27 November 2008

Nickname Juragan

Walau sakespir bilang "apalah arti sebuah nama", tapi aku baru menyadari kalo di kantor ini ada sebuah kebebasan demokrasi yang bisa kubaca dari sebuah nickname.

Selama ini aku ga menyadari kalo panggilan untuk Bapak Direkturku ternyata ga seragam. Kebetulan saja kemarin sore aku ngacak-acak server dan iseng buka-buka arsip chat dari semua karyawan yang memang sengaja aku rekam untuk sebuah keperluan.

Aku sendiri selalu memanggil Bapak Sapto dengan panggilan pa'e. Komandan produksi, manggil beliau pak bos.

Dari rekaman chat, aku baru tahu kalo Vivie, marketing artshop manggilnya daddy dan Tika, operasional galeri memanggil juragane papi. General managerku manggil om.

Dan yang agak kacaw mungkin mantan managerku yang dulu, manggilnya mas...
Hihihi... kayak Lik Ihin aja seh...
Read More

Aku Pulang Kemarin...

Ada beberapa hal yang menarik ketika aku pulang kampung kemarin. Minimal aku merasa, kepulanganku kali ini memang diharapkan oleh orang-orang yang aku sayangi.

Adikku yang cewek kebetulan lagi hamil tua, ketika aku tanya kapan bayinya keluar, kan udah mau 10 bulan. Dia malah jawab, "masih betah, nunggu pakdenya pulang." Dan akhirnya benar juga, aku punya keponakan cewek walaupun harus dengan jalan cesar.

Hmmm...
Aku pulang untuk menyambut sebentuk kehidupan baru.

Sebelum balik ke Jogja, tak lupa kupinjam jagoanku dari bundanya. Aku dan jagoanku menghabiskan waktu sepanjang siang untuk balapan di console SEGA, main Counter Strike di warnet dan puter-puter kota tanpa tujuan pasti. Dan ketika mau berangkat, jagoan lari ke kamar dan menyerahkan kotak bersampul biru.

Hmmm...
Aku tak tahu harus berkata apa. Sepanjang perjalanan ke Jokja hanya haru dan sedih yang ada. Sedih, kenapa tidak ada senyum dari sang bunda. Terharu, kenapa jagoanku masih ingat akan hariku.

Terima kasih, Mas Adi...
Read More

26 November 2008

Pengejaran Mimpi...

Ini malam ketiga aku tak berani memejamkan mata. Sudah dua malam aku kesepian tanpa teman dan selalu dihantui mimpi yang tak menyeramkan. Mimpi dalam sepotong lelap yang menggambarkan kerinduan yang terbawa mengantar sejuta senyum menghanyutkan.

Seharusnya aku menyukai mimpi indah yang tak basah itu. Ada banyak harap dan dan sejuta tawa menyelinap. Tapi selalu saja aku terjaga tanpa harus meluangkan waktu membersihkan sisa-sisa produksi batik di atas bantal.

Setiap kali aku mencoba mereplay mimpi yang tak usai bagai coitus interruptus. Efeknya berasa sama, membuat hati dongkol berbonus mangkel. Aku merasakan sejuta penat saat mata terjaga. Berbalikkan arah dan aroma dari yang baru terasa.

Huuuh...
Mengapa aku harus mengeluh dalam ketakutan tanpa bayangan ini. Apa susahnya aku bermimpi mendapat hadiah walau hanya celana dalam bergambar avatar. Mengapa aku tidak bermimpi menang lotre sehingga aku jadi milyarder yang bisa membeli pulau dan menjadi seorang raja kecil disana. Kenapa aku tak memimpikan Ayangku saja yang beberapa hari membiarkan aku berceloteh sendiri di catatan cinta ini. Sudah sedemikian errorkah otak digitalku ini...?

Untunglah aku bertahan di Jokja, kota seni yang penuh inspirasi. Dimana gumpalan-gumpalan gundah ini bisa segera ejakulasi. Aku bisa menghabiskan malam di pinggir sawah menikmati secangkir kopi suguhan pelayan cafe Nologaten. Mengasah idealism penebar mimpi menari-narikan ujung jari di atas laptop nebeng hotspot gratisan dari warung kopi.

Yaaah... aku tak pernah kesepian di kota ini. Aku merasa bisa mengikuti keinginan jiwa yang penuh cita. Muda foya-foya, tua kaya raya dan mati masuk surga. Aku bisa mengajak hati dan otak ini merayakan harmoni dan optimisme, tujuan dan kerja keras, tawaran dan kemauan, main-main dan keseriusan, senang-senang dan pemikiran. Aku mau hidup dalam keseimbangan. Aku mau menertawakan kehidupan. Karena Tuhan tidak otoriter. Bukankah kehendak terlampau sulit untuk dibikin seragam.

Disini aku bisa mencintai anak muda dan kehidupannya. Disana kita bisa saling mengajak dan mengingatkan. Ayo belajar memahami pengelolaan diri demi kemajuan. Tapi jangan suka mengeluh tak mengerti mau apa hidup kalian. Ayo saling memaki, perbanyaklah menanam dendam dalam umpatan. Tapi jangan lupa untuk bermaafan. Ayo pada pacaran, perbanyak memadu kasih dan bermesraan. Tapi jangan lupa memakai kondom.

Mari makan enak, asal jangan lupa teman kita sedang tak punya uang. Mari bolos kuliah, asal jangan lupa baca koran. Ayo menolak menjadi dungu atau kita akan menjadi benalu. Ayo kita begadang dan bangun siang, asalkan aku jangan diberi mimpi...

Enjoy your life.
Enjoy aja....
Read More

25 November 2008

Kembalikan Rasa


Ada seorang teman yang entah curhat entah berunjukrasa sebenarnya. Dia mengeluh di YM tentang kehidupannya yang serba sulit. Dan diakhir cerita dia berteriak, "beruntunglah bila aku dilahirkan menjadi kamu..."

Sore tadi aku tak begitu mempedulikan itu. Baru menjelang tengah malam ini pikiranku terusik. Tak hanya satu orang yang mengatakan seperti itu. Kalau saja Yang Kuasa mengijinkan, biarkan aku berburuk sangka kepada mereka. Telah terjebak dalam dengki dan iri hati tanpa mau menyelami siapa yang mereka demonstrasi.

Gaul di internet, aku punya teman di seluruh dunia. Dengan ngeblog, aku bebas mengeluarkan isi otak tanpa beban. Berkecimpung di dunia fashion, aku dikelilingi perempuan-perempuan indah model busana. Selalu tertawa, membuat orang menganggap aku tak punya air mata. Sedikit berbagi, dianggapnya punya BRI.

Huuuh...
Kenapa orang seringkali melihat simbol tanpa tahu nilainya. Bukankah kita dilarang berunjukrasa hanya karena kesempatan yang tidak sama. Ingatlah, kita punya banyak pilihan, walaupun tingkat kenyamanannya berbeda.

Enak tidaknya sebuah rasa hanya tergatung pada hati kita melahapnya. Sate dan pizza takkan nikmat saat dikejar debt collector. Sepotong jagung dibagi dua lezat terasa bila saling suap dengan kekasih.

Kita pernah melihat Dian Satro membacakan puisi. Tak usah lah kita berdebat cara dia membaca atau salah pengucapannya. Nikmati saja wajah cantiknya, asal kita tak lupa bahwa sajak lahir bukan untuk berurusan dengan wajah mulus, walaupun keduanya sama-sama indah. Belajarlah untuk memisahkan, yang kita bicarakan keindahan perempuan atau tentang sastra.

Dengan bisa memilah, kita akan bisa menjalani hidup dengan tenang dalam kesusahan yang paling berat pun. Ada masanya kita merasakan lezatnya dunia. Ada kalanya kita nikmati kesakitan hati. Asalkan hati kita yang bicara, semuanya tak lagi jadi beban.

Tak perlu kita rindukan yang bukan milik kita. Pandangan mata hanya fatamorgana. Tetaplah berdiri di lajur hati. Kita rasakan semua yang ada, dengan atau pun tanpa cela. Tanpa harus berburuk sangka.

Kembalikan rasa pada tempatnya.
Tempat yang indah tentu pastinya...
Read More

21 November 2008

Yang Kedua

Mendengar kata yang "kedua" orang seringkali menatap sinis. Semua orang ingin menjadi nomor satu. Bahkan sejak dulu pun kecap tidak ada yang bukan nomor satu. Seolah kedua itu adalah posisi yang tersisihkan.

Agaknya hanya Astrid yang berteriak lantang ingin dijadikan yang kedua tanpa kita bisa tahu apa tendensinya melawan arus isme masyarakat. Benar-benar dia ingin membuka wawasan semua orang atau hanya mencari sensasi agar bisa dijadikan alat pembenaran.

Aku sendiri tak pernah memikirkan tentang pertama atau yang kedua. Yang pasti aku merasa perjalanan keduaku ini justru terasa lebih menyenangkan daripada sebelumnya. Entahlah mengapa bisa begitu..? Padahal aku yakin tidak ada perubahan atau perbedaan yang berarti dari kebersamaan kedua ini dengan yang pertama. Atau mungkin benar apa yang pernah aku tuliskan di sebuah blog tentang arti kehadiran. Dimana segalanya kadang terasa indah setelah keindahan itu pergi...

Sebelum ada kepergian itu aku memang tak pernah tahu arti sesungguhnya dari kebersamaan yang pernah kujalani. Apalagi bila semua itu hanyalah ...a dream you do not want to wake up from.

Terasa sekali ada sesuatu yang menggantung hanya karena aku menganggap perjalanan itu tak pernah ada arah tujuannya. Setelah semuanya berlalu, terasa sekali bahwa ada banyak sisi yang tak pernah tersentuh dan terasakan padahal itu lebih berarti daripada sebuah tujuan akhir perjalanan.

Seolah aku melupakan bahwa rel kereta selalu sejajar mengantarkan segala beban harapan ke tujuan namun tak pernah berimpit menjadi satu. Tanpa aku harus tahu akhirnya akan bagaimana, ternyata banyak sekali pemandangan indah di sepanjang jalan yang bisa aku nikmati. Agaknya itu yang lebih penting, karena aku hanya bisa berusaha semata dan selanjutnya aku hanya bisa memasrahkan diri kepada takdir Illahi.

Apapun yang terjadi, aku tetap merasa perjalanan kedua ini terasa begitu indah. Aku tak peduli lagi orang akan mencibir atau berkata sinis. Banyak rasa yang dapat aku nikmati dan rasakan kini. Dan hidupku tidak terasa hambar lagi.

...what make each day special.
Read More

Fool In Love

Pagi tadi menjelang subuh HPku bernyanyi. Ayu dari Praha yang nelpon ternyata.

"Hei, ngapain subuh-subuh nelpon?"
"Sori deh, mas. Baru jam 12 disini. Dah bobo yah..?"

Buset, udah tau disini subuh masih nanya sudah bobo apa belum?
Percakapan pun berlanjut.

"Januari aku pulang ke Indonesia, mas. Aku mau nikah."
"Jadi nikah sama si Fau? Katanya bermasalah?"
"Engga, mas. Udah bubaran Oktober kemarin"
"Heeeh," aku malah bengong. "Kamu bubaran Oktober, sekarang udah bilang mau nikah. Cepet amat cari gantinya..?"

Si Ayu yang memang benar-benar ayu itu malah ngakak. "Kenapa sih, apa susahnya kalau memang kita sudah cocok. Jangan terbelenggu dalam fool in love, mas.."

Cukup panjang sih percakapan setelah itu.
Tapi hanya satu yang terus nyantol di otakku sampai saat ini. Fool in Love...
Fuiiih... belum berubah juga ucapan itu dari dulu.

Berjam-jam aku memikirkan itu di sela-sela kesibukan pekerjaan siang tadi. Aku juga ingat tulisanku sendiri tentang keinginanku untuk change!!! Haruskah aku juga ikut berubah dalam hal itu?

Selama ini aku memang terbenam dalam sebuah pemahaman yang aku sebut dedication to love. Walaupun lebih banyak orang yang berkata seperti temanku Ayu itu. Benarkah selama ini aku memang benar-benar tenggelam dalam sebuah kedunguan?

Setiap orang menuliskan tentang cinta. Tetapi pencarian itu tidak menghasilkan cinta. Pencarian itu kadang mampu membuat laki-laki melakukan hal-hal yang tidak biasa. Menghabiskan banyak uang, waktu, tenaga dan pikirannya hanya untuk menarik perhatian seorang perempuan. Parahnya banyak laki-laki yang melakukan hal-hal yang diyakini akan berhasil hanya karena semua itu dilakukan juga oleh banyak laki-laki umumnya. Buatku, tidak ada yang lebih menyedihkan selain seorang laki-laki yang meminta saran orang lain hanya untuk menjadi dirinya sendiri.

Aku belajar banyak tentang cinta dengan mencoba untuk menenangkannya daripada untuk memenangkannya. Sampai akhirnya aku dapat menemukan hal-hal utama tentang cinta dan diriku sendiri. Aku pernah merasakan betapa indahnya saat jatuh cinta. Sampai akhirnya aku menyadari bahwa pengejaran itu terasa lebih nikmat melebihi saat telah mendapatkannya. Mungkin ini yang membuat orang lebih suka mencari cinta daripada mempertahankan cinta.

Banyak orang yang melarikan diri ketika tertusuk duri mawar cinta, melupakan bagaimana mereka dulu berusaha sekuatnya untuk menjamah keindahannya. Dan setiap orang yang membiarkan tangannya berlumuran darah mempertahankan tangkai berduri itu akan dipandang sinis dengan sudut mata.

Terlalu banyak sisi-sisi cinta yang harus kita mengerti. Tapi terlalu sedikit yang mau menahan sakitnya. Sampai terlontar dari bibir mereka julukan "sang pecundang" daripada kiasan "pengabdian cinta"

Semoga aku bisa menemukan diriku dalam cinta.

Love is ...
the human equation
...
being tied by heartstrings
Read More

Keyakinan, Sugesti dan Doa


Dulu, sebelum aku berangkat ke Jokja, si Bos pernah menguraikan planning ke depan setelah beres menggarap pasar Jokja. Sasaran selanjutnya adalah Bali, Singapura dan Hongkong. Dan beberapa minggu terakhir ini aku malah menemukan teman seorang tauke dari Taiwan yang ingin investasi di bidang pariwisata. Beliau meminta data-data obyek wisata di Indonesia beserta sarana pendukungnya. Dan terakhir calon investor ini mengatakan bulan Maret akan survai ke Jokja.

Ketika bos dari Jakarta datang ke Jokja, aku menanyakan prospek pasar Taiwan untuk bisnis lukisan. Kemudian aku ceritakan tentang teman yang kebingungan mau menanamkan uangnya tadi. Dan si bos setuju untuk bertemu dengan beliau saat datang ke Jokja Maret nanti.

"Ok deh, bos. Tak pendekatan terus ya, siapa tahu bisa jadi jalan kita membuka pasar Taiwan," begitu aku menutup obrolan yang malah tak jadi ditutup, karena si bos mencela kata-kataku tadi.

"Jangan suka pakai kata "siapa tahu", Ko. Kalo kamu punya rencana kamu harus yakin itu akan berhasil dan kamu harus mengusahakan keberhasilanmu itu semaksimal mungkin."

"Maap deh, bos. Ini kan baru rencana mentah. Dan aku ga mau disebut "ndingini kersa"."

"Itu bukan mendahului takdir, Ko. Kalo kamu mau sukses, kamu harus yakin dari sejak perencanaan. Sukses itu tidak gratisan. Aku tahu kamu ga ngerti lukisan, tapi kenapa aku percayakan galeri ini ke kamu, soalnya kamu yakin banget bisa mengelolanya. Manusia saja butuh keyakinan sebelum memberi sesuatu, apalagi Tuhan..."

Seperempat malam aku habiskan untuk merenungi kata-kata bos. Aku jadi ingat ucapan "Insya Allah" yang telah berbelok makna menjadi alat ngeles. Dan aku juga ingat kata "Tuhan tidak akan memberi cobaan yang kita tidak kuat menjalaninya" serta "Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum kalo kaum itu tidak berusaha sendiri."

Semua tampak saling berkait. Untuk memberi cobaan saja, Tuhan harus yakin kita mampu menerimanya, apalagi untuk soal rejeki. Untuk sukses kita perlu berusaha dengan penuh keyakinan agar Yang Di Atas juga yakin kita mampu menerimanya.

Jadi kesimpulanku.
Secara internal, keyakinan adalah sugesti.
Secara eksternal, keyakinan adalah doa dan permintaan.

Dalam segala hal, aku harus yakin bisa.
Tiada lagi kata semoga...
Read More

12 November 2008

Jagoan dan Egoku...

Aku tidak tahu mimpi apa barusan. Yang jelas aku tersentak bangun seolah terkejut. Dan tiba-tiba aku teringat jagoanku. Kulihat ke arah jam yang menunjukan pukul dua dinihari lalu bergegas ke ruang depan mencari HP yang kucharge tadi. Sebuah pesan pendek aku temukan disitu. "Yah, adi sakit.."

Setelah mencoba menghubungi nomor jagoanku dan bundanya yang semuanya tidak ada yang angkat, aku jadi tak bisa tidur. Pikiran terus melayang ke kejauhan sana. Ada sedikit penyesalan, kenapa aku tak bisa selalu berada di dekat jagoanku disaat dia membutuhkanku.

Terlintas di benak ini, apa yang selalu dia baca setelah shalat.
ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO

Dia saja begitu peduli dengan orang tua dan dosa-dosanya. Tak pernah bosan dia mintakan ampunan untuk kedua orang tua yang sama-sama egois ini. Kenapa aku tak pernah menyelipkan sepotong kalimat "Ya Allah, wujudkan harapan-harapan anak shalehku.." diantara doa-doaku. Mengapa aku lebih banyak berdoa tentang rejeki yang banyak dan kemudahan jalan hidupku. Orang tua macam apa aku ini..?

Maafkan ayah, jagoan.
Semoga lekas sehat kembali dan harapan-harapan hidupmu dikabulkan oleh Yang Di Atas sana.
Doakan pula agar ayahmu tak perlu ganti casing dan bisa menemukan seperti yang kamu harapkan.

Amiiin...
Read More

11 November 2008

Cowok di sebelah kanan...

Jalan bareng dengan temen yang pakar gender ternyata menyebalkan juga ya. Apalagi yang udah terlanjur menganggap aku tuh paling jago membuat tulisan yang menyudutkan salah satu gender. Padahal aku ga pernah sejahat itu kok. Lagian ngapain ndadak bawa cewe ke sudut kalo di mess juga kosong.
Halah...

Ceritanya gini...
Pas nyari tempat parkir di Malioboro, ada ibu nuntun anak kecil dengan posisi anaknya di sebelah kanan. Takut terserempet aku tuh sempat bilang, "anaknya di sebelah kiri dong, bu..."

Nah cuma segitu aja dah langsung panjang deh. Sampai temenku itu membahas kalo tata krama di Indonesia tuh ga adil buat cewek. Kenapa cewek harus jalan di sebelah kiri cowok. Padahal sebelah kiri tuh identik dengan hal yang kurang baik. Sampai dia nunjuk 2 bule yang jalan bareng dan cowoknya berjalan di sebelah kiri. "Itu, contoh orang berpikir modern. Cewek di sebelah kanan ga dipermasalahkan..."

Walau sempat bengong akhirnya aku balik nanya ke temenku itu. "Kalo cowok jalan di sebelah kanan itu berarti dia memang menghargai cewek. Kamu aja yang otaknya pendek. Cowok bule jalan disebelah kiri karena kebiasaan di negaranya yang mobilnya pakai stir kiri."

Wah, temenku itu malah menganggap aku berusaha membelokkan pembicaraan. Apa urusannya jalan di di sebelah kanan dengan stir mobil.

Sambil menyabarkan hati, kuterangkan pelan-pelan. "Karena di negara kita mobil jalan di sebelah kiri, sebaiknya cewek atau anak-anak juga jalan di sebelah kiri. Jadi kalau misalkan harus tersamber mobil (amit-amit deh...), yang kesamber cowoknya. Itu membuktikan cowok yang rela berkorban, melindungi cewek. Bukan sekedar masalah kanan atau kirinya ini, nooon..."

Huuuh...
Untung belom kawin, eh nikah. Kalo udah mungkin penjelasannya melebar ke masalah kenapa cowok posisinya diatas cewek. Walaupun woman on top asyik juga tuh...
Semmm...

Read More

Teknisi vs Dukun


Telanjur tenar ke seantero jagat sebagai teknisi, ternyata sulit untuk ditepis apapun profesi yang dikerjakan saat ini. Status tukang mbengkel yang siap menerima panggilan yang sebelumnya cuma via telepon, kemudian merambah ke email dan sekarang YM.

Dan sebuah konsekuensi bila memang siap go international membuat status siaga satu harus benar-benar 24 jam. Mengganggu sih engga, cuman suka rada sedih juga kalo pas kebeneran mimpi enak trus keputus. Abis itu susah nyambung lagi sih. Dipaksain, malah jadi mimpi basah.
Kejebur selokan...

Seperti tengah malam ini, setelah ada yang konsultasi teknis pakai acara teriak-teriak lewat telepon dari Jerman cuman karena YM error. Baru saja ngliyep, Mas Semarfad nelpon komputere ga mau idup. Belum sempat bangun, datang lagi panggilan dari pejabat kompeni dengan tugas untuk betulin teplok.
Halah...

Terasa banget kecanggihan jaman, sampai betulin teplok saja via internet. Cuman kelupaan aja hasil capture nya masih tersimpan di komputer. Pas temen-temen yang lagi lembur persiapan exhibition mendatang, mencari-cari image lukisan yang dah masuk. Trus liat gambar itu malah nanya. "Ko, kamu cari penglaris ke dukun mana. Kok pake lampu aladin segala..?"

Hehehehe...
Orang betulin teplok kok malah dianggap dukun.
Apa emang dukun yak..?
Auk ah...
Takut disantet...

Read More

10 November 2008

Manager Rasa Kuli...


Sore tadi, aku lagi sibuk bongkar-bongkar jaringan LAN ketika seorang kurator datang dan setengah berteriak, "ngapain mas, kerjaan kasar begitu dikerjain sendiri..?"

Kenapa sih aku sering mendapat komentar semacam itu, ketika mengerjakan pekerjaan yang menurutku ga termasuk kategori haram? Ngepel diprotes, mbetulin genteng bocor diprotes. Tapi kalo isengin cewek OSIS lewat malah didukung.

Merasa ga nyaman akhirnya aku ajak beliau ngobrol sedikit panjang. Aku buka kisah lama saat aku masih jadi teknisi beberapa tahun lalu. Segala sesuatu yang bersifat teknis, bos tuh ga pernah tau. Segalanya aku yang urus dan dia taunya nyengir pasa dapat order banyak trus ngomel kalo kerjaan sepi. Dan ketika terjadi masalah yang membuat aku ngabur dari tempat kerjaku, bosku itu kelimpungan dan akhirnya kehilangan banyak konsumen karena penggantiku tak mengerti dengan sistem yang aku bangun.

Belajar dari itu, ketika aku bisa punya usaha sendiri, aku selalu berusaha untuk belajar sampai hal yang terkecil. Dan itu terbukti efektif ketika ada karyawan yang mogok, dengan gampang aku menggantikan posisinya dan segera bisa mendidik karyawan baru.

Sekarangpun karena aku terbiasa ngepel dan angkut sampah sendiri, ketika OB terpaksa harus aku liburkan, aku tak perlu bingung sementara belum dapat pengganti. Untuk staf pun system tetap aku yang pegang. Mereka hanya sebatas updater saja. Account email dan semuanya sengaja aku setting di outlook yang tak perlu login dengan alasan biar praktis. Padahal aku hanya ingin semua password hanya aku yang tahu dan bisa aku kontrol dari webserver. Sehingga ketika ada staf yang resign, mereka cuma bisa dapat pengalaman saja tanpa bisa membawa sistem keluar dari kantor ini.

Jadi begitu teman...
Bukan berarti aku lebih suka duduk di meja manager rasa kuli. Tapi hanya untuk menjaga system saja. Dan minimal aku bisa tahu pekerjaan karyawan dan seluk beluknya. Ketika mereka menyembunyikan sesuatu yang fatal, akupun bisa tersenyum sambil mempersiapkan surat teguran.
Read More

08 November 2008

Gemblunk...


Ada apakah gerangan..?
Sudah beberapa hari ini orang-orang begitu hobi menyebutku "gemblung"... Malah sore tadi bisa bertumpuk di skype dan YM kata yang sama dari tiga sender yang berbeda.

Setelah dibilang senyumku mahal, aku dibilang gemblung secara kompak. Peningkatan peringkat atau penurunan derajat ini sebenarnya..?

Tapi aku tidak sakit hati kok. Justru dengan itu aku merasa mereka tuh sayang dan perhatian terhadapku. Sehingga segala perubahan sampai sekecil-kecilnya pun mereka segera respon. Lagian kenapa aku harus sakit hati dikatakan gemblung, walau aslinya dengan sejujurnya aku tidak begitu. Kalo rada kenthir mungkin iya...

Thanks, sahabat.
Aku tunggu umpatan sayangmu berikutnya...
Read More

06 November 2008

Benarkah Senyumku Mahal..?

Seorang teman lama (apa penggemar yah...?), tiba tiba muncul di YM setelah sekian lama mencari-cari sampai akhirnya nemu identitasku dengan perantaraan mbah dukun google. Terjadi percakapan lumayan lama tentang semua kisah lalu, semasa kita masih remaja.
Halah...

Wajah yang muncul di webcam tidak menunjukan perubahan yang berarti semenjak perpisahan di lereng Lawu 12 tahun lalu. Celoteh dan candanya pun masih belum juga berubah di mataku. Tapi di matanya, akulah yang telah berubah.

Selain tambah langsing dan seksi ada satu komentar yang sama sekarang masih terus kuingat. "Mas, senyummu mahal amat sih sekarang...."

Apa iya sih aku ga pernah tersenyum? Perasaan akulah manusia yang senantiasa prangas prenges sepanjang masa. Jadi kepikiran dosa soalnya. Katanya senyum adalah ibadah. Dan senyum itu sesuatu yang teramat mudah. Kalo ibadah yang mudah saja aku tak bisa, bagaimana aku bisa ibadah yang perlu energi ekstra..?
Gathengan misalnya...
Hush...

Apa bener yah, sampai aku ga sadar kalo terjadi perubahan besar dalam hidupku? Rada sebel juga sih dibilang tampang serius forever. Walau masih untung ga dibilang tampang jelek atau muka tembok.

Ok deh, say..
Aku belajar tersenyum mulai sekarang. Aku akan senyum-senyum terus sepanjang hari di mana pun aku berada. Asal jangan dianggap tebar pesona aja yak.
Harus beli sikat gigi dulu neh...
Read More

04 November 2008

Kenapa Yah..?

Baru tadi malam, aku antar orang Jakarta ke Stasiun Tugu, eh pagi-pagi ada yang nongol lagi. Sebenarnya aku seneng-seneng aja kalo ada temen dari kantor pusat mau berkunjung ke daerah, itung-itung mempererat tali silaturahmi.

Ga masalah sih ada yang anjangsana anjangsini seperti itu, walau dengan resiko pengeluaran jadi bengkak. Karena paling tidak harus menyambut tamu dengan baik. Menyiapkan sarapan, antar jemput sampai loundry dan segala kebutuhan selama di sini. Itupun kadang berlanjut, ketika mau pulang masih sempat berkata, "Ko, cariin oleh-oleh dong..."

Tapi kenapa ya...
Kalo aku yang ke Jakarta, boro-boro pakaian dicuciin atau dicariin duren. Baru nongol aja udah langsung ditodong, "mana oleh-olehnya...?"

Datang dan pergi kayak jaelangkung, tidur cukup di kursi bareng satpam, kadang masih diminta, "woiii... bakar ayam dong. Mumpung disini..."

Kalo pengen rada nyaman, paling banter ngungsi ke rumah Lik Ihin yang fasilitasnya lengkap, sampai jablai pun ada.

Kenapa yah..?
Read More

03 November 2008

Hmmm... Janda..?

Ada seorang teman lama yang kebetulan besok ulang tahun. Dan aku ingat beberapa waktu lalu mengeluh pengen punya flashdisk kapasitas gede yang warnanya kuning. Udah lama mencari-cari itu tapi di daerah sulit untuk mendapatkannya.

Sore tadi setelah mengantar temen yang pulang ke Jakarta, aku sempatin mencari di Malioboro. Trus tadi aku tanya alamat pengirimannya. Dia menyuruhku menunggu, katanya mau lihat KTP dulu. Belom apal alamat rumah barunya.

Hmmm... Trus aku tanya. Emang udah pindah KTP..?
Sambil ketawa dia bilang, "Ya udah donk. Kan janda gitu lho..."

Aku jadi ingat beberapa hari lalu ada temen di MP yang sebenarnya aku kurang kenal karena jarang saling komen. Dia mengeluh lewat PM tentang problem rumah tangganya dan tengah resah karena mendekati hari H menyandang status janda.

Aku jadi diam sejenak memikirkan dua teman itu. Yang satu begitu takut menyandang titel itu dan yang satu lagi begitu bangga dengan gelar itu.

Sebenarnya ada apa dengan ungkapan "Janda" itu sih..? Kenapa sih istilah itu selalu berkonotasi miring. Laki-laki sering berpikir ngeres kalo dekat dengan perempuan apalagi masih muda dengan status itu. Yang terpikir seolah perempuan kesepian yang bisa dengan mudah diajak mencari kehangatan. Perempuan bersuami pun seringkali memandang sinis terhadap seorang janda yang mungkin ada rasa ketakutan kalo suaminya bakal digaet.

Apa sih bedanya status itu. Kenapa beda di mata masyarakat kita. Duda pun boleh dikatakan sama-sama "barang bekas", tapi jarang sekali ada kesan miring. Malah kemudian terkenal istilah "Duren" yang kesannya malah menjadi favourit. Semmm...

Tau deh...
Mungkin tulisan tentang Prawan randa padha bae bisa menjadi rujukan. Tapi yang pasti tak perlu ada ketakutan dengan status itu. Buktinya temanku yang satu pun malah begitu bangga dan berbesar hati dengan statusnya.

Padahal ada sebuah anehdot di kalangan hidung belang. Jangan cari prawan, karena susah harus ngajarin. Jangan pula mencari janda, soalnya perempuan bisa jadi janda tuh karena "kerjanya" ga kepake sama suaminya. Lah trus, yang ga perlu ngajarin dan yang kerjanya kepake tuh, emang harus gaet istri orang..???

Brengsek..!!!
Read More

02 November 2008

Bodoh banget sih, mas...

"Bodoh banget sih, mas.."

Itu komentar pertama dari teman sekantor ketika aku cerita tentang keputusanku terhadap opsi dari kantor Jakarta atas permohonanku untuk menetap di Jokja.

Awalnya aku hanya ditugaskan di Jokja sampai akhir Desember saja dengan target Galeri dan ArtShop baru ini beserta segala sistemnya harus sudah berjalan lancar. Dan Januari mendatang aku sudah harus siap-siap mengungsi ke Bali untuk membuka hutan lagi. Tapi entah kenapa hawa Jokja membuatku enggan untuk beringsut lagi.

Sebulan lebih aku mengajukan permohonan untuk tetap di Jokja dengan segala kesulitannya, baru sore tadi mendapat jawaban berupa pilihan yang cukup membuat aku terdiam agak lama. "Kembali ke Jakarta atau tetap di Jokja dengan status karyawan lokal."

Dan ketika aku putuskan untuk memilih opsi kedua dengan konsekuensi gajiku bulan depan hanya tinggal separo saja, langsung aku mendapat stempel "bodoh" di jidatku.

Ada beberapa pertimbangan yang membuat aku mengambil keputusan. Tugas di Jokja dengan gaji Jakarta bisa menimbulkan kecemburuan sosial di antara rekan-rekan kerja, baik yang di Jakarta maupun di Jokja. Mungkin aku bisa saja cuek dengan mereka, tapi apakah aku bisa nyaman hanya demia uang aku harus hidup dalam perang dingin yang tak teraba?

Andai aku balik ke Jakarta, gajiku akan kembali pas-pasan dan teramat berat untuk bisa sekedar menyimpan cadangan hari tua. Dan walau tinggal separo, biaya hidup di Jokja masih memungkinkan untuk aku menabung walau sedikit.

Aku tak mengerti mengapa aku dianggap bodoh. Padahal yang mengerti tentang aku dan kehidupanku bukanlah mereka. Bukannya aku terlalu sombong dan tak butuh yang namanya uang. Tapi aku berusaha instropeksi diri, bila ternyata dengan ngleseh di ujung Malioboro pun aku bisa damai walau tak bawa uang sepeserpun. Lalu untuk apa pendapatan besar bila gemerlapnya Jakarta hanya menambah kekisruhan hatiku saja.

Mungkin benar bila ucapan adalah doa. Dan doa orang teraniaya cepat didengar oleh Yang Kuasa. Sepertinya aku belum lama menulis keinginan untuk belajar miskin. Dan bila itu dikabulkan, berarti keinginanku untuk mendapatkan kedamaian hati pun sudah seharusnya bisa aku rasakan.

Semoga kutemukan apa yang aku cari di Jokjaku ini...
Amiiin...
Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena