18 Januari 2013

Melawan Kesenjangan


#Semua Umur

Hampir putus asa dengan usaha menyesuaikan gaji anak buah yang entah kapan ada realisasinya, aku ambil satu jalan tengah yang entah benar entah tidak. "Saat perusahaan semena-mena ke karyawan, sebaliknya pun boleh dilakukan. Tapi karena kalian masih gajian, jangan sampai bolos atau kerja ga bener ya..."

"Maksudnya, pak..?"
"Selama ini kan kita saling bantu antar unit agar kerjaan cepat selesai. Sampai ada penyesuaian gaji, cukup kerjakan tugas pokoknya saja. Bagian administrasi jadi admin saja, bagian lapangan main bola saja, programmer ga usah ikut ke lapangan. Kalo ga ada kerjaan, ya sudah duduk manis saja..."

"Kalo pak bos nyuruh gimana..?"
"Suruh nelpon saya, biar saya bisa tagih janjinya soal gaji..."

Jujur aku mumet soal itu...
Itu pula salah satu alasan kenapa aku males balik lagi ke hutan. Tak nyaman rasanya aku harus ngatur dan nyuruh-nyuruh anak buah sementara kesejahteraan mereka aku ga bisa memperjuangkan.

Aku sering jadi kuli dan berada di posisi seperti mereka. Makanya apa yang mereka rasakan saat janji perusahaan tak kunjung dipenuhi aku tahu persis. Apalagi disini overlaping pekerjaan adalah suatu hal yang umum.

Misalnya ikut ngurus genset yang semestinya kerjaan orang electric. Daripada serverku tewas karena listrik mati terlalu lama, pasukan aku kerahkan membantu. Namun ketika kondisinya begini, aku harus merelakan server error saat orang electric keteteran. Terlalu kejam rasanya menugaskan pasukan berlari sementara gaji hanya cukup untuk berjalan pelan.

Setelah beberapa hari, aku coba cek jangan-jangan masih ada yang bantuin kerjaan orang. Pertama nanya bagian programmer, "ga disuruh ke lapangan kan..?"

"Engga. Kemarin cuma disuruh bikin program..."
"Program apaan..?"
"Program kerja IT tiga bulan ke depan..."
"Whaaaat...?"


Intinya
Aku yang bego apa managerku yang pinter ya..?






111 comments:

  1. itu dilemanya memang menjadi atasan... sempat memiliki perasaan seperti itu, malah sampai resign dan milih jadi staff lagi. Tapi semua itu pilihan sob, Anak buah juga harus diajari dalam membuat keputusan dan memiliki harga diri. Kalau gaji kurang dan merasa tidak dihargai ya, coba cari jalan keluar lain, paling parah ya keluar saja. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah kita sama bro
      makanya aku suka membatasi karir ga mau terlalu tinggi jabatan yang artinya anak buah bertambah. apalagi aku sadar kalo aku orang lapangan yang pola pikirnya taktis. langkahku pendek, om...

      Hapus
    2. Mangcapsss pake godam. Sudah keren ya di film AVENGER, Thor

      Hapus
    3. kalo saya sih sebagai anak buah, ngikut aja atasan pegimana. yang penting cukup buat beristri satu sama anak2nya.

      Hapus
    4. yang jelas otaknya njethor pak...

      buatku sih cukup, lik...
      tapi temen-temen yang salah nego dari awal memang minim gajinya. dibantu ngusahain aja susah, apalagi kalo dibiarin...

      Hapus
  2. itu perusahaannya berlindung dibalik UMP. jadi wajar kalo banyak tuntutan masy. yang minta dinaikkan UMP. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga masalah dengan ump
      tapi kan prestasi kerja harus diperhatikan juga dong. kenaikan gaji jangan ditentukan oleh bisa ngejilat ke atas apa bukan...

      Hapus
    2. suka gadoin balsem kali tuh mas... maka nya lidahmya melet2...

      Hapus
    3. kalo melet agnes monica sih gapapa bro...

      Hapus
    4. Mas Rawins suka ya Agnes Monica ya? Ealaaaa

      Hapus
    5. kang asep suka chantal, kang rawin suka agnes, mas Ks suka pok atik.
      kalo saya suka kalian bertiga aja dah.

      haha, saya ngakak baca komen mas budi. gadoin balsem.

      Hapus
  3. ampuuuuun,.....*martil mencari2 sasaran :p

    BalasHapus
  4. ya seperti itulah realita dunia kerja
    :)

    BalasHapus
  5. Kl boleh berpendapat nih dari seorang awam, selebihnya kerjaan yang direalisasikan karyawan itu bentuk loyalitas. Dari adanya karyawan dgn loyalitas yg tinggi mungkin bisa mendukung si bos lebih gigih lg memperjuangkan timbal baliknya "gaji karyawan" tsb. Mohon maaf kl kurang mengena :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi jika menyimak tulisan diatas, para Karyawan sudah menunjukkan loyalitas mereka, bahkan pekerjaan yang bukan merupakan tanggung jawabnya pun mereka lakukan demi kinerja maksimal dari teamwork. Tapi Sang Bos terkesan cuek dan terkesan tidak memperjuangkan kesejahteraan yang setimpal dengan tenaga yang mereka keluarkan. Jadi gimana dong?

      Hapus
    2. sebuah resiko kerja di perusahaan keluarga dimana peraturan masih banyak yang bersifat verbal. wajar kalo ini dianggap aneh olah orang yang kerja di perusahaan publik atau yang sudah mapan sistemnya...

      Hapus
    3. Tumben mas Rawins bisa komentar serius. Biasanya lebih "kreatif" dari urusan batangan, ngaceng Fikri, ejakulasi dini beserta keluarga dan sodaranya. Kesambet gendruwo

      Hapus
    4. ini yang salah kang asep.
      wong yang atas-atas udah pada serius, kang asep malah ngomongin yang bengkok begitu.
      sorakin kang asep, weeekkkk

      Hapus
    5. maap...
      aku udah insap dari ngomongin batangan bengkok...

      Hapus
  6. Yg serIng trjAdi bos melimPahkan krjaan pd org yg sama secara sregnya hati mulu tnp melihat sdh sesuai dengan jobdes Apa tdk

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi tanggung jawab itu kan sesuai dengan gajinya, bu
      bagaimana mungkin kita disuruh mikir sampai 3 bulan kedepan sementara gaji kita cuma cukup untuk makan sebulan...

      Hapus
    2. (ndengerin aja para bos lagi diskusi)

      Hapus
  7. Jenenenge buruh pintero koyo ngopo, yo tetep sik dianggap pinter managere.....wis kang rika senasib karo inyong....hhhhh

    BalasHapus
  8. sama seperti kerja dengan para ekspatriat, pekerjaan yang ditangani sama tapi gaji mereka 10-20 x lipat gaji engineer lokal. padahal spesifikasi pekerjaan sama, tanggung jawab juga sama. mana keadilannya. kita yang di bekuk-bekuk ketekuk, mereka hidup dengan nyaman, slonjor nyaman plus segala fasilitas terbaik... apa musti ikutan demo pas hari buruh....?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga perlu sampai ke ekspatriat
      yang punya koneksi khusus dengan juragan pun bisa dapat gaji berlipat ganda walau ga bisa kerja. itu ga pernah dianggap sebagai pemborosan. namun ketika mereka yang merasa kerja bener menurunkan kinerja pasca kecemburuan sosial, langsung deh dianggap sebagai inefisiensi...

      Hapus
  9. beruntung punya atasan seperti mas rawins ini ya.. tau derita bawahannya *ini pujian loh* :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. mumet gini untung apanya..?
      hahah

      Hapus
    2. kalo saya ogah di bawah mas rawin.
      bawaannya palu begitu.
      aliran apa coba?

      Hapus
    3. besok sekalian bawa arit lik...

      Hapus
    4. mas Rawins pasti enaknya di atas ya. Kan suka manjat Tower kan tingginya ke atas. Kalaw tingginya ke bawah? menurun namanya ya

      Hapus
  10. itu orang bawa palu mau ngapain ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. mau malu yg ngincer pertamax :p

      Hapus
    2. untung diriku tidak pertamax.

      Hapus
    3. halahh paling palunya dibikin dari kertas
      kayak judul film "palu kertas" (ada nggak ya?)

      Hapus
  11. whattt ... hahahaha ... program IT :P

    sekalian aja pasang chip/detektor/gps/camera di tiap persoal, jadi jelas semuanya, wkwkwkwk :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. tau deh, programer disuruh bikin program kerja...

      Hapus
  12. 3 kali misuaku dikibulin soal gaji di 3 perusahaan....makanya yuk bye bye aja deh mending bisnis sndr....hehe

    BalasHapus
  13. Kesejahteraan Karyawan memang kerap kali menjadi masalah internal yang sangat kompleks dalam suatu Perusahaan. Ketika Komunikasi Vertikal (secara verbal) tidak dapat mencapai kesepakatan dari kedua belah pihak, atau bahkan tidak mendapat respon dari pihak yang dimohon, maka pihak pemohon (dalam hal ini adalah Karyawan)terkadang harus memilih cara atau tindakan yang dapat menurunkan kinerja kerja mereka agar tuntutan mereka lebih mendapat perhatian.

    Aku rasa itu sah-sah saja untuk dilakukan. Karena ini menyangkut hak dan kewajiban. Jika Karyawan tersebut sudah menunaikan kewajibannya dengan baik dan maksimal, maka mereka pun pantas mendapatkan hak yang sesuai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kesenjangan memang harus kita protes
      tapi bukan dengan cara mogok karena kita juga masih terima gaji
      solusi paling fair ya menyesuaikan apa yang kita kerjakan dengan nominal yang kita terima. ga masalah kinerja menurun asal kita tidak mangkir...

      Hapus
    2. Iya sih Mas. Tapi sayangnya pihak atasan sering menganggap tindakan itu sebagai bentuk 'pemberontakkan' terhadap kebijakan perusahaan. Dan ketika lebih banyak karyawan yang melakukan tindakan yang sama berdasarkan inisiatif-nya sendiri, maka orang yang pertama kali menyuarakan keadilanlah yang akan dianggap Provokator. :(

      Hapus
    3. kalau di dunia blogger dianggap komentator.

      Hapus
    4. sudah tidak aneh, mang...
      manajemen tidak bisa sepenuhnya menyalahkan karena semua itu adalah reaksi dari aksi mereka. dan menurutku cara itu yang paling fair ketimbang demo mogok seperti yang dilakukan temen-temen di banyak tempat.
      semoga saja sih bisa dimengerti biar tidak sampai ada aliran punk atau komunisme di kerjaan...

      Hapus
    5. ooo gitu taa mas Rawins? Mangcapssssssssssss

      Hapus
  14. Buset, begitu kejam dan menjemukan dunia kerja. Masih minat jadi karyawan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kan tidak semua orang mampu diikuti orang lain dan hanya mampu mengikuti orang lain dalam arti sebagai karyawan. asal timbal baliknya sesuai, aku pikir ga masalah...

      Hapus
  15. sangat apik, mas rawin! terlalu kejam menugaskan pasukan berlari sementara gaji hanya cukup berjalan, I like it!

    Di kabupaten sekadau, Kalbar, tempat saya berdomisili juga lagi hangat2nya case serupa nih mas.. gaji bosnya sebulan 60juta, sementara karyawannya yg masuk kerja dari jam 5 subuh pulang jam 6 sore, sebulan hanya 1,2 juta. Kesenjangan yg keterlaluan. Sudahlah bosnya orang asing (WN Korea), sumber daya yg diambil sumber daya Indonesia pula, mentang2 investasi... aaaah I don't understand this country lah

    *jadi curcol*

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang seperti itu disini pun terjadi. kesenjangan antara gaji manager dengan bawahan langsungnya saja sangat besar. bisa 3 kali lipat. supervisor kebawah biasanya sudah mulai ngaco. ada yang pinter sudah lama kerja gaji dibawah orang baru yang ga bisa apa-apa.
      di dunia yang mulai mikirin duit saja, ga bisa kerja dapat gaji gede bukan sesuatu yang dianggap memalukan...

      Hapus
    2. yang jelas bukan membahas Bubur Ayam. Pasti itu

      Hapus
  16. kuwi poto atene bunuh diri nganggo palu ya kang?

    BalasHapus
  17. mumet..juga ya mas Raw....kerja giat...skill ada...cuma buat berinteraksi sama atasannya lemah....ga bisa tebar pesona sana sini....
    parahnya lagi...mereke..seneng di tebar2...

    cuma ngandalin kenaikan massal..setahun sekali itupun pukul rata biasanya...
    yang cape yg yg molor...tetep sama dapatnya.

    siapa lagi yg pengen di tebar...hayo...?

    BalasHapus
    Balasan
    1. mendingan balik kampung nebar padi di sawah dong
      3 bulan lagi trus panen

      Hapus
  18. yg sabar mas, dunia pasti berputar kok hehe salam kenal http://catatanruslan.blogspot.com/

    BalasHapus
  19. ngeri ngliat martilnya tuh mas..

    BalasHapus
  20. Ayo perjuangkan kesejahteraan anak buahnya.

    BalasHapus
  21. mau atasan yang gmna pun ttep harus bisa kita nya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. susah untuk orang yang tidak biasa menjilat...

      Hapus
  22. nyimak bae, durung dong ... :D

    BalasHapus
  23. komen foto:
    gambarnya Thor putera Odin, saudaranya Loki.
    tapi kurang berotot. kurang brengos juga. jangan pake kacamata coba.

    BalasHapus
  24. yo wes lah kang... opo jare sampean.. yang penting jangan sampe lupa anak istri, sekedar info saja.. jakarta banjir... hehe...

    BalasHapus
  25. wah, kerjaan dobel tapi gaji nggak dobel ya mas..hehe....

    tapi jangan sampe mogok kerja ya....hihi

    BalasHapus
  26. Setelah lama gak mampir kesini terus terang aku kaget waktu mau nulis komen... what, komentarnya sudah sampai 90-an? Wah... biasanya gak lebih dari 20-an... hebat nih. Biasanya admin gak mau komentarin komentar yg masuk sih, begitu ada komentar balik dari admin ternyata komentarnya membludak... hehehe

    Upss.. sori gak nyambung ma postingan *lempar panci*

    BalasHapus
  27. Salah satu tanggung jawab moral pemimpin adalah bisa memberikan kesejahteraan anak buahnya... dan itu gak ringan sama sekali.
    Semoga saja kenaikan gaji segera dapat terealisasi. Aamiin....

    BalasHapus
    Balasan
    1. namanya kerja di swasta ya begini bu
      enaknya kalo dah ga cocok tinggal lompat...

      Hapus
  28. Untung saja karyawan saya cuma satu dan yg nggaji saya sendiri.
    Jadi bisa suka2 saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kapan mau nambah satu lagi biar aku bisa ndaptar..?

      Hapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena