13 September 2013

Capitalislam

#Dewasa

Menjelang musim haji, kayaknya ga asik kalo tidak ikutan ngoceh. Namun aku tak ingin melihatnya dari sisi agama karena yang bahas itu sudah banyak. Apalagi di sini ada Pak Ies yang jadi jagoannya kan..?


Aku lihat...
Masih banyak teman yang menganggap Capitalism itu mutlak milik barat, sehingga kata kapitalis menjadi hujatan standar buat mereka. Padahal dalam realita, kaum fasis-religius pun banyak yang melakukan praktek kapitalisme dalam bentuk lain.

Begitu banyak definisi kapitalis yang kesemuanya mengacu pada satu kata, modal alias kekayaan. Jadi secara sepihak aku bisa mengatakan, kapitalisme adalah upaya memperkaya diri secara bebas tanpa terikat norma yang berlaku.

Definisi itu aku lihat melekat sangat erat dalam pengelolaan haji. Tanpa malu-malu pengelola berikut kroninya menjadikan agama sebagai komoditas. Aku ambil contoh cerita mbahnya Ncip tentang rincian biaya haji. Ongkos bus antar jemput dari alun-alun Cilacap ke asrama haji Solo dikasih tarif 600 ribu per orang. Sebagai pembanding, tarif bus patas AC Cilacap - Jogja cuma 40 ribu perak. 
Ini dagang apa ngerampok..?


Bukan aku menggugat rukun Islam 
Namun kata "wajib bagi yang mampu" sudah mengisyaratkan bahwa haji itu ibadah yang ekslusif dimana faktor ekonomi turut berperan. Celah ini yang kemudian dimanfaatkan oleh kaum kapitalis Islam

Gambarannya gini...

Pedagang itu harus cari pasar yang tepat biar untung. Instruksi wajib bagi yang mampu menjadi sarana pemilah konsumen paling handal sehingga pasar secara otomatis terbentuk. Tak perlu orang sekampung kita tanyain satu persatu siapa yang ada dana siapa yang tidak. Asal mau haji, berarti punya duit. 
Siapa sih tak suka bisnis dengan orang punya duit..?

Bagi orang bisnis, kepercayaan adalah modal yang jauh lebih keren ketimbang uang. Jamaah haji adalah orang yang sudah teguh pegang prinsip, in god we trust! Tak perlu promo orang sudah percaya. Tak peduli yang urus bener apa engga, semua dianggap pelayan tuhan yang setiap tindakan bisnisnya adalah ibadah.

Hal yang paling menyebalkan saat berbisnis adalah komplen, suatu hal yang teramat minimal dalam kegiatan haji. Kata "berhadiah surga bagi yang mabrur" telah menyirep jamaah untuk pilih berdiam diri, tidak ngomel apalagi misuh-misuh saat menemukan pelayanan yang kurang memuaskan. Aku yakin tak akan ada jawaban berbeda ketika orang ditanya, "elu pilih komplen apa masuk surga..?"
Betul..?

Itulah sebabnya haji akan tetap menjadi kue bisnis yang lezat sampai akhir zaman. Sebuah ritual sederhana dengan aturan baku bebas cela atas nama tuhan. Teramat mahal untuk peserta namun murah bagi penyelenggara. Tak heran bila Departemen Agama sebagai pemegang monopoli bisnis surga ini disebut-sebut sebagai departemen terkorup di Indonesia Raya. 
Mantap kan..?

Aku pikir segitu saja
Kuharap cukup untuk menyatakan bahwa kapitalisme dalam islam itu sangat memungkinkan

Semoga semua jamaah haji tahun ini menjadi haji yang mabrur
Dan pengelolanya tak lagi jadi hajingan tengik...


Intinya
Cuma pengen mengutip apa kata Voltaire
"Apabila sudah bicara uang, ideologi semua orang adalah sama..."



86 comments:

  1. Wong sekarang jamanya jahilia modern.

    opo2 kudu duwek

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya betul itu
      jahiliyah itu asik. bisa menari di atas luka orang...

      Hapus
  2. Wah kalau ada pembicaraan soal Uang, duit, fulus, arto beserta keluarga dan sodara sodaranya kabari ya. Sorry. Masih doyan sama yang namanya duit

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mas,saya juga masih doyan duit

      Hapus
    2. aku suka sama duit, tapi ga doyan
      *kalo ikan asin doyan banget

      Hapus
    3. lah sinih Pak Raw, saya bikin sambel teri...asin juga kok.

      Hapus
    4. kalo asin doang, upil juga asin, bu :D

      Hapus
    5. pak asep ngakak, berarti kerasa dia.. :D

      Hapus
  3. hanya orang2 kaya saja lah yang sempurna rukun islamnya ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh.....
      saya miskin je....piye ki lik?

      Hapus
    2. jiagh. orang afrika gak perlu kaya mas buat naik haji. asal kuat uang makan jalan deh pakai kaki. pinter2 cari tumpangan. meski modal peta ma kompas plus ransel menjadi kawan dalam jalan2 dlm hitungan bulan. insya Allah mudah bagi Allah.

      Hapus
    3. bukan kaya, melainkan mampu...
      orang miskin pun bisa, asal mampu ngumpulin banyak duit tentunya
      jalan kaki pun bukan berarti murah. sepanjang jalan butuh makan. melewati banyak negara musti urus banyak visa. banyak lewat daerah konflik, stok obat merah harus banyak siapa tahu kena peluru nyasar... :D

      Hapus
    4. selama ini kan begitu kesanya, mampu itu ya mampu secara materi padahal tidak begitu..

      Hapus
    5. bisa tahan lama juga termasuk mampu :D

      Hapus
  4. jgn sembarangan bicara. kapitalis itu musuh islam. yg salah itu oknumnya knp rukun islam yg digugat? surga utk org yg takwa tanpa memandang kaya atau miskin. tak mampu haji kan bisa diganti dg 40 kali shalat jumat. sama dg org mau ke kota mau naik sedan naik bus mau naik becak tdk masalah kan yg penting sampai ke kota. naik haji atau tdk sama2 bisa meraih surga. tolong diralat pernyataannya tdk ada yg namanya kapitalisme dlm islam. jgn memperkeruh suasana keagamaan org lain dg berita tdk jelas spt ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe...saya rasa sudah jelas, tidak menggugat rukunnya tapi pelaksanaannya, prosesnya yang dipenuhi orang kapitalis dan celakanya malah di departemen agama yang banyak orang islamnya.

      Hapus
    2. Saya sampai membaca ulang tulisan mas Rawins, dan dari penangkapan saya, tak ada satu katapun yang menggugat rukun Islam, melainkan oknumnya.

      Hapus
    3. I love Islam I love Indonesia.

      jgn sampai ada kontroversi hati.

      Hapus
    4. ini yang aku bilang masih banyak teman kita yang menganggap kapitalisme mutlak milik barat. di luar blok itu tak berhak menyandang gelar kapitalis.

      padahal kapitalisme itu suatu paham tentang cara memperkaya diri. apapun suku ras agamanya, bila memperkaya diri dengan cara sebebas-bebasnya berarti dia itu penganut kapitalisme. terserah mau kapitalis-borjuis, kapitalis-religius dan banyak lagi

      dan dari awal aku sudah bilang tidak sedang bahas ini dari sisi agama...

      Hapus
    5. gapapa pak kyai
      cuma kekeliruan paham tematis saja. kalo bahas dari sisi agamanya sih beliau memang bener. asal nyampe surga, mau naik sedan apa becak ga masalah. paling-paling beda di bau keringetnya doang :D

      sebenarnya yang jadi pokok pemikiranku adalah
      bila urusan kebaikan saja masih dimanfaatkan celahnya, bagaimana urusan kejahatan..?

      secara ekonomi kerakyatan, kapitalisme itu kejam. aku tak mau orang selalu menganggap kapitalisme itu milik barat, sampai terlena ga nyadar kalo teman satu selimut kita sebenarya kapitalis juga...

      Hapus
    6. Yang saya salut dari mas Rawins adalah stabulutas emosi beliau yang dikritik atau mungkin di "bantai" di komen oleh blogger yang tidak mau menyebutkan identitasnya (anonim) selalu bisa dijawab dengan santai. Tidak tersulut emosinya jika dikritik pedas oleh mereka yang tidak mau menyebutkan identitasnya.

      Mengapa harus anonim? Takut kah? Sebenarnya tidak penting juga menyebutkan identitas diri jika substansinya adalah KEBENARAN. Jangan takut untuk menyampaikan kebenaran, dan tidak perlu bersembunyi di balik ANONIM. Kita tidak mau disebut coward (Pengecut) bukan?

      Hapus
    7. Wah.. belum apa2 sudah panas ni orang... santai brow... dibaca ulang.. pelan2..

      Hapus
    8. aku kan belajar dari pak asep
      sering aku komplen sampe elek tetap saja nyengir. padahal tetangga sebelah banyak yang berhamburan gara-gara aku komenin :D

      santai saja, bang
      resiko nulis di pinggir jalan ya begini. pola pikir orang kan tidak seragam dan tak perlu diseragamkan...

      Hapus
    9. Ini saya yang harus belajar banyak dari menulis artikel blog. Selain dari Mba Ririn yang selalu oke dan berbobot tulisannya dalam blogging, juga mas Reo Adam yang udah senior. Mas Rawins menulis sangat cerdas, dan inilah salah satu keberhasilan seorang blogger. Menulis artikel atau tulisan dan mengundang banyak pro dan kontra. Ini keberhasilan yang luar biasa. Sesuatu yang jarang sekali saya lakukan

      Hapus
    10. Anonim (manusia tdk berkelamin), cukup satu kalimat tuk menanggapi komen anda yg asbun!,

      Anda salah paham!

      Hapus
    11. pak asep, sekali waktu orang kan perlu berwacana dan blog bisa dijadikan sarana kearah itu. semestinya kita tak perlu takut jurnalnya bakal menimbulkan pro kontra, toh itu sekedar wacana. suka atau tidak suka diperbolehkan namun tak sampai tahap cinta atau benci.

      seperti aku ga suka komen pak asep yang kaya kuntilanak, bukan berarti aku benci pak asep kan..?

      Hapus
  5. msh bnyk travel2 haji yg amanah, yg kerjax selain nyari duit jg nyari pahala..., lagian sahx suatu transaksi trgantung kesepakatan/akad diawal, jd disarankan tuk cari travel yg terbuka/transparan..., jgn ujung2x ada nyesek didada...

    apabila bicara uang, beda antara org beriman n org tdk beriman.. *smile

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepakat...
      sahnya transaksi itu tergantung kesepakatan. tapi yang aku tau, akad bisnis yang baik itu mensyaratkan negosiasi keduabelah pihak dalam posisi sejajar. istilah kerennya sekarang aktifitas ekonomi berbasis kerakyatan, seperti yang terjadi di pasar tradisional dimana pembeli dan penjual bisa saling tawar menawar.

      beda dengan bisnis kapitalis macam supermarket dimana konsumen tak berhak nawar. pokoknya ikutin apa kata bandrol tertera.

      dalam kasus onh ini, bisakah calon jamaah komplen kenapa ongkos busnya sampe 600 ribu? selalu mengalah ketika ditanya, "bayar 600ribu atau masuk surga..?"

      yang seperti itu, lebih dekat ke ekonomi kerakyatan atau kapitalis?

      dan aku harap, bukan seperti ini yang dinamakan ekonomi berbasis syariah...

      Hapus
  6. jer basuki mawa bea, jer pak basuki mawa bu basuki

    BalasHapus
  7. Uang adalah senjata paling ampuh untuk membuang idealisme...

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak semuanya sih
      tapi kebanyakan memang begitu...

      Hapus
  8. memang meyedihkan ya mas, kalau mendengar kabar seperti ini, anehnya pemerintah melalui depag belum juga merumuskan standar tarif yang layak dan manusiawi.. semua memang berpulang pada pengawas ya mas, bukan pada yang diawasi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. walau namanya departemen agama, tak semua stafnya mengikuti ajaran agama kalo sudah sampai kata duit. pejabatnya juga banyak yang haji, walaupun haji abidin alias haji atas biaya dinas..

      lihat saja di pengadilan agama, pak. boro-boro adil menurut agama. mereka melakukan semua itu dengan menyolok mata banget, hehe...

      Hapus
  9. fulus memang kue yang menggiurkan

    BalasHapus
  10. asik. mas rawin kritik lg. hihi

    ya mas rawin kudu balik sudut pandangnya. islam itu opo toh. beda dengan barat, mereka kaum dan negara yang setuju lahir dari dari kekuasaan yang kapitalis. wong mereka penjajah dunia ini kok. kalo kaum dan negara islam bertolak belakang. namun kalo berbicara oknum, buang jauh2 deh istilah kapitalis dari kaitan islam secara langsung.

    yg perlu dimirisin. bener pemeluk agama islam ini. baik yg melakukan korup. juga kayak saya yg gak kritis pd persoalan ini. tinggal gimana kita mencari solusinya toh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo aku mikirnya gini, om...
      misalkan kita bilang polisi kok korup. mereka yang merasa polisi biasanya akan jawab, itu oknum.

      memang betul polisi itu tidak korup. namun ketika terjadi pembiaran dan oknum itu merajalela, mau tidak mau kata korup dan polisi akan semakin lekat. kalo sudah begitu, bisakah masyarakat awam seperti kita mengatakan polisi dan korupsi itu dua esensi yang berbeda.

      secara konsep mungkin iya, namun secara asumsi umum kayaknya sulit.

      Hapus
    2. tugas kita nyebarin persepsi yg bener ini. kasihan muslim negeri indonesia. mudahan ditetapin hidayah buat para korup. dan kita berlindung kod Allah ataa sifat korup.

      Hapus
    3. kalo yang nulis konsep ideal aku pikir sudah banyak. yang masih kurang adalah tulisan yang bersifat koreksi. ini memang rasa sulit, karena sifat sebagian dari kita kalo dikasih saran bukannya instropeksi, malah merasa di musuhin.

      padahal tulisan kontroversi ini perlu. kalo semuanya nulis konsep, bakalan repot. kita jadi mikir jauh kedepan, namun yang di depan mata bakal kelewatan...

      Hapus
  11. padahal banyak jemaah haji yang dananya diperoleh dari jerih payah menabung berpuluh-puluh tahun lho Pak, nggak semua jemaah haji kaya dan mampu, tapi ada juga yang memang betul-betul butuh keprihatinan dalam mengumpulkan dana...

    makanya nggak heran, wong pengadaan al quran aja dikorupsi, apalagi penyelenggaraan haji...yang tentu lebih menggiurkan, karena makin lama peminat haji makin membludak...

    lagi, uang berbicara dan bergerak...dan korbannya, ya kita-kita yang berada di bawah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. jamaah tipe seperti itu yang perlu kita kasih perhatian. bertahun-tahun nabung, begitu bisa ndaftar ternyata masuk daftar tunggu dan baru berangkat 5 tahun lagi padahal usia sudah lanjut.

      sudah tahu begitu, yang merasa kaya banyak yang ga mau ngalah. naik haji kok tiap tahun. secara aku yang bodo, kayaknya akan lebih dapat banyak surga kalo duitnya buat ngeberangkatin orang kurang mampu. ga tau sih menurut orang pinter...

      Hapus
    2. bener banget Pak, ada malah yang berangkat haji berkali-kali sementara tetangganya pada keleleran kurang makan...nggak etis banget kan. bagus uangnya untuk sodakoh, berbagi, atau malah bikin pasar murah tiap bulan...lebih barokah tentunya.

      kadang banyak orang yang berlebihan dalam beribadah, hanya memikirkan diri sendiri, tapi sesungguhnya ibadah sebagai kebutuhan akhirat harusnya selaras dengan dunia, dengan kebutuhan dunia maksudnya.

      Hapus
    3. malah jadi mikir gini...

      haji sekali saja sudah jaminan surga. bolak balik haji dia pikir biar dapat surganya banyak. kalo urusan surga saja sudah serakah ga inget orang lain, gimana urusan dunianya, hehe...

      jangan-jangan kaya daerah tetangga sebelah. disana salah satu syarat mau kawin lagi itu musti haji dulu. makanya di situ banyak yang istrinya lebih dari satu. anehnya masyarakat termasuk kaum perempuan bisa menerima. semoga sih beneran tentang ketakwaan, bukan soal materi atau status sosial..

      Hapus
  12. 600 ribu per orang?? buset. padahal dari jogja ke solo gk jauh2 amat, tp naiknya 560 ribu..ckckckck

    BalasHapus
    Balasan
    1. engga tau gimana itungannya, om
      wong jogja jakarta pake pesawat saja cuma 300 ribu. karena bonus surga itu kali makanya jadi mahal...

      Hapus
  13. Tiap kali membaca kapitalis agama ini hatiku ikut mendidih, Mas. Semoga mereka segera ditunjukan dosanya, gak pakai nunggu akherat tapi di dunia ini agar jd pelajaran bagi yg hidup

    BalasHapus
    Balasan
    1. konsep surga dan neraka kurang kuat daya paksanya mungkin, bu. kayaknya musti diganti dengan hukum karma yang langsung berlaku di dunia, baru kita bisa mikir panjang setiap mau berbuat apa...

      Hapus
  14. sebenarnya kesalahan terletak pada pemangku kepentingan. kenapa orang yang ingin berbuat baik tapi kok dipersulit. Mudahkan dan murahkan jika itu memang hal yang mudah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kan prinsipnya, kalo bisa dipersulit kenapa harus dipermudah, hehe

      Hapus
  15. menejemen harus diperbaharui. Jangan terlalu banyak tangan yang ikut bermain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena prinsip monopoli mungkin. menyatukan dalam satu sistem adeministrasi maksudnya agar lebih terkontrol, namun bikin pemegang kuncinya jadi merasa kuasa.

      ini kan mirip dengan pengelolaan tki. bnp2tki dibuat untuk melindungi tki, kenyataannya malah jadi kepala rampok paling berkuasa...

      Hapus
  16. urusan haji itu, tambang emas sepanjang masa nya depag ...:P

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin perlu diusulkan haji bisa pake sistem franchise. biar ga semuanya harus ke arab dan biayanya bisa ditekan :D

      Hapus
    2. ditekan pake apa mas? ulekan?:P

      Hapus
  17. amin,,,,,,
    semoga menjadi haji yg mabrur,,,,


    nek tengik di pepe ndisek pak,,,,
    :-D :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. leh mepe ojo nang ngarepan Mbak, saut wong liwat mengko...

      Hapus
    2. yang pasti sih, jamaah haji sekarang pasti mabur...

      Hapus
    3. lha wong sekarang katanya Everyone Can Fly je...

      Hapus
    4. pantesan anak-anak di prapatan suka nyimeng
      biar fly katanya, hehe...

      Hapus
  18. kira-kira kalo sudah naik haji nanti bisa turun haji gak mas??

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo naik turun itu mah biasanya sama bu haji

      Hapus
  19. Mesti jadi tukang bubur dulu kalau mau naik haji... :P

    BalasHapus
  20. setiap membahas agama, akun anonim muncul hihihi

    Rasanya sy gak melihat menyalahkan rukun islam di postingan ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. gapapa
      beliau orang yang jujur kok. ga suka ngempet unek unek kaya kita :D

      Hapus
  21. genah kaya kuwe lah, piwen maning :)))

    BalasHapus
  22. kalau sdh menyakut maslh uang dan itu ada celah untuk bisa korupsi pasti tergiur, tapi itu semua kembali kepada Iman kita masing2x...

    BalasHapus
    Balasan
    1. padahal udah jelas ya, rukun iman cuma 6. kenapa terus saja mengada-ada mau nambahin, hehe

      Hapus
  23. Perbedaan harga bus di atas mencengangkan....

    BalasHapus
  24. Jadi bengong ya mendengar cerita biaya haji .. yang membuat miris dan menyisakan banyak pertanyaan. Tapi tak pernah terjawab selain beberapa tahun belakangan diberitakan kekacauan dalam penyelenggaraannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu yang aku bilang pemanfaatan celah aturan haji. aku yakin jamaah yang pengen ngomel banyak. tapi takut ga mabrur itu makanya pilih diam. apalagi katanya kalo di arab, karmanya seketika. kita ngomel apa akan langsung terbalaskan. entah benar entah sugesti saja...

      Hapus
  25. saya lagi ngga pas nih mang....baca judulnya azh CapitalIslam...itu udah guweh banget...soal bener atau ngga nya...sebodo deh ah...wong ngga baca tuntas ko'....wkwkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. halah baca ga baca ga penting...
      yang penting kirim ubi

      Hapus
  26. Semua sudah melupakan dasar permasalahan, jadinya pada ngawur tuh. Agama selalu didahulukan tanpa menyeimbangi prilaku dan norma seharusnya yang merupakan penerapan syariat yang sesungguhnya. kembali kepada kodrat sebagai manusia merupakan dalil klasik bagi setiap orang yang tidak mau pernah belajar dari dasar setiap permaalahan yang selalu timbul dan terus timbul.

    Salam wisata

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku malah kepikiran pak indra jadi dirjen haji. udah biasa ngurus tour kayaknya punya pengalaman keren untuk mengelola haji. berani terima tantangan ini, pak..?

      Hapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena