#Semua Umur
Barusan ngobrol dengan teman bagian enviro, unit kerja yang tugasnya menghijaukan kembali lahan eks tambang. Secara umum aku setuju dengan uraian beliau tentang kelestarian lingkungan. Namun aku kurang sepaham saat istilah global warming dibawa-bawa.
Awalnya aku mendukung banget saat Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mulai mengkampanyekan pemanasan global, termasuk waktu Protokol Kyoto diratifikasi.
Namun melihat perkembangan selanjutnya, aku jadi berburuk sangka bahwa proyek ini bukan semata soal lingkungan hidup. Apalagi sampai sekarang, ilmuwan-ilmuwan ternama dunia masih berselisih paham dan belum ada kesepakatan tentang kebenaran global warming tersebut.
Carbon Credit adalah satu alasan kenapa aku anggap proyek ini sarat kepentingan ekonomi. Sebuah proyek yang membuka pasar baru berupa perdagangan karbon yang sebelumnya tak pernah ada.
Protokol Kyoto yang hanya berlaku untuk negara industri maju itu mensyaratkan batas minimal penurunan emisi sebesar 5% dari model yang disusun berdasarkan produksi karbon tahun 1990. Apabila ada negara yang bisa melebihi target, kelebihannya bisa dijual ke negara lain yang tak mampu mencapainya.
Misalkan Rusia bisa menurunkan emisi sampai 10%. Berarti Rusia punya kelebihan kredit karbon sebanyak 5%. Kemudian misalnya Belanda cuma mampu menurunkan 3%. Untuk memenuhi ketentuan 5% tadi, Belanda musti beli kredit karbon ke Rusia dalam satuan Certified Emissions Reductions (CERs).
Adil kan..?
Sepintas iya. Namun perlu diingat, di dunia tak ada yang tanpa pamrih.
Negara berkembang hanya diminta menandatangani Protokol Kyoto namun tidak ada tuntutan implementasi. Akibatnya industri di negara berkembang santai-santai saja dengan produksi gas rumah kacanya. Di saat yang sama, kampanye produk ramah lingkungan digalakkan. Jalan ceritanya sudah bisa ditebak kan..?
Gambarannya gini...
Saat industri negara maju yang wajib mematuhi Protokol Kyoto mendesain pendingin non CFC, negara berkembang masih asoy saja pakai freon. Ketika tiba-tiba dikampanyekan CFC merusak lapisan ozone, apa ga gelagepan tuh pabrikan negara berkembang..?
Dampak paling awal adalah penurunan omset gara-gara konsumen mulai beralih ke non CFC walau harganya lebih mahal.
Agar bisa bertahan, mereka musti transfer teknologi dari negara maju dan dibikin ketergantungan. Tak akan ada habisnya karena standarnya terus saja berubah. Kita baru saja pakai mesin berstandar EURO, mereka sudah keluarkan yang EURO2. Kita baru beralih ke EURO2, standar EURO3 sudah dikampanyekan.
Benar-benar strategi marketing yang jempolan atas nama kerusakan ozone. Padahal kalo kita mau sedikit berpikir, industrialisasi besar-besaran itu terjadi di bumi belahan utara, kenapa yang berlubang ozone di Antartika alias kutub selatan..?
Ok, tapi sudah panjang nih...
Pemikiran liar ini aku lanjutkan besok deh.
Karena belum selesai, jangan komentar soal lingkungan dulu, ya.
Kalo koneksi lagi kenceng, mending liat video pendek di bawah.
Syaratnya, sehabis nonton jangan bilang semprul
Oke, coy..?
Video credit : Quit Tobacco Indonesia
Bersambung...
Baiklah izinkan saya memutar videonya mas :)
BalasHapusijin diberikan, laksanakan...
Hapusmerokok dapat merugikan kesehatan...
BalasHapustidak merokok belingsatan...:P
kenapa belingsatan lik..?
Hapusyaiya kalau disekitar ndak ada yang merokok kita pengen merokok... mau minta rokok kemana hayooo
Hapuske tukang roko atuh...
Hapusbener juga mas. kenapa lubang ozone adanya di kutub selatan yang jarang penduduk apalagi pabrik???
BalasHapusvideonya koplak
idenya mantep bisa berkurang polusi udara kalo begitu carane wkwkwkwkkksemprul
aku juga ga tau sebabnya
Hapusudah dibilang dilarang ngomong semprul, semm..
oww.. ternyata global warning tinggallah gombal
BalasHapusbelum tentu juga
Hapusini sekedar wacana atas pemikiran sesaat yang melintas saja.
ada tambahan pendapat yang lebih ilmiah..?
Hmmm ga sanggup buat muter videonya, maklum inet terlalu lemot...
BalasHapuslemes ya..?
Hapuspantesan feminim... :D
Hahahahahaha biheiheiee. Unik, ringan dan mengundang senyum video. "Bagaimana jika ketemu sama orang yang menyebabkan globa warming?" Ya udah tonjok aja, Hahahahhaha beneran ditonjok waahahhaahhaaa
BalasHapusperlu diimplementasikan gak, pak..?
Hapuspak asep jadi ketua rombongannya ya...
jadi harus berhati - hati kalau ada yang ngomong masalah gombal warming pas lagi meroko... nanti malah kena tonjok
Hapuskatanya udah berenti
Hapuskumaha deuih..?
yach ,,, bersambung
BalasHapuskan sinetron...
HapusUntung sedang pakai hape jadi nggak bisa liat videonya.
BalasHapusNunggu sambungan pemiikiran liarnya
beruntunglah bu ga perlu ikutan misuh, hehe
Hapussemprul, hahahaha
BalasHapuslha saya dengar isu katanya gara gara esnya cair karena di colongin manusia buat ice cream yang di jual dipasar bebas, karena karbon ketiknya menipis, jadi bolong dech tembus ozone. hehehe. #semprul
wah aku malah baru dengar isu yang ini pak
Hapusbisa dibikinin jurnal khusus kah, siapa tau menarik minat wisatawan ke kutub
ujung2nya kapitalis lagi ya kang, mengatasnaman lingkungan pada akhirnya ya duit dan Untung!
BalasHapus#konspirasi kemakmuran (ala Vicky)
bukannya itu yang diinginkan semua orang..?
Hapusaku juga mau banyak duit, hehe
Memang hidup ini setiap orang punya peran. Ada yang bagian sumur, ada yang bagian saluran dan lebih parahnya bagian comberan terakhirnya. Yang enak ya itu bagian yang suka menimba air sumurnya.
BalasHapusKomentnya tidak nyambung ya ? :D
disini nyambung ga nyambung bukan masalah. negara demokrasi kok, tidak sepakat pun boleh
Hapus*jawaban ga nyambung ya?
menahan diri nggak liat videonya deh
BalasHapusga ada yang aneh kok
Hapussantai saja bu
nunggu kelanjutannya.
BalasHapusUntuk sekarang masih positive thinking.
gausah ditunggu om
Hapustakutnya lupa ngelanjutinnya besok :D
nah nursery-nya sini ada di Town Site 1, nggak jauh dari rumah...
BalasHapussiapa yang ngrokok, asiapa yang mau nonjok...
kalo bue zaky mau, mang lembu kayaknya siap tonjok tuh
Hapusheheh...
cuma kebalik kali ya bu
disitu ditanami dulu baru dibabat, kalo disini dibabat dulu baru ditanami. sedikit bersyukur biarpun perusahaannya masih acakadut, environya bisa jalan. lahan eks tambang sudah ditimbun dan mulai kembali hijau...
pak kyai ini lho, gitu aja kok mutung
BalasHapuskalo mau nyuci gombalan, aku titip boleh kah..?
ooh..begitu rupanya ya yang urusan barang elektronik berfreon itu.. Nggak pernah terpikir sebelumnya..
BalasHapusyang ada kita dibikin ketergantungan dan selalu jadi pasar produk produk mereka.
Hapusrika nelk esih udud tak jotos ngesuk lah...
BalasHapussenenge diudud, lik...
Hapusenyong melu nego jaman sejarehe protokol kyoto biyen,Kang.
BalasHapusmalah kebetulan, lik...
Hapuslilike saja yang nerusin jurnal ini. klalen ga langsung diketik sambungannya. udah klewat gini, moodnya sudah bubyar...
Mungkin karena bukan ahlinya... tulisan di atas belum sepenuhnya masuk ke otak saya... semoga di sambungannya bisa saya PAHAmi...
BalasHapuskan udah dibilang liat videonya saja
Hapuskayaknya lebih mudah dipahami...
lah jian...
BalasHapustadinya mau titip sempak :D
paling enak ayo kendat bareng-bareng, alase di sikat entak ae...mati bareng. piye ?
BalasHapushush...
Hapusbelum wareg nyobain barang enak, om...
merokok ternyata 10 kali lipat dari asap disel... untung saya lagi berenti merokok... tapi kasihan juga pada petani tembakau...
BalasHapussemprul tuh vidionya hehehe
tembakau kan dibutuhkan oleh industri lain mang, walau konsumen terbesar memang pabrik rokok...
Hapusahahaha.. iya iya untung tulisannya pendek . videonya gombal hajar.
BalasHapusSenengnya yang panjang panjang ya miz..?
Hapusmana gombal warming session 2 ne gan ???
BalasHapuswalah iya, suer kelupaan om haha
Hapusoke no komen dl..:P
BalasHapus