#Semua Umur
Bila kebanyakan orang Jogja memfavoritkan Kaliurang sebagai tempat ngadem, aku justru lebih suka ke Turgo. Sebuah desa wisata yang masih alami di sebelah barat Kaliurang. Di belakang desa ini terdapat sebuah bukit kecil yang juga dinamakan gunung Turgo. Ada sebuah kepercayaan disana dimana Eyang Turgo merupakan penjaga keselamatan desa saat Merapi menggeliat. Dan secara geografis, bukit Turgo ini memang menjadi benteng yang bisa melindungi desa dari serbuan awan panas.
Panorama Merapi yang dikenal sebagai gunung paling aktif di dunia merupakan sebuah keunikan tersendiri untuk dikunjungi. Ada beberapa buah gardu pandang disana. Juga disediakan pemandu apabila ingin menjelajahi sisa-sisa keperkasaan Merapi yang meluluhlantakan daerah sekitar situ. Tak hanya hutan, puing-puing rumah bekas hantaman lahar juga masih bisa disaksikan. Hubungi saja sekretariat desa wisata dan pilih paket-paket tracking yang ditawarkan dengan biaya antara 10 - 50 ribu per orang.
Bagi penggemar wisata spiritual, setiap tanggal 1 syuro ada kirab sesaji berupa hasil bumi yang dibawa keliling kampung. Dari satu mata air ke mata air lainnya dan berakhir di sekitar petilasan Syeh Jumadil Qubro yang berada di bukit Turgo.
Disana kita juga bisa menikmati kopi atau teh Turgo. Kalo mau, kita bisa mengikuti acara membuat teh atau kopi sejak pemetikan dari kebun yang berada di sekitar rumah penduduk hingga siap minum. Produk siap saji juga bisa dibeli sebagai oleh-oleh dengan harga yang relatif murah.
Peta Turgo |
Prasarana jalan mencapai Turgo cukup bagus dan bisa ditempuh sekitar satu jam perjalanan santai dari Jogja. Rute bisa diambil dari jalan Kaliurang lalu belok kiri di pertigaan Pakem. Kalo aku lebih suka masuk dari jalan Palagan atau Monumen Jogja Kembali yang relatif lebih sepi dibanding jalan Kaliurang yang rawan macet. Yang dari arah Magelang bisa masuk lewat Turi. Setelah melintasi jembatan atau tugu perbatasan Jateng - DIY tinggal belok kiri. Tak perlu takut nyasar karena banyak rambu-rambu penunjuk arah di setiap persimpangan.
Tempat parkir bisa memanfaatkan halaman rumah penduduk yang cukup luas atau di pinggir jalan. Di depan sekretariat informasi wisata juga cukup untuk parkir 3 atau 4 bus besar. Yang ingin menginap bisa memanfaatkan homestay atau rumah-rumah penduduk yang layak dengan tarif sekitar 15 ribu per orang.
Sekretariat Desa Wisata dengan latar belakang Bukti Turgo |
Penggemar petualangan sepeda gunung juga bisa melampiaskan hasratnya. Even besar seperti Turgo Downhill sering diselenggarakan disana oleh sponsor besar.
Sesaat sebelum masuk Turgo, kita juga bisa mampir ke Turi untuk borong-borong salak pondoh langsung dari kebun. Atau belanja oleh-oleh produk olahan susu kambing Etawa yang sudah diolah menjadi susu bubuk, permen atau keripik dengan berbagai rasa. Pengolahan susu peranakan etawa ini dikelola oleh semacam paguyuban peternak yang menjamin produknya bebas pengawet. Di situ pun kita bisa melihat semua proses pengolahan susu dan bisa juga keliling komplek peternakan.
Cuman kalo mampir ke peternakan, yang bikin ribet adalah Citra. Dijamin tidak mau pulang dan kayaknya kalo disuruh pilih kambing atau bapaknya, 99,99% dia akan pilih mbeeek....
Nasiiib...
Mana dimana anak kambing saya |
Berbagi susu (untung dah ga nenen..) |
Pilih ayah apa mbek..? |
Mbeeeek... |
Ehiya...
Ada satu prasasti yang menarik di tugu perbatasan sebelum masuk Turgo yang berbunyi, "Bareng di TEKEN, ngudi TEKUN, tansah gocekan TEKEN, gelem TAKON nadyan nganggo TUKON, nyatane TEKAN."
Yang bila diartikan secara bebas, kira-kira begini. "Setelah niat dituliskan, dikerjakan dengan tekun, selalu berpegangan pada pedoman, mau bertanya, walau harus keluar biaya, pasti sukses..."
perjalanan ke sana naik apa? dan menuju ke sana apa perlu nanya nanya dan ngeluarin biaya segala seperti yang ditulis di prasasti itu?
BalasHapusEhehehe, ternyata ga di rumah, ga di tempat rekreasi tetep ngefans sama embek ya Citranya :).
BalasHapusSemoga bisa mengunjungi tempat itu, kayaknya seger banget suasananya
wah citra kayaknya seneng bisa main-main sama mbek,,, hehehe
BalasHapusperlu ke sana juga tuh, tarip sewa rumahnya juga murah cuma 15.000/org.
penyajian yang menarik kawan..
BalasHapussalam persahabatan.
please visit, i will visit back : JadikanPinter!
Baru 2 thun di jogja saya belum pernah ke turgo.. rasanya ingin mengunjungi kesana nih
BalasHapussayangnya ane gak pernah kesana selama kuliah di jogja dulu kang.. -,-"
BalasHapuskambingnya bisa di beli juga tuh? :D
BalasHapuswah, lagi jalan2 terus neh ... asik ya ...
BalasHapusjadi pengen main ke jogja :D
BalasHapusseneng banget ya citra ketemu mbek
BalasHapusdisitu ada juru kunci juga berati bang... apa dulu saingan nya mbah marijan ???
BalasHapus*ketawa terbahak-bahak*
BalasHapusKok bisa-bisanya sampeyan kalah ganteng sama kambing tho, Mas?
Pilihan Citra masih anak-anak, dia nggak bo'ong tuh :D
Hahahaha... iya, susu kambing lagi ngetrend. Aku juga lagi nawarin dan bagi-bagi produk yang ada kandungan susu kambingnya
BalasHapusSip. Anak-anak memang suka kalau sudah berbaur dengan alam. Pengalaman yang bagus dan menarik, karena kita khususnya anak jadi tahu prosesnya secara langsung dan itu merupakan bagian dari pembelajaran secara tidak langsung dan menyenangkan.
BalasHapusTempat ini bisa dijadikan alternatif lain selain Kaliurang ketika liburan.
kayaknya mantep juga tuh lokasinya, ada trek downhill juga...
BalasHapuskapan ya bisa gowes kesana...
met liburan mas...
ueennnaaakkkkknyaaaa jalan-jalan muluuuuuu... saya pengen kesana tapi mau bagaimana toh makan saja sulittttttt T_T
BalasHapuspilih ayah atau kambing?... pasti kambinglah soalnyakan gak pake baju, mangkanya bapaknya telanjang pasti nanti pilih bapak deh
aku mau kesanaaaa... mau kenalan sama mbeeekk nya
BalasHapuscitra masih pilih mbeek yah :D
BalasHapusbeberpa kali ke jogya, pernah sampai kaliurang ke air terjun. KAlau Turgo...baru tahu sekarang. Eh, tuh si Ncit kayaknya pilih si mbekk ya ketimbang bapaknya. hehehehe..#anak pintar. EH..
BalasHapusHahahahaha... anakmu malah pilih eMbek ketimbang bapaknya. :D
BalasHapus