#Semua Umur
Gara-gara jurnal Kamera DSLR Paket Hemat kemarin, ada temen yang curhat lewat japri. "Pengen bikin foto bagus, tapi ga punya DSLR..."
Manusiawi...
Banyak teman yang berpikir begitu. Kalo mau belajar motret, harus punya kamera bagus dulu.
Secara pribadi aku tidak setuju dengan pemahaman tersebut. Memang kamera bagus bisa menghasilkan foto yang bagus pula.
Namun kamera tetaplah perangkat yang butuh orang dan teknik. Jadi bisa aku bilang faktor kamera porsinya hanya sekian persen saja dari hasil akhirnya.
Sebelum punya kamera bagus, tak ada salahnya melatih kemampuan teknisnya dulu dengan alat yang ada. Belajar mengasah kejelian melihat obyek akan lebih mudah menggunakan kamera saku yang pengaturannya sederhana.
Langsung pake kamera canggih justru bikin mumet karena kita harus belajar fungsi-fungsi tombol rumit juga dalam waktu yang bersamaan.
Lagian...
Menurutku foto itu tentang seni yang tak ada patokan pasti mana yang bagus dan mana yang jelek. Asalkan idenya menarik, secara sepihak tak peduli orang ngomong apa aku akan bilang bagus.
Ini persis seperti kita menilai lukisan. Banyak lukisan pemandangan yang menurutku keren, ternyata cuma dihargai ratusan ribu oleh pembeli. Sebaliknya, lukisan abstrak yang tak aku mengerti bentuknya malah dibeli ratusan juta.
Berawal dari pemahaman itu, aku tak pernah mikirin aturan-aturan yang tercantum di blog-blog fotografi. Komposisi gambar tetap acak-acakan sesuai selera termasuk setelah aku tahu ada yang disebut third of rules photography.
Bagiku...
Foto dibuat semata-mata untuk menyampaikan pesan ke orang lain. Jadi saat memotret sebuah obyek, aku akan berpikir pesan apa yang akan disampaikan dan itu yang ditonjolkan untuk menggiring perhatian pemirsa ke obyek tersebut.
Biar kata fotonya burem, tapi kalo yang lihat langsung fokus ke obyek sesuai yang aku harapkan, aku akan bilang itu foto bagus.
Caraku menonjolkan obyek biasanya dengan memanfaatkan perbedaan warna antara obyek dan latar belakang. Cari sudut dimana obyek kelihatan menyolok dan latar belakangnya sedikit suram. Resikonya musti pindah-pindah cari sudut yang tepat.
Harus jeli pula menganalisa sasaran secara cepat agar sisi-sisi kosong atau monoton bisa dikurangi. Misalkan langit kondisinya putih mulus, aku kurangi porsinya dan lebih banyak arahkan ke bawah. Sebaliknya bila langit biru cerah berawan sementara di bagian bawah hutan hijau merata, aku banyakin porsinya ke arah langit.
Selain itu...
Aku juga suka memanfaatkan perbedaan warna yang kontras dalam satu frame. Cari sudut dimana arah sinar mendukung dan semua warna terlihat menonjol sama kuat. Memang jadi tak jelas obyek mana yang jadi fokus. Namun tak masalah bila pesan yang akan disampaikan adalah kesan secara keseluruhan, bukan salah satu obyek.
Kayaknya itu aja sih yang aku lakuin kalo lagi berburu foto
Terserah orang bilang tak sesuai kaidah fotografi
Asal aku suka ya aku jepret
Tanpa aturan baku...
Ini hanya cerita kengawuranku dalam memotret
Bukan tutorial fotografi
Poinnya hanya gimana caranya menggiring mata yang lihat agar fokus ke obyek yang ditonjolkan. Ini mengacu pada prinsip pribadi yang selalu tertarik pada sesuatu yang menonjol...
Ket.
Gambar di atas aku ambil pake kamera saku Kodak Easyshare M5350 dengan mode Auto
Maap burem pake resolusi rendah biar ga berat blognya
Read More