Nge-mall..? Basi...
Wisata pantai..? Sudah biasa...
Piknik ke gunung..? Terlalu mainstream...
Yang kekinian itu pelesiran ke kampung, berbaur dengan masyarakat tradisional, mengenal kearifan lokal tersisa sebelum benar-benar punah. Secara sederhana travelling itu kan tentang pengalaman baru. Mencari sesuatu yang belum pernah kita coba, bukan tentang yang kita suka.
Makanya suka merasa aneh kalo ada yang jauh-jauh ke pantai Depok, giliran makan bukannya pesen seafood malah nanya mekdi dimana. Ada yang turun dari bis wisata berspanduk sekolahan asal Jakarta masuknya ke mall cari jersey bukannya ke Turi ngeborong salak pondoh. Apa di Jakarta mereka mainnya di sawah tak pernah ke mall..?
Sisi lain...
Di jaman serba gampang begini, hampir segala hal dianggap instan oleh anak sekarang. Ingin bermain cukup colak-colek di app store. Susah payahnya membuat mainan dari kulit jeruk tak kan pernah terpikirkan. Contohnya ada tetangga yang tidak tahu bahwa hamil itu umumnya 9 bulan. Baru menikah 2 bulan sudah melahirkan, bisa jadi merupakan salah satu dampak pola pikir instan yang tidak memahami proses produksi.
Oleh karena itu...
Sudah dua tahun ini anak-anak lebih banyak diajak kembali ke alam. Bermain di sawah melihat orang menanam padi atau nimbrung ke tempat perajin gula tradisional. Dibilang tidak seru, nyatanya mereka antusias dan penuh keceriaan. Yang bilang tidak asik, paling banter bocah alay yang mendefinisikan wisata itu sebatas selfie di spot viral.
Jadi kepiye..?
Merasa gaul pajang foto junkfood waralaba atau berdiri di tangga pesawat..? Haha digaulinya kurang dalem itu mah...
Pokoknya cek saja foto-foto terposting di medsos teman
Kalo masih ada yang aplut foto wisata tematik semacam ini
Itu salah satu tanda-tanda pemostingnya ndeso dan kurang modal buat plesir...
#TurisKere
#KapokmuKapan
#BaliNdesaBaeLah
Betul bang,,anak jaman sekarang kalau gak hp ya kompi
BalasHapus