29 Mei 2012

Misyu Ela

#17++

Beberapa hari dihajar server sampe harus melek siang malem sudah mulai kerasa dampaknya. Ikat pinggang sudah pindah dua lubang dari 2 minggu sebelumnya yang berarti dietku sukses. Memang tiga minggu lagi aku cuti yang artinya bisa masuk proyek penggemukan badan di rumah. Tapi yakin pujian ibue pasti tetap terlontar dengan kelangsinganku itu. "Si ayah kalo pulang dadanya makin bidang aja..."
#Bidang datar maksudnya...

Itulah curangnya ibue anak-anak. Dia bobotnya naik sekilo saja sudah uring-uringan sampe dibela-belain senam segala. Giliran aku bisa langsing tanpa keluar biaya selalu dikomentarin jelek, peot, kelihatan tua, dll dll. Kalo dijawab biar aman dan tidak banyak penggemar selama jauh dari rumah, tetep keukeuh dan jawab, "gapapa di hutan peot, asal kalo pulang rada gemukan dikit. Biar mancaaabs..."
#Emang kalo langsing ga bisa nancaaabs ya...


Ga langsing gimana kalo tiap malem begadang dan siang harus ke lapangan. Hiburan ga ada, menu di meja makan tak pernah berubah dari ikan ke ikan lagi. Kalopun ada yang beda, paling banter cuma ayam dan nyaris tidak pernah nemu sayur. Beberapa kali komplen ke ibu dapur cuma dapat jawaban, "orang sini kalo ga pake ikan suka protes..."
#Baru inget kalo disini sayuran cuma buat pakan babi...


Kalo sudah begini, aku jadi inget jaman masih "bujangan" di Jogja. Biarpun sering begadang, badan ga kurus-kurus amat. Si Ela, office girl di kantor begitu memperhatikan asupan gizi setiap hari. Selain rajin mengganti-ganti menu, dia berani komentar kalo aku makan tidak habis. Apalagi kalo sampai ga mau makan, berani komplen dia.
#Karyawan kurang ajar...

Mau marah ga enak, orang niatnya baik. Diem aja, kadang enek punya bawahan mau ngatur-atur terlalu jauh. Efek sampingnya aku sampai sempat berbaik sangka dengan segala perhatiannya itu. Daripada penasaran terbelenggu pemikiran jangan jangan dan jangan jangan, aku panggil dia ke kantor. Aku tanya, kenapa suka komplen kalo aku lagi galau ga mau makan..?

"Kan bapak pernah bilang, kalo sampai bapak jadi langsing, sanksinya Ela dipotong gaji..."
#Biadab...


Maapin aku ya, La...
Jadi misyu sama kamu...

Read More

28 Mei 2012

Anak Kembar

#Semua Umur

Punya dua anak seumuran memang memiliki seni tersendiri. Soal repot ngurusnya itu sudah pasti. Orang Citra dan Cipta cuma beda setahun yang sama-sama masih butuh perhatian khusus layaknya bayi. Kalo lagi akur memang menyenangkan. Pada waktu berantem itu yang suka bikin mumet. Dibelikan mainan masing-masing, tetap saja senengnya rebutan. Dimandiin bareng jadi ribut guyur-guyuran. Mandi gantian, yang satu dimandiin yang satu mainan tanah di halaman.

Jalan-jalan bareng pake mobil, tidak ada yang mau ngalah duduk di belakang. Mau ga mau jadi umpel-umpelan berempat didepan. Saat masih melek sih gapapa pada main sendiri. Susahnya kalo mulai ngantuk bareng-bareng. Harus kolaborasi mangku anak satu-satu. Karena satu tangan pegang si Ncit dan tangan yang satu pegang stir, kalo ngoper gigi aku cuma injak kopling doang dan ibue yang pegang tuas persneling sementara tangan satunya pegangin si Ncit.

Kalo urusan jalan kaki sih ga begitu repot. Ibue urus si Ncip pakai kereta dorong, aku nginthilan si Ncit yang maunya lari-lari mulu. Susahnya kalo pas aku balik ke hutan dan ibue harus urus anak-anak sendiri. Kebayang repotnya nguber-uber Citra lari-lari sambil ngedorong-dorong kereta bayi. Apalagi si Ncit belum tau rasa takut suka nyelonong kemana dia suka tanpa mikirin bahaya. Daripada ibue repot, si Ncit sering dimasukin kereta dorong bareng adiknya.

Bawa anak sama gedenya dalam satu kereta sering dianggap mereka anak kembar. Padahal si Ncit langsing sedangkan adiknya bulet. Yang satu berambut kriwil, satunya gundul pacul. Secara postur memang tak jauh berbeda. Makanya ibue lebih suka beli kaos buat mereka biar bisa dipakai gantian. Ibu yang hemat...

Soal gantian baju, aku malah inget masa lalu. Aku dan adikku memang beda 4 tahun. Tapi setelah gede, ukuran badanku, adik dan bapak hampir sama. Kaos atau kemeja jadi tak pernah jelas kepemilikannya lagi. Tak heran kalo ibu jadi sering uring-uringan. Bolak-balik beli celana dalam baru buat bapak. Dua tiga hari kemudian sudah pindah semua ke lemari anak-anaknya. Di lemari bapak, tetap saja kancut usang yang sudah pada mulur karetnya...

Semoga pengalaman buruk bapaknya di masa lalu tidak terjadi lagi.
Lagian anak-anakku cowok dan cewek.
Masa sih tuker-tukeran baju..?

Read More

Selingkuh

#Dewasa

Pagi-pagi malah sarapan pasien curhat...

Ada temen di kerjaan yang selama ini aku anggap pendiam mendadak cerita panjang lebar tentang kehidupannya. Selentingan gosip tak jelas yang pernah aku dengar sih dia belum lama cerai tanpa aku tau pasti jalan ceritanya. Baru pagi ini aku tahu penyebabnya yaitu istrinya terlibat skandal perselingkuhan dengan tetangganya yang masih berbau saudara. Dan kebetulan istri tetangganya itupun tidak ada di rumah karena profesinya sebagai TKI.

Awalnya temanku itu tak mau ribut dan merasa cukup menyelesaikan masalah dengan menceraikan istrinya baik-baik. Dia cukup dewasa bisa mengerti bahwa semuanya sudah terjadi dan tak akan mungkin diputar balik. Terlepas dari kepergiannya dari rumah untuk mencari nafkah keluarga, dia berusaha untuk tidak 100% menyalahkan istrinya. Bagaimanapun juga suami punya tanggung jawab untuk mendidik istri dan menafkahi secara lengkap dalam artian lahir batin tak boleh kurang.

Sebenarnya temanku sudah damai tidak terlalu terbelenggu sakit hati dengan menanamkan pemahaman seperti itu. Namun dia akhirnya butuh teman cerita saat kasus itu ternyata masih berkelanjutan. Saat pertemuan keluarga waktu skandal itu terbongkar, keluarga kedua belah pihak memutuskan kedua pelaku itu akan dinikahkan karena istrinya yang di luar negeri pun melalui telepon sudah menyatakan minta cerai. Ketenangan temanku itu mulai terusik, ketika calon janda baru yang di luar negeri terus menerus telpon dan meminta dia untuk menikahinya.

Dimintai pendapat soal kasus itu, terus terang aku tak bisa banyak membantu. Aku cuma minta dia untuk diam dulu sejenak memikirkan motivasinya sebelum mengambil sebuah keputusan. Kalo motivasinya tentang fisik, katanya calon janda itu lebih cakep dibanding istrinya. Apalagi sudah mendapat polesan Hongkong tentu lebih menarik lagi. Bila yang dilihat sisi ekonomi, pastilah lebih punya banyak tabungan yang bisa mendukung cita-citanya untuk segera hengkang dari sini dan buka usaha sendiri di Jawa.

Yang perlu dipikir agak panjang adalah jangan sampai terjadi pernikahan dengan landasan dendam. Karena pasangan masing-masing sudah melakukan perselingkuhan dan dinikahkan, biar impas dia harus ikutan menikah juga. Sudahkah dipikirkan masa depannya nanti disaat ambisi dendam itu sudah terkikis habis oleh waktu. Walau omongan orang lain kadang tak perlu kita dengarkan, sudah siapkah dengan kesan miring dari tetangga sebelah akan kasus tukar pasangan semacam itu.

Dibilang begitu dia malah kelihatan tambah bingung dan sedikit maksa aku kasih jalan keluar. Sesuatu yang tak mungkin aku lakukan karena aku tak pernah mau membuatkan baju untuk orang lain dengan mengukur di badanku sendiri. Jawabanku tetap tak berubah agar dia berpikir dan mengambil keputusan sendiri sesuai kata hatinya dengan menimbang bobot baik buruknya di masa depan dia sendiri nanti.

Temanku itu kemudian melanjutkan cerita. Kalo bicara kata hati dia cenderung bilang tidak. Jawaban ini pernah disampaikan ke TKI itu. Tapi yang bersangkutan malah mengatakan akan menuntut bila tidak mau menikah. Katanya dia juga bersalah, sebagai suami tidak bisa mendidik istri sampai akhirnya mengganggu suami orang.

Mendengar itu, aku coba mengingat-ingat pasal hukum tentang perzinahan. Kalo tidak salah, menurut KUHP pasal 284, perzinahan adalah delik aduan dimana proses hukum baru dapat diberlakukan bila ada salah satu pihak yang merasa dirugikan menuntut. Dalam waktu 3 bulan sejak penuntutan diajukan, proses perceraian harus dilakukan atau tuntutan dianggap gugur. Mengingat ketentuan ini, memang sangat memungkinkan untuk si calon janda itu melakukan penuntutan. Tapi kan gugatan hukum itu berlaku hanya kepada kedua pelaku dan bukan ke pasangan salah satu pelaku. Aku bisa sampaikan ke temanku, secara hukum dia tidak ada masalah.

Bila dikaitkan dengan norma masyarakat yang sekarang ini mulai berotak bisnis dimana kasus semacam ini sering diselesaikan dengan denda dalam bentuk uang, temanku pun bukan dalam posisi tergugat. Malah kalo mau dia bisa juga minta pembayaran denda kepada selingkuhan istrinya. Tentang kesalahannya dikatakan tidak bisa mendidik istri, itu cuma akal-akalan saja menurutku. Bahkan aku berani bilang itu merupakan tipikal perempuan Indonesia. Dimana saat ketauan suaminya selingkuh, kadang bukan suaminya yang dipersalahkan. Tapi selingkuhan suaminya yang didamprat dianggap merebut suami orang.

Bisa jadi ini merupakan dampak euforia emansipasi yang berlebihan. Coba bandingkan sikap cewek dulu dengan sekarang pasti sudah jauh berbeda. Rasanya jaman aku mulai pacaran dulu, cewek masih mau menerima cinta tapi tak lebih dari itu. Seolah prinsipnya, "cintai aku tapi jangan sentuh aku."

Beberapa tahun kedepan sudah berubah, "boleh cium aku tapi jangan lebih dari itu".

Jaman makin maju prinsipnya berubah lagi, "lakukan apa yang kamu mau tapi jangan bilang siapa-siapa."

Bisa jadi yang mulai berlaku sekarang adalah, "ayo lakukan semuanya. Kalo tidak, aku akan bilang ke semua orang kalo kamu tidak bisa apa-apa..."

Duh sudah mulai melantur dari topik...
Tapi intinya gini. Aku tetap tidak bisa memutuskan masalah temanku. Aku cuma bisa kasih pandangan dari luar saja yang berkaitan dengan norma dan hukum. Sayangnya aku tak begitu paham soal hukum yang berlaku di Indonesia. Kalo lah ada teman yang lebih mengerti, mungkin bisa bantu kasih saran agar bisa membantu meringankan beban temanku itu.

Itu saja
Terima kasih sebelumnya...








Read More

Mulai Kangen Lagi

#Semua Umur

Ibue laporan kalo anak lanang yang biasanya kalem sekarang sudah mulai pinter keluyuran. Lengah sedikit si Ncip sudah merangkak ke garasi dan ngumpet di kolong mobil. Padahal dulu melihat Cipta yang sikapnya tenang, aku pikir sifatnya akan bertolak belakang dengan kakaknya.

Mungkin merasa anak bungsu, biarpun cowok alemannya tidak ketulungan. Maunya digendong disayang-sayang terus. Sampai lagi tidurpun segera bangun kalo merasa ibue tidak ada di dekatnya. Apalagi setelah bisa ngesot. Ibue ke teras ke dapur terus dibuntutin. Kelihatan banget dia seperti gak rela kalo melihat kakaknya nempel-nempel terus ke ibue. Apalagi kalo bapaknya.

Memasuki usia 7 bulan mulai kelihatan perubahan sifatnya. Alemannya masih tapi sudah ga seperti dulu. Sudah mulai bisa bermain sendiri merecoki si Ncit. Lihat kakaknya makan apa, suka direbutnya. Kakaknya lagi liat shaun the seep, laptopnya ditutup dan dikelonin. Kalo dulu suka nurut dinaikin kakaknya yang keranjingan mbek, sekarang sudah berani melawan ngejambak rambut si kriwil.

Kelebihannya s Ncip tidak susah makan seperti kakaknya. Apa saja diembat sampai-sampai cita-cita ibue kasih ASI ekslusif sampai 6 bulan gagal total. Makanya ada bagusnya dia mulai belajar mandiri ga selalu tergantung ke ibue. Kebayang kaya apa susahnya ibue yang mungil kalo harus menggendongnya kemana-mana sementara beratnya sudah hampir 10 kilo.

Kalo sifat Citra sih ga usah ditanya lagi. Anak cewek dikasih boneka jarang mau nyentuh. Sukanya main di halaman atau di kebun dengan ayam, kelinci atau kambing peliharaan mbahnya. Pintu dikunci masih cari-cari jalan keluar lewat jendela. Pintu pagar juga suka dipanjat kalo sampai lepas dari pengawasan.

Sisi baiknya dia tidak begitu merepotkan karena terbiasa main sendiri. Menyukai alam terbuka dan kuat jalan kaki. Kemana-mana senengnya lari-lari sendiri tidak minta gendong. Seperti waktu diajak ke Prambanan saat cuti kemarin. Sampe pegel kaki ngikutin si Ncit kesana kemari dan naik ke setiap candi. Sampai-sampai ada turis bule yang ngikutin terus dengan kameranya. Setiap Citra agak kesulitan naik undak-undakan candi yang terlalu tinggi untuk kaki mungilnya, ga mikir bapaknya dah kecapean si bule terus kasih semangat one more.. one more.. again..

Ibue juga cerita kalo toilet training Citra sudah mulai berhasil. Saat di rumah sudah mulai irit diapers karena sudah bisa bilang "ee" saat pengen ke kamar mandi. Sudah agak lumayan walau belum bisa bedain antara BAB dan pipis. Semuanya pakai istilah mau ee. Cuma payahnya, saat di toilet dia harus ditungguin. Kalo ditinggal, ga bakalan jongkok lagi dia. Berdiri dipinggir bak mandi mainan sabun atau shampo sampai air bak berbusa-busa. Mungkin efek samping dari kebiasaan cari mainan sendiri saat ibue sibuk urus adiknya. Atau nurunin sifat bapaknya yang suka main sabun saat di hutan ga tau dah...

Terlepas dari semua itu...
Tetap saja ada rasa yang sulit diungkapkan dengan kata-kata saat mendengar cerita tentang perkembangan anak-anak tanpa bisa ikut urus secara langsung. Sebenarnya sering kepikiran untuk kembali ke Jogja dan cari rejeki disana tanpa harus meninggalkan mereka terlalu lama. Tapi kalo ingat peluang kerja disana yang tak seluas di luar Jawa, kadang cuma bisa menjawabnya dengan helaan nafas panjang saja.

Sabar ya, nak...
Bulan depan ayah pulang...


Read More

27 Mei 2012

Download Film Bajakan

#Semua Umur

Hidup di tengah hutan yang jauh hiburan kadang bikin bete. Di ruang santai memang ada tipi LCD gede. Tapi lebih sering bluescreen dibanding aktipnya. Tiap dinyalain muncul pesan hubungi provider. Tau satelitnya error atau emang belum dibayar sama kantor.

Efek sampingnya, tiap malem IT kebagian tugas cari pilem donlotan buat hiburan manusia-manusia kesepian. Masukin plesdis dan colokin ke LCD. Lumayan membantu dan bisa rikues pengin liat apa. Pilem-pilem baru ga pernah ketinggalan walau kadang harus susah payah nonton gambar ngeblur kualitas cam diputar di layar 52".

Andalanku cari pilem bajakan di thepiratebay.se dan donlot pakai torrent di PC server. Aku lebih suka pakai torrent untuk comot file bergiga-giga karena praktis. Cukup sekali klik tinggal tunggu satu atau dua jam, asal seedernya banyak satu filem ukuran 1 apa 2 GB dah kelar. Penjelasan tentang torrent pernah aku tulis disini.

Direct download aku kurang suka. Pengguna gratisan selalu dicekek benwitnya dan tidak bisa paralel. Padahal filenya sering displit jadi beberapa file. Males banget harus nungguin satu file selesai untuk donlot file selanjutnya. Apesnya kalo ada satu file yang korup, proses penggabungannya kembali jadi gagal.

Sudah dapat filmnya, tinggal cari teks atau subtitle di subscene.com. Ga pake ribet dan tidak perlu registrasi. Cari subtitle juga gampang-gampang susah. Banyak pengunggah yang asal aplut modal subtitle asing ditranslit pake google translate tanpa edit. Baca teks bukannya jadi ngerti jalan ceritanya, yang ada malah jadi mumet berasa di planet lain. Soal kualitas tata bahasa, selalu aku prioritaskan teks aplutan kang Pein Akatsuki yang punya blogger berjudul sebuah-dongeng.

Sudah dapat subtitle yang bagus, tinggal lihat timingnya pas engga. Karena sumber pilemnya kadang berbeda, timing teksnya juga seringkali geser terlalu cepat atau ketinggalan. Untuk atasi ini, andalanku pakai Gaupol. Cek dulu dengan cara memutar pilemnya. Lihat selisih waktu antara ucapan dan teks berapa detik. Buka teks pakai Gaupol trus klik Tool - Shift Position. Kalo teksnya terlambat, tambahin berapa detik. Kalo terlalu cepat, tinggal kurangin. Simpan lalu cek sudah pas atau belum.

Rada ribet tapi gimana lagi orang ga ngarti bahasa asing. Nonton pilem tanpa teks sama juga nonton gambar. Mending kalo pilem perang atau action. Kalo pilem drama..?

Itu juga salah satu alasan kenapa aku kurang suka pilem bokep
Abisnya susah banget cari subtitlenya...





Read More

Ngeremove Teman Itu Hak Asasi

#Bimbingan Orang Tua

Dalam urusan berteman, putus nyambung itu sudah hal biasa. Begitu juga di dunia blog atau jejaring sosial, di add dan diremove bukan sesuatu yang harus bikin sakit hati. Bagaimanapun juga ini soal pilihan hati dan selera pribadi atas ocehan teman.

Secara pribadi aku lebih suka pola pertemanan seperti di blogger atau twiter. Dimana kita bisa bebas mem-follow orang yang memang kita sukai celotehnya tanpa ada beban bila tidak difolbek. Begitu juga saat kita di follow orang lain. Bila saat dicek isinya kurang kita sukai, tidak ada keharusan untuk folbek.

Kondisinya jadi berbeda di multiply. Saat kita di add orang lain, bisa jadi yang mengajak berteman memang menyukai jurnal kita dan ingin mengikuti tapak jejaknya. Ada semacam beban saat kita temukan jurnal-jurnal dia kurang sreg di hati. Tidak diapprove, kasian kalo dia memang penggemar. Bila diapprove, secara otomatis inbox kita jadi kebanjiran jurnal diluar minat.

Mungkin cara ini memang lebih mencerminkan keadilan. Namun saat kita temukan permintaan pertemanan yang niatnya cuma mau menambah jaringan tanpa ada minat tertentu terhadap jurnal kita, ini yang kadang bikin kurang nyaman. Di multiply kita bisa tahu siapa saja yang mengunjungi jurnal kita. Akan bikin bete saat ada yang hit and run. Cuman nge-add doang tanpa pernah nongol sama sekali di jurnal kita. Sudah gitu, tiap jam ngebanjirin inbox dengan quicknote ga jelas atau posting nawarin dagangan.

Suka atau tidak, begitulah adanya. Setiap ada permintaan pertemanan, keputusan sepenuhnya ada di tangan kita dengan segala resiko enak gak enaknya di kemudian hari. Sebaliknya saat kita diremove teman, tidak perlu ada beban rasa yang berlebihan. Karena bagaimanapun juga, setiap orang berhak untuk memilih teman.

Biarpun begitu, tetap saja suka ada rasa enek bila kejadiannya seperti siang tadi. Lagi baca jurnal teman, sudah ketik komentar panjang lebar, begitu klik submit yang keluar pesan error. Bolak-balik diulangi tetap muncul error. Setelah meneliti pesan errornya, ditemukan pernyataan, komentar hanya untuk teman dan dibawah headshotnya muncul tulisan add as contact.

Ngeremove sih ngeremove, tapi mbokyao jangan pas lagi komen sampai bolak balik nyobain. Hahaha pekok..

Kejadian seperti ini sudah beberapa kali dialami di multiply. Di blogger dan facebook juga pernah terjadi. Sudah ngetik panjang lebar dengan sepenuh hati, begitu klik post eh jebul muncul peringatan post diset private atau dihapus. Kalo sudah begitu, tidak ada yang bisa dilakukan lagi selain nyengir kuda sambil bilang semprull...

Tapi sudahlah.
Masalah semacam itu sangat manusiawi dan tak perlu terlalu dipikirkan. Ga usah seperti seorang teman dalam kasus berbeda tapi hampir senada yang membuatnya mendadak melepas spion motor. Ketika ditanya, "Bro, kok motor lo gada spionnya?"

"Iya bro, sengaja. Gue udah move on, ga mau ngeliat kebelakang lagi. Sakit hati gue, sakitt..."


Berteman atau tidak berteman itu hak asasi kan..?



Read More

25 Mei 2012

Indahnya Malam Sabtu

#17++

Malam sabtu merupakan malam yang damai di mess. Para perusuh yang biasanya suka gangguin kerjaan coding dengan segala keberisikannya suka pada ngabur ke Tanjung, salah satu kota tempat cari hiburan orang hutan yang berjarak sekitar 2 jam dari site. Memang rada aneh disini. Dimana-mana biasanya cari hiburan tuh malem minggu. Di Tanjung, malem minggu malah sepi kaya kuburan. Bahkan diskotik satu-satunya di hotel Aston juga ikutan cuma buka di malam sabtu doang.

Memang ga semua warga mess kabur. Acara malam sabtu biasanya milik mereka yang selama di Jawa memang gemar hiburan gemerlap malam dan punya duit lebih. Kalo yang hobinya jalan-jalan doang biasanya pergi ngeluyur di hari minggu. Secara pekerjaan, hari minggu apa jumat kliwon sih ga ada bedanya, orang tambang operasinya 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Cuma kalo hari minggu banyak kendaraan sarana nganggur, jadinya bisa dipinjam pakai. Di sini kendaraan kantor memang sarana satu-satunya yang bisa dipergunakan keluar hutan dengan biaya murah. Angkot atau taksi mana ada, apalagi busway.

Ada lagi tipe warga mess yang cari hiburannya tidak pernah terikat waktu. Asal kebelet, punya duit dan ada waktu luang barang sejam pasti ngabur ke warung jablay. Sudah bukan rahasia lagi bila dekat area pertambangan pasti ada komplek prostitusi baik yang terbuka maupun ngumpet-ngumpet. Banyaknya tenaga kerja dari luar daerah dengan jatah cuti setiap 3 bulan sekali merupakan peluang yang menggiurkan bagi pelaku bisnis esek-esek. Apalagi kalo tanggal muda. Sengaja didatangkan tenaga-tenaga baru musiman untuk antisipasi membludaknya permintaan konsumen.

Selain itu ada warga tipe onliner yang merasa cukup mencari hiburan didepan laptop. Golongan ini jarang keluyuran diluar urusan pekerjaan. Lebih suka diem di kamar menyibukan diri menekuni game, blog, pesbuk atau nonton bokep. Pergi ke kota biasanya saat stok rokok atau cemilan teman online habis. Yang seperti ini memang jarang berisik mengganggu ketenangan orang lain. Tapi jangan tanya kalo internet lagi gangguan. Ga mau tau orang habis begadang dan baru tidur sebentar, pokoknya komplen, komplen dan komplen sampai internet kembali aktif.

Terakhir adalah golongan fakir miskin seperti aku yang gajinya dari kantor langsung ditransfer ke rekening istri. Uang saku kiriman dari rumah biasanya mepet banget dan cuma cukup buat beli sabun doang. Jadinya jarang bisa ngeluyur kecuali ada yang berbaik hati kasih traktiran. Hiburan di saat galau paling banter cuma cari kesibukan bersiul-siul di kamar mandi.

Begitu ceritanya kenapa aku lebih suka malam sabtu dibanding malam lain.
Cenderung sepi dan nyaman buat ngerjain script-script ajaib yang muyengin
Dan kalo ditanya malam yang paling ga disukai, mungkin jawabnya malam jumat
Tau kenapa...



Read More

24 Mei 2012

Galau Tingkat Dewa

#17++

Masih dalam kondisi galau kuadrat, badan meriyang kurang tidur, dompet menipis di tanggal tua, tagihan CC bengkak hampir jatuh tempo, Citra baru pulang dari dokter, eh ibue nelpon bilang badan menggigil panas dingin. Di saat ibue sehat, ngurus si Ncit sakit aja pasti repot berebut aleman sama si Ncip. Gimana kalo ibue ikutan sakit juga..?

Saking galaunya mikirin yang di rumah, sampe kebawa ngigo kasih nasehat ke si Ncip sebagai cowok satu-satunya di rumah agar ngurusin ibue dan kakaknya. "Pokoknya harus jadi jagoan ayah, nak..."

Di sisi yang lain...
Sudah jadi kebiasaan di site, kalo habis ditinggal ke Jakarta seminggu, untuk beres-beres yang acak-acakan juga butuh waktu hampir seminggu juga. Baru beres itu, ganti dikerjain server IBM baru kiriman dari pusat yang tidak mau diinstal Ubuntu yang sudah cukup familiar. Cari-cari OS lain dan cobain pakai ClearOS walau harus banyak-banyak buka google.

Orang kalo mau bener memang banyak banget gangguannya. Genset yang biasanya ga ada masalah bolak-balik mati. UPS yang kena petir, penggantinya belum datang semua. Jadinya saat genset mati, UPS cuma mampu bertahan beberapa menit saja. Mending kalo matinya pada saat proses instal dalam posisi idle. Sistem lagi kerja UPS kehabisan baterai, hasilnya fatal error dan harus instal dari awal lagi.

Baru mau akan bernafas lega, baru ketahuan kalo ClearOS versi basic kustomisasinya terbatas. Banting supir belajar OpenSuse dan alhamdulillah beres tuh server 3 biji biarpun harus melek siang malem dan masih saja diganggu urusan listrik.

Agak seneng kerjaan beres dan yang di rumah katanya sudah mulai mendingan. Eh, dari Jakarta laporan kalo server di site tidak bisa diakses. Melek lagi dapat dua hari dua malem nyari masalahnya dan baru ketahuan penyakitnya tadi pagi. Gimana gak mumet, yang bermasalah routernya servernya yang diutak atik.

Stafku yang baru kemarin balik pelatihan mikrotik di Jogja langsung jadi tersangka. Hasil interogasi mendapatkan hasil kalo router dipakai praktek hasil sekolahnya kemarin. Ga ngomel rasanya enek, router eksisting dijadiin kelinci percobaan sementara router cadangan yang nganggur di gudang ada 2 biji. Mau misuh-misuh takut menurunkan semangat staf yang lagi getol-getolnya belajar.

Biar tambah semangat aku tantang saja untuk unjuk gigi hasil pelatihan dengan cara menormalkan kembali fungsi router. Payahnya step step perubahan yang dilakukan tidak dibuatkan log atau catatan sebagai panduan saat ada masalah. Setiap ditanya sudah sampai mana progresnya, cuma dijawab dengan nyengir kuda. Aku tanya lebih detil tentang cara routing yang baik dan benar ala sekolahan, malah ngeluarin primbon setebal bantal oleh-oleh pelatihan. "Cari sendiri saja disini, pak. Pusing saya bacanya tebel banget..."

Beneran antara cinta dan dilema. Satu sisi pengen sambil ngajarin anak buah. Sisi lain dapat komplen berkepanjangan server ga jalan-jalan. Akhirnya ya melek lagi ngoprek router sambil ngempet. Ini yang kata orang Jawa, anak polah bapak kepradah. Pengen anak buah maju, tetap saja harus ikutan repot.

Bener-bener enakan kalo logikanya dibalik
Kalo bapak polah, paling banter ambene obah
Resikone anake tambah...

Maap buat yang roaming...





Read More

20 Mei 2012

Maunya Praktis

#Bimbingan Orang Tua

Jaman canggih memang membuat banyak hal menjadi lebih praktis. Namun kepraktisan itu tidak otomatis efisien. Segala kemudahan yang didapat seringkali berdampak pada kebutuhan resource yang juga semakin tinggi walau mungkin kita disadari.

Misalnya anak-anak jaman aku kecil dulu. Kalo pengen punya mainan harus mau bikin sendiri dari kayu, tanah liat atau barang bekas. Ketika gasing kayu bikinanku jelek, tak bisa berputar lama dan selalu kalah kalo diadu, panas hatiku disalurkan dengan cara belajar membuat gasing yang lebih baik lagi. Mulai dari cari kayu yang bagus sampai proses penghalusan ekstra pakai beling.

Ketika jaman berubah maju dan mainan anak pabrikan gampang didapat, efeknya berbanding terbalik dengan kreatifitas anak. Saat melihat mainan temannya lebih bagus, satu-satunya skil yang diasah adalah cara merengek ke orang tua agar dibelikan mainan yang lebih keren. Guling-guling di lantai mall dan mogok makan atau sekolah tak jarang jadi senjata ampuh. Sebuah kepraktisan yang berbiaya tinggi.

Kemudahan mendapatkan mainan canggih juga menurunkan kepedulian dan rasa memilikinya. Contoh kecilnya si Adi dan Citra yang sama-sama keranjingan komputer di usia terlalu dini. Waktu si Adi kecil dulu, di umur 2 tahun sudah bisa diarahkan untuk mematikan PC dengan cara shutdown. Citra yang sudah masuk jaman laptop susahnya minta ampun diajarin cara shutdown yang baik dan benar. Tetap saja ngeyel dan mematikan laptop dengan cara menutupkan monitornya. Kalo rada dipaksa hasilnya malah lebih parah, nutupnya pake kaki.

Hal-hal semacam itu bukan cuma milik anak-anak saja. Menghadapi staf-stafku yang produk modern juga perlu kesabaran keras seperti ketika mengajarkan cara mengelola server menggunakan linux yang berbasis teks. Mereka maunya menggunakan fasilitas GUI yang cukup klak klik saja dalam mengoperasikannya. Menurut mereka yang berbasis grafik lebih cepat dan praktis. Padahal dengan bermain keyboard tanpa diganggu mouse buatku jauh lebih cepat. Secara resource yang berbasis teks juga lebih irit plus lebih aman karena jarang yang mau usil. Aku pernah coba instal satu server pakai windows buat latihan. Eh, bukannya belajar utak atik dengan benar malah disambi buka pesbuk di server.

Satu lagi yang sudah berubah adalah cara belajar. Kalo jaman aku sekolah dulu, kalo ditanya lebih suka diam. Apalagi disuruh tanya pasti lebih bungkam lagi. Tapi kalo disuruh cari contekan biasanya rajin. Bedanya dengan anak sekarang, kalo disuruh cari bahan belajar sendiri susahnya minta ampun dan lebih suka nanya.

Laptop punya, internet ada dan google pun belum bangkrut. Tapi untuk browsing cari solusi saat ada masalah kayaknya males banget. Apalagi kalo masalah yang rada spesifik dan aku bilangin ketik keywordnya pakai bahasa Inggris. Lama-lama aktifitasnya bukan googling masalah yang dihadapi lagi, tapi sudah cekikikan entah buka apa.

Ada kebiasaanku membuat catatan-catatan kecil pake notepad setiap ada masalah. Catatan itu aku kumpulkan dan aku kasih ke pasukan biar ga pake browsing-browsing lagi. Eh, pada saat nemu masalah tetap saja tindakan pertamanya nelpon dan nanya, "pak ini gimana ya..?"

"Di catatan-catatan dari saya kan ada.."
"Oh, ada ya pak. Nama foldernya apa ya..?"
"Kan kamu sendiri yang nyimpen. Cari deh.."
"Lupa nyimpennya dimana. Kirim lagi lewat email deh, pak.."


Udah dikirim pun kadang masih nelpon lagi, "nama filenya apa ya, pak..?

Doooh anak sekarang memang
Sebuah ketidakkonsistenan akut berkelanjutan
Kalo urusan masalah maunya cepat terima matengnya
Tapi kalo urusan bagi-bagi sisa proyek, ribut minta mentahannya
Sabaaaar...



Read More

19 Mei 2012

Definisi Galau

#17++

Definisi galau buatku adalah sebuah rasa yang gak genah saat wonder womanku di rumah sudah mulai bilang "cape". Selalu saja ada rasa bersalah ketika aku tak bisa setiap waktu membantunya membesarkan anak-anak, padahal pada waktu bikin begitu kompak senada dan seirama.

Aku bisa marasakan bagaimana lelahnya mengurus dua anak bandel sendirian. Sepertinya hampir tak pernah punya waktu untuk diri sendiri. Ditinggal ke kamar sebentar, yang satu merangkak nyusul ke dapur, yang satunya lari ke halaman. Isi rumah tak pernah kelihatan beres karena selalu saja diberantakin lagi.

Citra sebenarnya anteng kalo sudah nongkrong di depan laptop liat shaun the seep. Tapi si Ncip yang mulai nakal suka banget merebut apa yang sedang dipegang kakaknya. Kadang si Ncit mau ngalah. Melihat laptopnya dikelonin adiknya, dia cari mainan lain. Tapi melihat kakaknya pegang yang lain, si Ncip segera pindah haluan.

Makanya suka ragu-ragu kalo nelpon ibue sebelum mereka tidur. Biasanya baru bicara sebentar, hape sudah direbut Citra walau cuma teriak ayah ayah doang. Ga perlu pakai lama, gantian Cipta yang merebut hape dari tangan si kakak. Akhir ceritanya tak pernah berubah. Anak-anak nangis bareng dan ibue manyun. Haha..

Saat ibue curhat rutin pengantar tidur, tak pernah aku bisa bicara banyak selain bilang sabar. Padahal semua orang tau kalo sabar itu memang susah. Dibilangin bolak-balik tetap saja si sabar ga mau nurut dan suka pergi-pergi mulu. Tapi mau gimana lagi orang hidup memang harus seperti itu. Toh ada masanya mereka menjadi anak-anak manis yang bikin hati bahagia.

Paling-paling kalo romantisnya lagi kumat, aku suka mengaitkan dengan kata cinta dan pengorbanan. Bagaimanapun juga mereka adalah buah cinta berdua yang harus bisa dipahami secara utuh. Sudah bukan masanya menganggap pengertian cinta hanya untuk berdua saja. Pepatah mengatakan cinta butuh pengertian atau bahasa gaulnya love must understand each other...

Setelah cinta itu berbuah, pengertiannya bukan lagi sekedar under dan stand saja. Urusan yang dibawah berdiri sepertinya sudah harus lewat walau tidak untuk dilupakan...

Sik sik sik, pak manteb...
Kayaknya sudah melenceng neh dari tema awal
Beneran sudah galau tingkat ujian nasional kayaknya
Lanjut besok saja dah..



Read More

18 Mei 2012

Dikerjain Radio

#Semua Umur

Dua hari dikerjain radio. Internet di site setiap lima atau sepuluh menit mati. Penyebabnya radio link ke arah Telkom yang menggunakan perangkat Ubiquity Rocket M5 selalu reset ke seting default. Memang tak sulit mengatasinya. Cukup seting ulang, internet kembali normal. Tapi kalo tiap lima menit mati, tetep aja judulnya tapedeh..

Berbagai cara dicoba dan dianalisa. Mulai dari pengujian listrik, UPS didobel, pasang grounding, ganti konektor sampai ganti radio sudah dicoba tetap saja si Rocket M5 reset by self. Dua hari ulur-ulur kabel dan naik turun tower sampe pegel tidak ada hasilnya juga.

Putus asa dengan hardware, pindah ke software. Firmware radio diupgrade ke versi terakhir. Masih tetap mati-mati juga. Setingan diutak atik secara ngacak, baru ketemu solusinya. Di bagian system ada tombol "Enable Reset Button".  Tanda centangnya dibuang dan sampai saat ini tidak ada masalah lagi.

Tombol Enable Reset Button fungsinya untuk mengaktifkan tombol reset yang ada di perangkat. Bila ada masalah tinggal ditekan saja tombol tersebut, perangkat akan kembali ke setingan pabriknya. Bisa jadi ada sesuatu yang tidak diketahui men-trigger sinyal reset sehingga software menganggap tombol itu ditekan. Entah konslet karena air atau ada interfrensi frekuensi, sampai saat ini belum bisa aku ketahui.

Radio memang sudah tidak bermasalah. Namun bila suatu saat ada masalah yang tidak bisa diatasi secara software, pasti bakalan ribet karena tombol hard reset di perangkat tidak aktif. Tapi sabodo teuing lah, yang penting bisa jalan sementara.

Hal-hal semacam ini lah yang sering bikin mumet karena di penjelasan teknis pabrik atau FAQ website produsen tidak ada. Makanya ini aku tulis, siapa tahu bisa membantu teman bagian networking yang kebingungan saat mengalami kasus serupa. Buat yang ga mudeng, mohon maaf silakan dilewatin saja.

Cape tapi ada hasilnya buatku ga masalah. Cape yang bermasalah itu kalo kasusnya seperti beberapa waktu lalu. Internet mati total secara tiba-tiba. Aku cek semua perangkat keras dan setingannya sudah bener semua. Inget jaringan internetku pernah digangguin sama penunggu pohon palem, aku sempatin ngomong sama pohon sampai dibilang salah obat sama temen-teman.

Pegel diteriakin sana sini internet mati sampai 2 hari, aku kumpulin segenap rasa "ambek" dan nyamperin ke kantor Telkom. Plong rasanya bisa muntahin segala sesek hati di Telkom sampai akhirnya kembali nyesek ketika mbak CS nya bilang gini, "maaf bapak, internetnya memang diblokir karena tagihan belum dibayar..."

Semprulll..






Read More

Jaman Gak Enak

#Bimbingan Orang Tua

Gara-gara deman Sukhoi, beberapa teman lama mantan anggota pasukanku dulu merapat lewat japri. Membuka-buka kenangan lama saat masih aktif di kegiatan sosial itu dengan segala kerinduannya. Dan obrolan yang paling seru adalah cerita masa-masa pelatihan. Sesuatu yang paling menyebalkan tapi paling asik untuk dikenang.

Pada waktu pelatihan, satu jam saja rasanya sehari. Dari subuh sampai tengah malam isinya pemerasan otak, fisik dan mental. Hanya di saat seperti itu aku bisa merasakan yang namanya tidur sambil berdiri. Kelihatannya sih iya tegap dalam barisan. Tapi saat yang lain bubar jalan, aku tetap saja tegak berdiri sambil ngimpi. Endingnya selalu tragis, roboh ditendang instruktur. 
#Pekok...

Setiap mau masuk materi musti baris berbaris dulu. Mau makan harus lari keliling lapangan 10 kali. Pantas saja apapun menunya rasanya nikmat bukan kepalang. Pisang saja sampai ludes berikut kulitnya. Meleng dikit, lauk bisa lenyap diembat tetangga. Push up, sit up, guling-guling sudah jadi menu sehari-hari. Badan lelah bukan sebuah alasan bolos yang bisa diterima. Aku pernah bangun kesiangan dan ketinggalan materi, dihukum lari keliling lapangan sambil bawa gulungan kasur di atas kepala. 

Itu baru materi di kelas. Setelah itu biasanya dilanjutkan praktek lapangan. Yang berkesan tuh waktu pelatihan di Gunungpati Semarang sana. Dari situ jalan kaki naik gunung Ungaran bawa beban ransel 80 liter isinya alat-alat lapangan. Sampai Ambarawa disuruh renang nyebrang Rawa Pening pakai sepatu hansip. Tak puas sampai disitu lalu direndam semalem suntuk dan begitu naik badan penuh pacet. 
#Siyal..

Paling ga enak kalo pas praktek survival. Beberapa hari masuk hutan tanpa bawa bekal makanan. Teori-teori bertahan hidup dalam kondisi tak normal dipraktekan. Mulai dari menangkap ular, pasang jerat binatang sampai mencari ulat pohon mati yang bisa dimakan. Belajar makan daging mentah, bikin api tanpa korek, merebus air pakai plastik sampai masak pakai kaos kaki. 
#Hoek..

Tidak ada binatang tangkapan, dedaunan pun dipelajari mana yang bisa dimakan mana yang tidak. Harus bisa memilih mana yang aman dan mana yang beracun. Tapi namanya belajar, melakukan kesalahan bukan sesuatu yang aneh. Pernah aku nemu talas hutan yang pulen setelah dibakar namun mulut gatal-gatal sesudahnya. 

Rada apes tuh pada waktu praktek di sungai. Atas dasar segala teori di kelas, dengan teliti aku cermati tanaman air yang ada. Setelah yakin aman untuk dikonsumsi, cicipi sedikit tidak ada efek aneh-aneh, dengan damai aku ganjal perut agar pasukan cacing berhenti demo. Lagi asik-asiknya ngembat lalapan tanpa sambal, eh ada sesuatu yang mengambang di depan mata. Spontan aku menoleh ke arah hulu. 
Sialan, ada temen yang lagi jongkok dengan wajah tanpa dosa.
#Semprulll...

Begitu banyak kisah indah yang sepertinya takkan terulang kembali
Kalopun harus mengulangi, kayaknya cukup dua kata untuk mengomentari
Amit-amiiit...



Read More

Kuncen

#Bimbingan Orang Tua

Sebuah komen di jurnal sebelumnya tentang SAR Goblok berbuntut pertanyaan dari seorang teman melalui japri, "percayakah mas terhadap kuncen atau hal-hal di luar nalar semacam itu..?"

Aku pribadi tetap percaya bahwa hal-hal semacam itu memang ada. Terserah orang mau bilang mempercayai hal mistis dianggap musyrik dan semacamnya. Walau diwakili satu kata percaya atau yakin, harus dibedakan antara keyakinan terhadap tuhan dan keyakinan terhadap makhluk. Mempercayai kekuatan kasat mata semacam itu buatku lebih cenderung kepada kata menghormati bukannya mengikuti.

Aku masih ingat saat pencarian 10 mahasiswa Unsoed sekitar tahun 93 lalu. Dalam persiapan evakuasi, juru kunci gunung Slamet sempat menginformasikan bahwa korban masih disembunyikan dan baru bisa ditemukan 2 hari lagi. Karena kode etik SAR tidak mencantumkan adanya sistem penundaan operasional tanpa alasan teknis, pencarian tetap di lakukan segera. Kepada juru kunci, kami tidak menyangkal dan tetap mengiyakan sambil minta dukungan spiritualnya upaya pencarian akan tetap dilaksanakan. Bukan omong kosong ketika korban benar-benar ditemukan dua hari kemudian di sektor Oscar. Tim pencari sektor tersebut sampai sumpah-sumpahan bahwa mereka sudah menyisir daerah tersebut sebelumnya dengan teliti namun tidak ada tanda-tanda sama sekali. Justru dalam perjalanan turun gunung mereka menemukan jasad korban berserakan di satu tempat.

Contoh lain pada waktu mencari korban tenggelam di curug Cipendok. Daerah pencarian yang tak terlalu luas sepertinya tak mungkin ada lokasi yang lolos dari pengamatan. Tapi tetap saja hasilnya nihil sampai kuncen petilasan yang tak jauh dari situ melakukan ritual memotong ayam hitam dan putih. Tahu-tahu korban muncul di balik batu besar. Mengambang di sungai yang dalamnya hanya sebatas pinggang.

Satu contoh lagi pada waktu 3 anak buahku tenggelam di pantai Srandil di ujung Nusakambangan. Dengan melihat pola arus laut, semua tim pencari diarahkan menyisir ke arah timur sampai ke daerah Logending. Ada yang sowan ke juru kunci petilasan Jambe Pitu dan dilakukan ritual. Petunjuk dari juru kunci menginformasikan sesuatu yang sepertinya mustahil bila melihat pola arus. Katanya korban harus di cari ke arah barat. Dan pagi harinya terbukti, ketiga temanku itu ditemukan di pantai Bunton sekitar 5 km dari tempat kejadian.

Banyaknya pengalaman semacam itu membuatku merasa tak aneh lagi dengan pelibatan unsur-unsur spiritual yang sering dikatakan tahayul atau sudah jadul di jaman modern ini. Prinsipku, upaya semacam itu bukanlah semata-mata bertindak irasional. Melainkan semacam penghormatan terhadap kearifan lokal. 

Ini sama saja dengan kita pergi ke daerah asing. Wajar bila kita tak sepenuhnya percaya terhadap orang asing yang ada di tempat itu. Namun tidak ada salahnya bila kita menghormati kebiasaan mereka karena sesungguhnya di tempat itu, kitalah orang asing yang sebenarnya dan mereka adalah pribumi yang lebih mengerti situasi setempat.

Tolong dibantu ya...
Prok prok prok jadi apa..

Adakah pendapat lain..?


Read More

12 Mei 2012

SAR Goblok

#Segala Umur

Demam Sukhoi masih saja melingkupi sebagian dari kita. Tak hanya media massa, media pribadi seperti blog, forum ataupun jejaring sosial tak mau ketinggalan mengangkat tema tersebut. Melihat begitu banyaknya orang bicara tentang kecelakaan pesawat yang menabrak salak segede gunung itu, aku sebenarnya kurang tertarik untuk mengangkatnya sebagai tema. Namun saat baca sebuah trit di kaskus yang mencaci maki tim SAR Indonesia yang dikatakan menjijikan, goblok, bobrok, dll dll. Mau ga mau aku jadi ketularan SBY dan berucap prihatin tiada habisnya.

Aku yang sempat bertahun-tahun bergabung jadi relawan SAR jadi gondok juga ketika korps itu dikatakan selalu lambat dalam menolong korban tak seperti tim SAR luar negeri. Mungkin itu memang sebuah kenyataan. Namun aku tak rela bila orang-orang yang bergabung disana dibilang goblok dan ga mau peduli. Agaknya penulisnya ga mengerti bahwa sebagian besar petugas lapangan adalah relawan yang tidak digaji. Mereka ikhlas bergabung hanya karena soal hati. Mengikuti pelatihan berat dan memahami segala resiko di lapangan yang bisa berakibat fatal. Sakit rasanya segala perjuangan itu seperti tak dihargai. Apalagi bila ingat kejadian tanggal 23 Nopember 1993, dimana 3 anak buahku yang meregang nyawa di depan mata saat latihan SAR di ujung Nusakambangan sana tanpa aku bisa berbuat apa-apa.

Mungkin si penulis itu menganggap tugas SAR itu sama dengan kalo dia mau ngeluyur ke mol bareng temen-temannya. Tidak perlu ada perencanaan, koordinasi antar relawan dan badan-badan resmi yang terkait. Hutan lebat, kabut tebal, hujan dan kondisi medan lain yang tidak bersahabat perlu perjuangan keras untuk bisa menembusnya. Tebing atau jurang yang hampir tegak tak mungkin bisa ditempuh sambil lenggang kangkung. Belum lagi dukungan logistik peralatan yang serba seadanya dan seringkali merupakan properti pribadi juga ikut menjadi penghambat operasional lapangan.

Kisah-kisah masa lalu berkelebat silih berganti dalam benakku. Terbayang bagaimana susahnya melakukan orientasi medan peta kompas saat menembus kabut pancaroba ketika mencari pendaki Unsoed yang hilang tahun 1992. Kepala sempat bocor gara-gara terpeleset saat evakuasi menuruni tebing jurang licin berkemiringan hampir 90 derajat di gunung Lawu. Pernah juga hampir menjadi barbeque saat evakuasi pendaki dari STM Telkom yang terjebak kebakaran hutan di Gunung Slamet.

Tak perlu terlalu terprovokasi oleh film-film Hollywood yang bertema penyelamatan. Bagaimanapun juga film akan menceritakan tentang sang jagoan yang selalu bisa mengatasi segala hambatan. Kondisi di lapangan tidaklah seindah itu. Kelelahan, kebingungan bahkan keputusasaan di tengah tugas selalu ada dan menjadi penghambat utama.

Terserah orang mau bilang apa tentang relawan penyelamat kita. Yang jelas, saat sudah berada di lapangan, mereka selalu berusaha semaksimal mungkin dengan segala sumber daya yang ada. Keselamatan pribadi juga seringkali diabaikan demi sebuah target untuk secepatnya menemukan dan menyelamatkan korban.

Beralih ke soal kecelakaan Sukhoi...
Aku cuma bisa turut berbelasungkawa dan tak bisa berbuat lebih seperti dulu lagi. Aku tak mau mempermasalahkan apakah itu dari faktor alam, alat atau manusia. Yang pasti tidak ada satu orang pun yang menginginkan musibah terjadi. Tak perlulah kita sok pintar berebut komentar merasa diri paling benar tanpa mau ikut turun ke lapangan. Mendingan energi pemikiran jeniusnya digunakan untuk mencari cara mencegah musibah semacam itu terulang kembali. Minimal dengan cara mendisiplinkan diri saat menggunakan jasa penerbangan.

Budaya ndableg sebagian masyarakat kita memang sudah keterlaluan. Sebagai orang yang secara rutin menggunakan sarana transportasi udara, aku bisa mengerti susahnya teman-teman kita bertindak safety first. Yang paling sepele mungkin soal hape. Masih banyak yang begitu diperbudak hape sampai-sampai saat menjelang take off belum juga mematikannya. Sepertinya sms atau update status lebih penting daripada nyawanya sendiri beserta seluruh penumpang lainnya. Pernah aku coba ingatkan tetangga sebelah soal itu malah berbuah ucapan ketus yang lumayan tidak mengenakan hati. Kalo sudah begitu, yang bisa dilakukan paling banter berdoa dalam hati saja.

Dan soal berdoa ini ada yang perlu aku ingatkan...
Jangan pernah sekali-kali berdoa di atas pesawat
Karena itu sangat membahayakan diri sendiri maupun orang lain
Kalo mau berdoa, cukup didalam pesawat saja...

Terima kasih
Semoga bisa dimengerti...




Read More

10 Mei 2012

Wonder Woman


#21++

Ini kali kedua Citra sampai mewek saat ngantar aku ke bandara. Sempat kebawa melow juga waktu ibue sms bilang sudah sampai rumah dan si Ncit masih saja nangis manggil-manggil ayah ayah terus. Agaknya dia sudah mulai mengerti arti dari kedekatan batin antara anak dan bapak. Padahal secara keseharian Citra termasuk anak yang mandiri dan tidak cengeng. Berantem dengan teman sepermainan yang lebih gede juga menangan dia.

Bisa jadi dia dekat dengan bapaknya, karena memang si Ncip menguasai sebagian besar waktu dan energi ibue. Merasa anak bungsu, Cipta tak perlu merasa bersalah ga pernah mau lepas dari ibue. Pokoknya persis kayak bapaknya dulu. Maunya dikelonin, nenen, nenen dan nenen setiap waktu.

Terasa banget kalo pas jalan bareng. Mana ada yang mau duduk di jok belakang. Si Ncip senengnya berdiri dekat jendela bareng ibue, Ncit sukanya duduk di console box tengah. Susahnya kalo sudah pada ngantuk. Ncip enak tidur di pangkuan ibue. Aku yang agak susah harus nyetir sambil mangku kakaknya.

Untungnya kolaborasi ngurus anak-anak sudah terjalin dengan baik sejak proses pembuatannya dulu. Jadinya tetap saja bisa kerjasama mengatasi segala kesulitan yang ada. Tangan kananku pegang setir, tangan kiri memeluk Citra di pangkuan. Kalo mau oper gigi aku tinggal bilang masukin, bu. Ibue yang sudah terlatih pegang persnelingku ga pernah kesulitan memindah-mindahkan gigi seirama dengan permainan koplingku. 

Tapi itu kan saat bersama. Yang sering mengganggu pikiran adalah saat aku sudah kembali ke hutan. Tak bisa kubayangkan cara ibue mengatur anak-anak dan membagi perhatian saat jalan-jalan nyetir sendiri. Pokoknya lima jempol deh aku acungin khusus buat ibue. Seorang ibu yang mandiri dan bisa menjadi wonder woman dalam keluarga.

Untuk menutupi rasa bersalahku jarang bisa menemaninya mengurus anak-anak, setiap ada kesempatan aku selalu berusaha memujinya. Tak ada salahnya aku selalu berusaha membesarkan hatinya sebagaimana ibue selalu membesarkan sesuatuku. Tak kupikirkan bila ternyata pujianku sering kandas di rerumputan karena aku memang bukan orang yang bertipe romantis. 

Seperti saat Citra mengajari adiknya nyanyi cecak di dinding. Aku turut partisipasi meromantiskan cecak untuk ibue. 

"Bu, cecak apa yang bisa bikin aku mati..?"
"Cecak beracun..."
"Salaaah..."
"Lalu cecak apa dong..?"
"Cecak napasku melihat cenyum manismu..." 
#Awwww aww... 
#Kecup tembok...

"Kok cium tembok, yah..?"
"Abisnya ibu kalo dicium suka merem sih..."
"Kan meresapi..."
"Ooo, kirain karena takut keilangan selera kalo wajah ayah..."
"Ya eggak dong, yah. Kan cinta itu buta..."
"Maksudnya..?"
"Yaaa, kalo bisa melihat, kasian ayah gak bakalan laku dong..."
#&%$@(&%^
#Lempar panci...

Read More

09 Mei 2012

Seragam

#Semua Umur

Saat pulang kemarin, ada orang seperjalanan yang dengan gagahnya mengenakan seragam kebesaran. Mau ga mau aku jadi inget jaman dahulu kala. Jaman sekolah, kalo pergi kemana-mana suka pakai seragam OSIS biar bayar ongkosnya murah. Bagaimanapun juga kata orang sunda, OSIS itu ongkos isuk sore saratus alias kemana-mana modal cepek doang.

Kalo perginya agak jauhan yang ga masuk akal ditempuh anak sekolah, aku suka pakai seragam pramuka. Tak jarang sampai minta surat tugas aspal dari pengurus pramuka sekolahan biar lebih mantap cari diskonnya.

Jaman keranjingan naik gunung, ada trik lain lagi diajarin temen-temen tentara. Kalo naik bus atau kereta ekonomi, pakai saja jaket dan celana loreng plus sepatu hansip. Jadinya bisa beneran ngirit. Bukan cuma diskon doang yang didapat. Kondektur bus beneran ga mau mengusik alias gratis. Paling banter ditanya, "dinas dimana, mas..?"

Trik yang ini bukan cuma efektif untuk keluyuran modal dengkul saja. Tapi juga aman dari gangguan preman atau calo di terminal yang suka malakin orang. Sebelum nemu cara ini, entah berapa kali aku dikompas orang di jalanan atau terminal khususnya di daerah pantura.

Inget pengalaman lalu, aku jadi bisa memaklumi kenapa tentara suka banget pakai seragam saat pergi jauh walau mungkin di luar kepentingan dinas. Tidak dapat gratisan pun minimal keamanan bisa lebih terjamin. Kecuali pas lewat lokasi tawuran antar aparat, itu sih emang dasar lagi apes.

Nah, kalo ada karyawan tambang yang naik pesawat pake werpak lengkap dengan logo perusahaan, terus terang aku gak tau apa motivasinya. Dapat gratisan ga mungkin. Untuk keamanan malah kayaknya jadi riskan mengingat masih banyak orang salah paham menyangka pekerja tambang itu gajinya banyak. Ga punya baju lain yang bersih juga ga mungkin. Kalo orang militer masih mungkin untuk membanggakan diri karena penanaman semangat korsa yang begitu besar saat pelatihan kebawa seumur hidup.

Ketika aku cerita tentang itu ke stafku, malah dapat komplen. "Bapak saja pakai sepatu safety. Biar ketahuan jadi pekerja tambang juga, ya..?"

Eh, semprul...
Aku pulang pakai sepatu lapangan tuh bukannya untuk pamer. Tapi emang sandal dan sepatuku ilang mulu di tambang. Daripada pulang kampung nyeker, mendingan pakai yang ada. Biarin dah diketawain ibue mulu di rumah, "kerja jauh-jauh ke luar Jawa. Sepatu aja gak kuat beli..."

Kayaknya bakal bergeser tuh pemeo tentang sandal ilang. Bila selama ini kalo ada yang bilang sandal ilang pasti yang kepikiran pertama kali adalah masjid. Bentar lagi kayaknya pindah ke tambang, hehe..

Ets, ngomongin seragam bisa belok ke sandal
Sudah dulu ah mulai kumat ngelanturnya
Ada yang punya pengalaman lain..?



Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena