14 Juli 2008

Pagi Yang Sensi

Bangun kesiangan, mandi ala capung cebok langsung ngiprit bak Valentino Roso pake sepeda pancal. Duduk ngos-ngosan, nyalain komputer sambil meraih kopi di meja. Bushiiit...! Panas..!!! Aku mengeluh... Huuuh...

Lihatlah betapa aku terbukti gagal belajar dari gelas dan kopi hitam yang setiap pagi terhidang. Gula dan kopi tak pernah mengeluhkan panasnya air. Gelas tak pernah menolak jadi tempat penampungan manis, pahit dan panas. Tapi aku langsung berteriak ketika tanganku bagai menyentuh bara neraka.

Aku malah jadi melamun. Bahwa faktor-faktor pendukung harmoni sebenarnya sudah tersedia dalam kehidupan. Namun kita terlalu sering menerima atau menolaknya dengan emosi. Kita terlalu banyak menganggap bahwa lingkungan di sekitar kita adalah melulu rival yang selalu kita curigai tipu muslihatnya. Di lain pihak kadang kita berprasangka baik pada keadaan yang sedang berkembang sehingga semua terlihat tanpa cela.

Aku jadi ingat hubungan dengan teman-temanku selama ini. Kalian tak mengajakku berkelahi atau beradu opini, tapi diam-diam aku mengasah belati untuk adu nyali. Tengkar dan konflik seringkali enggan muncul, tapi kita terus menariknya dari altar semedi. Tak ada apa-apa dipaksa menjadi ada. Harmoni ditawari secepat mungkin untuk berubah menjadi anarki.

Siapa aku?
Siapa kalian?
Pentingkah kita membangun kebersamaan atau menciptakan pertikaian?

Mataku tertumbuk ke kartu garansi hardisk yang aku beli kemarin. "Apabila anda kurang puas, hubungi service center kami". Untuk apa aku menghubungi mereka? Lantas aku melamunkan kita lagi.

Siapa aku?
Siapa kalian?
Haruskah aku mengajak kalian berbincang?
Pentingkah kalian mengajakku bicara?

Aku ingin selalu mengenal kalian seperti kalian juga harus tahu aku. Kalian perbaikilah diriku. Aku akan mencoba membuatmu kelihatan baik-baik saja. Mari saling bicara atau sama-sama berduka. Biarkan dunia berjalan pada percepatannya yang selalu tergesa.

Newton pun tak pernah menceritakan tentang apel jatuh karena gravitasi. Bila ilmu pasti pun sudah bercampur mitos fiksi, apa yang terjadi dengan isi hati? Huuh, aku malah mengeluh sendiri.

Dan siapapun aku, siapapun kalian, aku tak peduli.
Karena aku pun tak tahu apakah tulisan ini berisi?

Bercerminlah...
Lihatlah betapa acak-acakannya diriku



4 comments:

  1. The dichotomy is always amazing - women like romance and men like action movies
    If you go fishing you have to use the correct bait for the prey - always
    www.hotel-ring.com

    BalasHapus
  2. Mbuh lah, ga muden bahasanya. Bisa ditranslate ga?

    BalasHapus
  3. who am i? definitely not spiderman

    :D

    BalasHapus
  4. Kamsudnya..? Tuing-tuing...

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena