Nyimi Nyimi

#Bimbingan Orang Tua

Miris juga liat anak tetangga yang masih bayi sudah fasih dengan lagunya waterpen atau trio macan. Suka ga suka memang sudah begitu kenyataannya. Sebuah resiko dari yang dinamakan kemajuan jaman. Padahal anak sekarang kalo dilarang bukannya nurut malah kaya disuruh. Makanya ketika aku lihat Citra mulai akrab dengan kotak ajaib berjudul tipi, aku mulai ancang-ancang cari solusi yang tidak terkesan mengekang anak.

Kesukaannya pada serial sondesip tidak aku batasi. Malah aku donlotin ada kali 80 episode sebanyak 10 GB lebih dan aku simpan di PC. Setiap Citra sudah mulai bilang sip, tidak aku arahkan ke tipi melainkan ke PC yang disambungkan ke proyektor. Sengaja aku pakai proyektor, karena anak sekarang kayaknya susah sekali diatur untuk menjaga jarak dari tipi. Dengan menontonnya di tembok, bahaya radiasi layar monitor bisa dikurangi. Soal pemakaian listrik yang membengkak buatku ga masalah. Anggap saja itu merupakan harga yang harus ditebus demi kesehatan mata anak dan yang paling penting anak tak begitu peduli dengan tipi lagi.

Untuk antisipasi masuknya lagu remaja, aku suka selipkan lagu-lagu anak jadul macam bintang kecil atau menanam jagung. Memang cukup efektif dan bisa menepis musik dewasa dari benak Citra walau bukan tanpa efek samping. Saat anak baru belajar bicara dan otaknya masih polos, dampak dari lagu itu meresap lumayan jauh dan agak susah untuk diperbaiki secara instan.

Biar begitu, menurutku masih lebih baik daripada pagi-pagi sambil ngemut dot sudah teriak-teriak di atas pagar tembok, "yunowmisoweeeel...."

Contoh kekeliruannya adalah saat menyebut topi, si Ncit ga bakalan cuman bilang topi saja, melainkan selalu bilang topi saya bundar. Waktu lihat kereta lewat, dia akan bilang, "ayah, ada kereta api tututut..." Atau waktu jalan ke pedesaan mendaki bukit, Citra akan komentar, "gunung tingi-tinggi sekali, ibu..."

Kalo di luaran ada istilah asal bapak senang, disini yang berlaku asal anak senang. Tak peduli yang tua sampai jeleh tiap hari disuruh nyanyi telek dung.. telek dung.. telek dung lalala... 

Atau sepanjang perjalanan Jogja sampai Cilacap harus bolak-balik teriak dorrr... setiap sampai pada kata meletus balon hijau. Waktu masih di Jogja yang jalanannya mulus sih gapapa. Masuk Cilacap yang aspalnya remuk, goyang dombret diiringi lagu anak-anak, beneran deh berasa naik odong-odong.

Satu lagi yang rada membingungkan adalah kebiasaan Citra merusak lagu seenak udel dia. Aku sendiri ga tau darimana asal mulanya sampe si Ncit kalo nyanyi pok ame ame bunyinya gini. "Siang makan nasi kalo malem nyimi nyimi..."

Nyimi nyimi tuh apaan ya..?

Jangan-jangan..?