. Berat..
- Anti spamnya kadang ngaco. Kalo komen baru dianggap spam mungkin rada bisa dimengerti. Ini komen lama yang sudah tampil dan sudah dapat balasan, bisa tahu-tahu ilang dan masuk ke spam. Memang bisa ditongolin lagi, tapi kok ribet ya..?




Read More

Citra Demam


#Semua Umur

Ibue Ncip ngasih tau kalo si Ncit badannya panas. Dan laporan pandangan mata tersebut diakhiri komplen, "si ayah kalo Citra sakit mesti ribut, ga kaya kalo Cipta yang sakit..."

Emang bener gitu kok... 
Tapi ya engga ada maksud membeda-bedakan anak-anak. Intinya sih cuma kebawa suasana hati membayangkan yang di rumah. Aku cenderung lebih tenang kalo si Ncip yang sakit. Citra sudah lumayan mandiri, sehingga ibue bisa lebih tenang ngurus si Ncip tanpa terlalu direpotkan sama Ncit.

Beda saat kakaknya yang sakit. Dalam kondisi normal saja, Ncip selalu menguasai ibue seolah ga boleh ngurus yang lain. Belum lagi sifat isengnya yang suka ngerjain mbaknya. Orang lagi asik bermain sendiri pun kalo dengar si Ncit minta susu, buru-buru lari meluk ibue sambil teriak, "nyenyeeeen...."

Si Ncip juga susah diatur. Dibilangin mbaknya sakit jangan ujan-ujanan dulu mana mau denger. Malah ngomporin ngajak manjat pager lari ke luar rumah. Udah gitu susah disuruh berenti. Tau si mbak dah kedinginan, diajak udahan malah ngacir. Citranya juga payah. Kalo dengar kata ujan-ujanan langsung sehat mendadak.




Punya istri mandiri tuh ga enaknya begini. Udah tau repot, diminta cari asisten ga mau. Disuruh nelpon ke kampung biar mbahnya ke Jogja katanya ogah ngerepotin orangtua. Jadinya aku yang banyak pikiran inget rumah terus.

Cepat sehat ya, nak...
Bulan depan ayah pulang...



Read More

23 Januari 2013

Beda Tipis


#Dewasa

Seminggu ini, jurnalku disamperin anoman beberapa kali membawa fatwa sepanjang jalan kenangan. Ga masalah sih. Malah lebih asik ngelayanin anoman ketimbang tukang obat gak tau diri.

Aku juga yang salah...
Bikin jurnal bermodal literatur itu kan identik dengan cerita konon kabarnya. Karena paling enak itu memang cerita pengalaman pribadi. Mau bilang tidur sambil ngemut panci pun ga bisa diganggu gugat. Panci panci aku...

Mungkin gini aja...
Karena aku ga suka menghapus jurnal, anggap saja jurnal Art of War tidak pernah ada. Analogi mengalah aku ganti pake fakta pribadi. Antara aku dan ibue sajalah biar ga ada yang komplen lagi.

Garis besarnya gini...
Dalam hubungan antara suami dan istri, pilihannya pun tetap 3 hal. Tak mau kalah, mengalah dan menyerah. Menangan mungkin asik. Superioritas kelelakian bisa terlihat jelas. Namun bakal dapat cap dari istri sebagai KDRT. Walau dalam hal ini ada ketidakkonsistenan wacana dan kenyataan. Katanya tak mau ada kekerasan, tapi kalo aku lembek dikomplen juga.

Termasuk dalam urusan nafkah dan ibadah. Tak mau ngalah dan selalu jadi pemenang dalam setiap pertempuran hanya memberikan kenikmatan sesaat. Dan pagi harinya bisa jadi kopi yang terhidang akan bercampur upil.

Apalagi kalo sampai menyerah. Wah, itu mah akan jadi penderitaan dunia akherat bagi semua pihak. Bila nasib baik, biasanya akan direkrut jadi anggota ikatan suami takut istri. Kalo apes, akan sakit hati melihat istri lebih sayang sayuran ketimbang suami sendiri.

Secara pribadi, pilihan terbaik tetap di posisi mengalah. Membiarkan istri menang berkali-kali sampai angkat tangan dan mengikhlaskan kita meraih kemenangan akhir. Bukan cuma kopinya yang bakalan manis, tapi indahnya pelangi pun bakal terasa sepanjang hari.

Namun sekali lagi, ini tentang aku yo...
Orang lain mau bagaimana, sebodo amat



Intinya
Hanya sekedar analogi agar bisa membedakan antara KDRT, ISTI dan sayang istri. Kalo masih susah membedakan tipisnya definisi antara sayang istri dan takut istri, silakan dicermati saja gambar ilustrasi di atas...

gambar nyomot di google



Read More

22 Januari 2013

Art Of War


#Bimbingan Orang Tua

Seorang teman mengeluh tentang masalah hidupnya yang rumit. Karena bukan Mario Teguh yang selalu bisa ngasih solusi, aku cuma cerita tentang pilihan hidup yang tak pernah jauh dari 3 opsi, melawan, mengalah dan menyerah.

Dari 3 pilihan itu, secara pribadi aku cuma ingin melakukan dua poin pertama. Mencoba kata menyerah rasanya kok mengenaskan amat. Toh kata bang Rhoma selalu ada 1001 jalan menuju poligami...
#Srampang srandal...

Aku ceritakan tentang Art of War atau Seni Perang Sunzi. Sebuah buku filsafat militer karya Sun Tzu yang ditulis sekitar 3 abad sebelum Masehi. Merupakan kitab perang tertua yang menjadi acuan strategi perang sampai saat ini. 

Salah satu poin penting dari buku itu adalah, saat kita tak mampu untuk melawan jangan anggap kita tak bisa menang. Mungkin dari sinilah muncul idiom mengalah untuk menang.

Seperti Jendral Sudirman yang memilih menyingkir keluar kota dan membiarkan Belanda merebut kota Jogja ketimbang pasukannya hancur total. Terbukti setelah 3 bulan konsolidasi pasukan, TNI bisa merebut kembali kota Jogja melalui serangan umum 1 maret. Memang hanya 6 jam, namun mampu membuka mata dunia bahwa TNI yang kata Belanda sudah hancur ternyata masih eksis.

Sejarah dunia juga mencatat penggunaan strategi itu saat Soviet menarik mundur seluruh pasukan front barat ketimbang hancur menghadapi Blitzkrieg nya Nazi. Mereka mengulur waktu dari musim semi sampai musim dingin tiba sambil menyusun kekuatan. Menyiapkan pasukan Siberia yang sudah terbiasa hidup di atas es ke front barat. Hasilnya, Operasi Barbarossa yang dilancarkan Nazi bisa dihancurkan dibantu cuaca musim dingin yang ekstrem. Tentara Nazi yang tidak membawa perlengkapan musim dingin kocar-kacir. 

Strategi sama juga digunakan Israel untuk memenangkan perang Yom Kippur sebenarnya tidak seimbang. 400 ribu tentara Israel harus melawan 1 juta tentara gabungan Mesir, Suriah dan Irak.

Untuk umat muslim pastinya tahu bila Nabi Muhammad pun pernah melakukan hal sama. Hijrah ke Madinah saat Mekah dianggap sudah tidak memungkinkan untuk dipertahankan. Bila saat itu Nabi keukeuh bertahan di Mekah, mungkin kini Islam hanya tinggal sejarah. Makanya aneh bila ada orang Islam yang kepepet tapi tak mau mengikuti jejak junjungannya dan memilih meratap-ratap di dinding pesbuk

Ada benang merah dari strategi ini
Manusia itu punya sifat dasar tak mau kalah. Namun bila selalu menang, dia cenderung berubah pongah dan kewaspadaan menurun. Kelemahan inilah yang menjadi senjata utama. Membiarkan musuh tenggelam dalam euforia kemenangan yang memabukan, lalu hantam dengan kekuatan penuh.

Hanya itu yang aku ceritakan pada temanku...
Tapi kalo itu dianggap terlalu rumit, mungkin bisa pakai strateginya Damung ketika diperkosa bencong. Saat dirasa tak mampu melawan, apa salahnya mencoba untuk menikmatinya...
#Pekok...


Intinya
Dengan melawan mungkin kita akan menang walau dengan banyak pengorbanan. Namun dengan mengalah terlebih dahulu, seringkali dengan sedikit pengorbanan kita bisa memperoleh kemenangan yang lebih di akhirnya...
Tapi maaf, ini prinsip pribadiku saja...


Read More

Lempar Sosis


#Bimbingan Orang Tua

Acara satu jam bersama google hari ini malah menclok di berita katrok di Tempo, diadili karena sosis.

Isinya tentang perempuan Swedia yang lagi masak lalu cekcok dengan tetangganya. Sosis pun melayang dan pelaku dituntut ke pengadilan untuk membayar ganti rugi sebesar Rp 1,3 juta karena celananya rusak. Tak jelas kenapa celananya sampai rusak. Namun yang pasti, perempuan itu melempar sosis berikut wajannya.
#Bukan panci...

Mungkin terasa berlebihan
Cuma dilempar sosis prosesnya sampai ke pengadilan. Toh wajannya meleset dan yang nyampluk cuma sosisnya. Tapi menurutku itu bagus banget. Bagaimanapun juga hukum harus ditegakkan secara adil tanpa melihat besar kecilnya kasus atau siapa yang terlibat.

Tuntutan hanya 1,3 juta rupiah bisa jadi akan diketawakan orang sini. Namun dari situlah kita bisa melihat kedewasaan warga Swedia tentang hukum. Karena kerugiannya cuma celana, tuntutan segitu kayaknya wajar. Tapi tau celana apa yang harganya segitu.

Bayangkan kalo itu terjadi di Indonesia Raya. Tuntutannya bisa berlipat ganda dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan, penghinaan, kekerasan atau mungkin dikatakan percobaan pembunuhan. 

Tapi sudahlah...
Tar malah keterusan menjelek-jelekan negeri sendiri...


Intinya
Sebuah berita ringan yang menarik sebagai intermezzo setelah jenuh dengan berita tentang banjir atau kasus korupsi pejabat kita yang tak kunjung usai. Sambil membayangkan kalo kejadiannya dibalik, si kakek yang melemparkan sosisnya ke si nenek. Mungkin akan dibalas lempar pake bunga...
#Sekalian potnya...





Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena