27 Februari 2009

Ketergantungan Neeeh...

Bengong seharian jaga gawang di kantor, ngeluyur sebentar cari angin. Pas cari recehan untuk pengamen kecil di perempatan, baru nyadar kalo HP ketinggalan. Eh, mendadak seperti orang bengong.

Kadang aku tak habis pikir, kenapa sih kehidupan sekarang sepertinya sudah begitu ketergantungan pada gadget kecil bernama henpon?

Kalo Alfin Toeffler membagi kehidupan dalam tiga gelombang, Mucsle, Mind dan Machine. Agaknya era itu sudah lewat. Nyatanya semua sisi kehidupan sudah berubah menjadi eMotion. Sampai-sampai HP pun sudah menyatu dengan sisi emosi kemanusiaan kita.

SMS yang dulu dianggap sarana berkirim pesan iseng antar pribadi, kini naik peringkat menjadi bagian dari sistem pemasaran produk, urusan perbankan, pengaduan, keluhan, kampanye bahkan undangan pernikahan dan sebagainya.

Lihatlah emosi seseorang ketika HP berbunyi menandakan ada pesan masuk. Ada yang terus bersorak gembira, ada yang marah dan ada pula yang terus menangis tersedu-sedu.

Sudah begitu kuatkah serbuan teknologi ke dalam kejiwaan kita sebagai makhluk hidup? Sampai-sampai perusahaan produsen HP berusaha menjejalkan semua perangkat dan aplikasi ke dalam alat kecil itu. dari sekedar notes, kalkulator, games, browser, messenger, kamera bahkan TV terresterial pun sudah bisa tayang. Beberapa tahun lagi mungkin kompor kulkas dan lain-lainnya sudah bisa kita gunakan dalam genggaman tangan.

Huuuuh...
Pada ga tau ya kalo radiasi HP bisa menyebabkan gatal-gatal...


Read More

Facebook Ga Ah...

Bosen engga sih, kalo hampir setiap waktu ada saja yang menanyakan, "punya facebook, mas..?"

Ini berubah dari kondisi beberapa tahun lalu, ketika orang selalu bertanya, "fs nya apa, mas?"

Padahal dari dulu sampai sekarang, aku ga begitu suka dengan social network semacam itu. Engga tau kenapa, tapi kesannya kok membosankan. Sekedar pajang foto, add friend lalu saling sapa dan begitu seterusnya.

Sekarang ngurus facebook punya galeri saja karena terpaksa, dimana jaringan seniman dan kolektor dari dulu memang ngumpul disitu. Itu pun ala kadarnya dan lebih sering diurus sama si Vivie. Untuk membuat facebook pribadi, masih saja ada rasa enggan.

Memang sudah ada yang komentar, "gaul dunk..."

Biarin lah dianggap ga gaul. Lagi pula menggauli di facebook apa asyiknya. Pentingnya sih aku ga pernah pengen larut dalam demam sesaat yang kemudian lenyap begitu saja. Yakin banget facebook pun beberapa waktu lagi akan tenggelam oleh produk baru yang bisa membuat penghuninya yang memang hobi "panasan" pada ngungsi beramai-ramai.

Buatku blog hanyalah tempat berceloteh. Ada teman atau tidak, ada komen atau tidak aku tak pernah ambil pusing. Yang pasti aku tetap setia dengan blogspot dan crossposting di Multiply.

Ga masalah dibilang blogspot ketinggalan jaman. Yang pasti aku nyaman ngoceh disitu. Dan aku akan tetap setia sampai kapanpun.

Entah kalo suatu saat nanti aku menemukan G Spot
Bisa ngungsi juga kali...


Read More

26 Februari 2009

Lempar Batu Saja

Dalam demo warga miskin korban penggusuran yang berakhir rusuh, seorang wartawan bule bertanya kepada demonstran. Mengapa melempari petugas dengan batu. Di negaranya demonstran melempari petugas dengan tomat dan telur sehingga tidak terlalu berbahaya.

Yang ditanya tetap cuek sambil menjawab, "kalo kami punya telur dan tomat, kenapa musti demo..?"

Mungkin ini sebenarnya kunci segala permasalahan yang jarang tersentuh oleh penguasa dan calon-calon penguasa di negara ini. Masih banyak warga masyarakat kita yang untuk makan saja sulit, tapi terus saja dipaksa untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu.

Kontradiktif, bila kita mau melihat data belanja iklan politik yang untuk tahun 2008 saja sudah mencapai angka 2,2 trilyun rupiah. Tahun 2009 dipastikan melambung lagi. Adakah sesuatu yang mengena dengan angka sebesar ini yang pasti wujudnya uang bukan daun pisang?

Padahal kalo calon-calon pejabat dan penjahat itu mau melek sedikit matanya. tak perlu menghamburkan uang sekian banyak yang tidak jelas hasilnya. Asalkan mengena di hati masyarakat, bermodal sebungkal batu saja sudah mampu untuk menghimpun massa yang sangat besar dan fanatik. Kasus Ponari misalnya.

Belum jadi pejabat saja sudah belajar "micek", bagaimana kalo sudah jadi? Mendingan dilemparin batu saja lah. Kalo perlu batunya Ponari juga. Semoga mereka tersambar petir beneran.


Read More

Podo Wae ASU

Sudah bolak balik dibilangin aku ga bakal ikutan pemilu, masih ada saja yang menawarkan partainya. Malah pake acara ceramah segala macam sampai mengatakan sebagai warga aku tidak mau sadar akan masa depan demokrasi negara ini. Haram juga katanya.

Menurutku pribadi, aku tidak mau memilih justru karena aku sadar sesadar-sadarnya. Secara bahasa digunakan istilah hak pilih, bukan kewajiban pilih. Hak itu boleh digunakan boleh tidak.

Kalo memang ini dianggap pesta demokrasi, semua harus berdasar keinginan rakyat tanpa ada tekanan. Kalo sampai aku dipaksa untuk memilih, demokrasi cap apa ini. Otoriter dunk namanya.

Apalagi jika melihat wakil rakyat sekarang kebanyakan lebih pantas disebut penjahat daripada pejabat. Rapat tidak pernah berangkat tapi tunjangan tetap dapat. Mending kalo ketunjang truk. Kalo ini diterus-teruskan, apa benar bisa disebut rakyat yang peduli dengan masa depan bangsa dan negara.

Yang lebih menyebalkan, partai yang ditawarkan menurutku partai paling nyebelin seantero jagat. Gara-gara partai ini berkuasa, BUMN dijualin, aku harus hengkang dari sebuah BUMN telekomunikasi 9 tahun lalu dengan cara yang teramat sadis, berbulan-bulan gaji ditahan dengan alasan aktif dalam demo penolakan penjualan BUMN tersebut.

Setelah berdebat agak panjang, akhirnya beliau mengalah juga dan mengakui semua kelemahan sistem itu. Trus aku desak, kalo sudah tahu begitu kenapa terus mendukung..?

"Aku kurang suka partainya sebenarnya mas. Tapi Aku Suka Uangnya..."

Hooooo
Podo wae ASU...


Read More

Pengen Tertib Kok Susah

KIR mobil hampir habis. Datang ke kantor Perhubungan Jokja ga bisa melayani tanpa surat rekomendasi dari Perhubungan Jakarta. Dapet info kalo di Cilacap bisa. Akhirnya meluncur kesana sekalian mudik.

Sampai disana, bener bisa katanya. Ngantri sampai pantat tipis akhirnya dapat giliran juga. Eh, baru saja bernafas lega udah dipanggil lagi.

"Mas, ini ga bisa."
"Lho, katanya tadi bisa nitip uji asal tidak ganti buku."
"Memang bisa, mas. Tapi harus telat dulu paling tidak satu hari. Ini belum telat..."

Halah...
Maksain ngabur jauh-jauh ke Cilacap juga karena takut telat. Ini malah disuruh telat duluan. Masa kaya orang mau kawin aja, harus DP dulu baru ke KUA..?

Pengen tertib aja kok dibikin susah sih..?


Read More

25 Februari 2009

Maaf Teman...

Lama ga onlen ternyata menuai banyak kecaman juga. Entah sudah berapa SMS dan telepon bahkan ada yang nyasar ke skype mempertanyakan kenapa aku menghilang begitu saja tanpa pamit.

Pasukan Yahoo Answers yang biasa melanjutkan konsultasi melalui YM memprotes YMku yang sekian bulan tak pernah aktif. Dari kemudian.com juga ikut menanyakan kenapa tak pernah menulis fiksi lagi. Blog fiksiku pun sekian lama tak pernah diupdate.

Para downloader software, games dan film juga sama ributnya. Blog tidak pernah nambah posting. Kontributor Wikipedia pun ikut bertanya-tanya. Yang terakhir adalah dari MPers yang celotehnya paling tak sedap. Hehehe...

Mohon maaf saja teman...
Sebenarnya di kerjaan aku tak begitu sibuk. Kondisi krisis dan politik menjelang pemilu ini membuat kerjaan tak begitu banyak. Tapi kita semua tentu ingat fenomena makhluk yang namanya manusia. Ketika kerjaan banyak, selalu berusaha nyolong-nyolong menyempatkan diri untuk menambah kesibukan di internet. Dan ketika diberi keleluasaan untuk menjadi full time blogger atau pegawe Yahoo, malah males banget rasanya. Mau buka intenet pun enggan.

Kalo YM memang sudah lama tak pernah dibuka. Bukannya aku ganti id seperti fitnah selama ini. Suerr... aku orangnya setia kok. Ga pernah punya id lain. Cuma terlalu banyak gangguan kalo aku aktifkan YM. Terutama penggemar-penggemar dari Yahoo Answers yang seringkali ga mau tahu kesibukanku dan tek pernah bosan memaksa aku menjawab pertanyaan mereka. Daripada dianggap somse, mendingan aku pensiun sementara deh.

Kemudianers...
Blog fiksiku memang sudah lama aku tutup. Karena aku kesulitan mengelola terlalu banyak blog spesifik dan aku satukan di rawins.com yang aku crossposting dengan Multiply. Aku juga sedang malas menulis fiksi karena suasana hati lebih asyik untuk berceloteh ga karuan.

Tapi kemarin pas mudik, aku nemu arsip-arsip lama produksi tahun 95an. Ketikan-ketikan tua itu kayaknya asyik buat diaransemen ulang. Insya Alloh suatu saat aku posting deh. Juga buat tulisan tutorial dan sebagainya.

Buat semuanya saja.
Doakan saja aku bisa cepat kembali aktif, murah rejeki, enteng jodo...
Halah...
Kayak ulang tahun saja seh..???

Ilustrasi :
Tersimpul karya Abdul Fattah
Senang-Senang Exhibition
Tujuh Bintang Art Space
Read More

17 Februari 2009

Coexist

Seorang pengunjung galeri mempertanyakan sebuah lukisan berjudul "coexist" yang menurutnya menggambarkan kekerasan yang menyinggung sara. Masalah itu terlihat di tulisan coexist yang dibentuk dari simbol agama. C seperti bulan menggambarkan Islam, X berbentuk bintang david sebagai simbol Yahudi dan T berbentuk salib sebagai simbol Nasrani.

Terlepas dari masalah kebebasan ekspresi insan seni. Saya melihat sebuah kenyataan kehidupan disitu. Dimana kita seringkali berselisih dengan motivasi politis tapi dibelokan seolah-olah merupakan pertentangan agama. Tidak ada maksud lain selain mencari dukungan dan simpati dari suatu kaum atau komunitas.

Dan sebuah kenyatan bila masyarakat kita memang gampang sekali diadu domba dengan masalah semacam itu. Kita tidak terbiasa melakukan crosscheck ke berbagai sumber sebelum mengambil sebuah kesimpulan. Asal dengar sebuah berita dari satu sumber, karena dirasa sesuai dengan pemikiran kita, langsung saja kita kasih cap benar.

Menurut saya pribadi, tidak ada yang salah bila manusia selalu menggunakan kekerasan. Karena Tuhan saja mengajarkan angkara murka kepada umatnya. Dan itu ada di semua agama. Tuhan selalu bercerita tentang suatu kaum yang dilaknat dan menerima adzab pedih karena tidak menurut perintahnya. Kita mungkin tahu tentang kisah kaum Sodom yang dihancurkan dari muka bumi. Ini yang menjadikan pembenaran bagi mnereka untuk mengikuti jalan Tuhan, menghancurkan umat lain yang tidak mau sejalan dengan kita.

Salahkah Tuhan?
Saya pernah mengulas ini di tulisan saya 2 tahun lalu. Bahwa kita tak bisa secara mentah-mentah menelan semua isi kitab suci secara harfiah, karena itu hanya sebuah buku yang memuat garis besar tatacara kehidupan yang baik. Semua ayat perlu ditafsirkan dengan benar. Dan untuk menafsirkan itu tak cukup bila dilakukan oleh ahli teologi semata. Semua disiplin ilmu harus ikut. Agar kita semua bisa belajar berpikir modern di jalan Tuhan.

Lalu siapa yang salah..?
Mungkin pikiran saya, anda dan kita semua.

Wallahu 'alam bishowab...

Lukisan karya Wahyu Geiyonk
berjudul "Coexist"
Senang-Senang Exhibition
Tujuh Bintang Art Space
Read More

16 Februari 2009

Cecak Nguntal Cagak..?

Yang tahu maksudnya mungkin cuma Katirin, perupa yang membuat karya tersebut dalam Arke-Signs Exhibition di Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta.

Cecak atau dalam bahasa Indonesia disebut cicak adalah binatang kecil yang sering terlihat merayap-rayap di dinding rumah. Seperti lagu dimasa kecil dulu.

Cagak dalam bahasa Indonesia disebut pasak, sebuah benda mati yang berukuran besar. Bahkan lebih besar daripada tiang kalo kata peribahasa.

Mungkin ini senada dengan ungkapan Mbah Jayabhaya yang mengatakan akan tiba jamannya "mata keong gedene sekenong" dimana rakyat kecil pada akhirnya akan mampu melihat kenyataan kepalsuan pembesar yang selama ini selalu ditutup-tutupi.

Bila melihat karya lukisan itu, rasanya semakin tepat bila dianggap orang kecil yang selama ini terabaikan bisa menelan kepongahan penguasa. Terbukti di saat seperti sekarang ini. Calon-calon pejabat alias penjahat hebat, mengemis-ngemis kepada rakyat jelata. Mengumbar janji yang tak pasti dengan perbuatan yang tak berarti hanya untuk mengharap namanya dicontreng.

Di Kompas beberapa hari lalu menyatakan, biaya iklan politik di media televisi sudah mencapai ratusan milyar. Sebuah kesia-siaan hanya untuk memperkaya konglomerat pemilik stasiun TV itu. Sementara rakyat yang notabene engkonglomelarat tak tersentuh sama sekali selain dipameri wajah-wajah memelas penuh harap.

Kenapa sih dana itu tidak dipergunakan untuk memperbaiki infrastruktur wilayah yang semakin ancur-ancuran. Kalaupun kalah dalam pemilu mendatang, minimal sudah beramal dan bisa menang di akherat nanti.

Jadi tambah muak melihat poster-poster mereka. Belum apa-apa sudah merusak keindahan dan pohon-pohon di pinggir jalan. Bagaimana kalo sudah jadi..?

Paling-paling teori lama yang dipakai.
Tahun pertama, ngitung.
Tahun kedua mulai ngiwung.
Semoga saja tahun berikutnya pada gemblung...

Yaaah...
Kita tunggu saja kelanjutan Kalatida Sabdajati
Semoga akan tercapai masanya cecak nguntal cagak...

Cicak cicak di dinding
Diam diam merayap
Hap...
Lalu disantlap...

Lukisan karya Katirin
Arke-Signs Exhibition
Tujuh Bintang Art Space
Read More

15 Februari 2009

Penipu Ku Cari...

Usai pembukaan pameran, aku mengantar vocalis Deliciouz Band yang akan main reguler di Terrace Cafe Seturan. Dalam perjalanan menembus gerimis malam itu ada sedikit obrolan menarik, ketika Lisa mengajak sesekali nongkrong cafe dugem.

"Kalo mau cari cewek disitu aja, mas."
"Ada yang baik-baik ga..?"

Yang ditanya malah tertawa, "Hari gini di kota, mas. Cewek baik-baik cuma casingnya aja. Yang siangnya pake kerudung rapet super jaim, malemnya dugem juga. Mendingan cari yang rusak sekalian biar ga merasa tertipu dengan penampilan"

Hmmm...
Begitu sulitkah mencari perempuan bertitel "bukan penipu" sekarang..?

Jadi ingat obrolan di skype beberapa waktu lalu dengan seorang teman di negara tetangga sana. Dia mengeluhkan kehidupan seks bebas di sekitarnya. Mau cari kondom ga perlu ke apotik seperti Indonesia, di toko 24 jam pun ada. Begitu katanya.

Aku cuma ketawa.
Kalo mau beli kondom kenapa harus jauh-jauh ke luar negeri. Di mini market sebelah galeri juga ada. Kehidupan seks bebas juga sudah menjadi keseharian disini. Ga usah heran kalo di tempat kost mahasiswa setiap malam terjadi lomba desah tanpa rasa risih lagi.

Sebelum poster menjijikan calon penjahat bermuka warak (wakil rakyat jare..) bertebaran, di tiang listrik atau telepon banyak kertas tertempel dengan tulisan "Telat datang bulan hubungi 081...."

Mungkin benar kata Lisa, casing manusia sekarang sering menipu. Sewaktu masih numpang tidur di Cybernet dulu, anak-anak santri dari sebuah pondok pesantren besar kalo browsing yang dicari malah gambar atau film esek-esek. Ga cuma sekali ada santri meninggalkan pesantren dengan sukses membawa ijasah dan ijabsah dengan titel MBA, Married By Accident...

Dusss...
Seseorang yang pernah begitu dekat dulu. Pada awalnya aku kagumi karena penampilan yang begitu indah menyejukan. Ibadah begitu rajin dan sering bikin aku mules kalo sudah diceramahin soal agama. Tapi karena hidup harus diseimbangkan antara dunia dan akherat, casing bagus ternyata ga cukup. Charger juga harus bagus dan ga cukup satu. Ga peduli charger itu ilegal dan harus menelantarkan charger originalnya.

Huuh...
Sudah begitu parahkan kehidupan di sekeliling kita..?
Kenapa kita masih tak mau jujur dengan kenyataan..?

Jadi pengen belajar agama neh...


Read More

11 Februari 2009

Benarkah Menjadi Camar..?


Seorang teman dekat yang lama menghilang tiba-tiba muncul di inbox email. Surat yang tidak terlalu panjang itu bertajuk "rajawali kini menjadi camar". Rada ga mudeng dengan isinya, pembahasan berlanjut di skype.

Aku memang pernah menganalogikan diri sebagai angsa kecil belajar terbang, yang mengais tanah becek mencari sepotong cacing tersisa di tepi danau kebenaran seluas lautan.

Tapi temanku memandang seperti rajawali terbang tinggi di langit sunyi yang tak bertepi. Menjadikan kesendirian sebagai teman abadi melewati kehilangan demi kehilangan yang tiada habisnya.

Dan kini temanku menganggap aku berubah menjadi seekor camar yang suka terbang rendah mencari-cari. Sesekali menukik ke permukaan air untuk menyambar mangsa.

Ingin aku protes dengan pernyataannya walau aku juga ingin diam dulu beberapa waktu. Biarpun analogi itu menurutku kurang tepat, tapi tetap saja aku bertanya-tanya. Benarkah aku telah banyak berubah di mata teman-teman dekatku..?

Mencari-cari mungkin ada benarnya. Tapi menyambar mangsa kok kayaknya terlalu sadis tuh walau korban sudah banyak. Aku ga nyamber kok. Mangsanya yang menyerahkan diri.
Halah...

Thanks deh teman...
Terserah apa anggapanmu.
Yang jelas aku tengah mencari-cari tanpa berani menukik dulu.
Terima kasih atas burung camarmu.
Aku jadi bisa berteriak bak Vina Panduwinata neh...

Tiba-tiba ku menjerit burung camarku terjepit...

Ilustrasi dari Senang-Senang Exhibition
Doesn't Somebody to Be Wanted
Karya Lugas Syllabus
Read More

09 Februari 2009

Kangen Hujan Jakarta...

Hujan basah di luar sana...
Kenapa tiba-tiba aku kangen Jakarta...?

Cuma sekedar pengen lihat Jalan Asyirot kebanjiran
Atau memang ada sesuatu di hujan Jakarta?

Aneh aja...
Kangen kok ga tau apa yang dirindukan...
Apa pengen lomba pamer udel sama lik Ihin, yak..?

Brengsek emang...
Dua bulan ini badanku naik 12 kilo
Ukuran celana udah naik 3 nomor
Harus segera minum galian singset dan sari rapet kayaknya neh




Tau ah...
Wangi tanah basah di luar sana
Bikin aku pengen makan monas

Monasi goreng ama monasi uduk Rawa Belong...
Read More

08 Februari 2009

Call of Duty untuk Jagoan..

Sebuah komen mampir di blog tentang jagoan yang minta game Call of Duty. Aku jadi ingat permintaannya beberapa waktu lalu tentang game itu.

Game itu sudah aku download dari blogku sendiri dan menjelang finish. Ada sedikit kegembiraan sebenarnya akhir bulan nanti aku bisa pulang membawa game itu.

Tapi masih terbayang ketika jagoan minta game Act of War setahun yang lalu. Kekerasan hati yang membabi buta seseorang membuat game itu tertunda sampai satu tahun lebih sebelum bisa sampai ke tangan jagoanku.

Kenapa sih kebencian terhadap seseorang harus ditimpakan kepada seorang anak kecil yang tak tahu menahu dunia orang dewasa? Kapankah makhluk itu bisa belajar menjadi atau minimal mirip manusia dewasa yang bisa mengerti dunia seorang anak?

Maafkan ayah, jagoan...
Semoga akhir bulan ini game itu bisa terinstal di PC kamu.
Maafkan juga ayah yang menitipkanmu di rahim yang salah

Hmmm....
Kenapa tidak ku cari pohon pisang saja dahulu...

Read More

Susahnya Seniman

[reminder] data karya utk pameran arkesigns kami tunggu plg lambat tgl 7 feb. thks (send all)

SMS semacam itu paling sering aku kirimkan ke seniman peserta pameran, walaupun paling banyak menuai protes dari mereka. Bukan aku tak peduli dengan kebiasaan dan pola kerja "semau gue" seniman. Tapi aku tetap punya schedule yang harus aku usahakan tepat waktu.

Adalah kesulitan tersendiri untuk menanamkan pola kerja terjadwal kepada para pekerja seni. Entah mengapa mereka begitu bangga dengan kehidupan yang tidak teratur itu dan sekuat tenaga mempertahankan dari perubahan. Padahal ketika pembicaraan sudah sampai ke tahap duit, mereka pun sama ngototnya dengan yang lain.

Apakah memang seniman harus begitu? Duit pengen tapi kerja tidak mau teratur. Ketika waktu masih panjang, mereka lebih suka nongkrong dan ngobrol di cafe galeri dengan alasan melukis dua hari juga beres. Mereka jarang mau tahu kalau cetak dan distribusi katalog itu memakan waktu. Dan ketika publikasi tidak mencapai sasaran karena kekurangan waktu, mereka bertanya, "kok kolektor yang datang ga banyak, mas..?

Yang lebih parah adalah ketika stafku mulai terjangkiti penyakit itu. Berangkat kerja semaunya dengan alasan "kan lagi ga ada kerjaan, mas.."

Heiii...
Kenapa jadi terbalik. Seharusnya galeri bisa menularkan cara kerja yang tahu deadline ke seniman, bukannya malah ikutan hanyut begini.

Bisa ga sih orang menanamkan pengertian bahwa kita hanyalah pelaku bisnis yang bergerak di bidang seni. Orangnya boleh jadi seniman, tapi kerjanya tetap profesional dong...

Ket gambar.
Muka Tembok
Karya Nugroho Heri
Senang-Senang Exhibition


Read More

Coklat Valentine

Malem minggu pengen tidur sore malah diganggu Ela yang minta diantar jalan-jalan. Akhirnya berangkat deh. Tapi bukan ke Amplaz apa nonton sekaten, melainkan ke minimarket sambil angkut galon dan tabung gas.

Baru saja masuk, pelayan sudah menyambut dengan ramah, "coklatnya, mas. Kan mau valentine..."

"Apa hubungannya, mbak..?"
"Kalo valentine kan makanan khasnya coklat."
"Mulai kapan, mbak? Bukannya gudeg..?"
"Ga tahu sih, mas. Cuma biasanya gitu..."

Halah...
Pemaksaan yang tidak bertanggungjawab neh.

"Ga deh, mbak. Ga pernah ikutan yang begituan. Emang ada apa kalo valentine..?"
"Kan hari kasih sayang, mas."
"Emang kasih sayang harus pake jadwal setahun sekali..?"
"Ya enggak sih. Tapi kan mengikuti tren."
"Saya masih ikut orang tua kok. Dari kecil belom pernah valentinan. Paling disuruh rajaban apa muludan."
"Sekali-kali ikut mas, biar gaul..."
"Waduh, mbak. Saya bukan anak gaul."
"Belajar dong... Tak ajari, po..?"
"Emang mbak mau menggauli saya..?"

Si mbak malah nyengir. Tau apa yang kepikiran di otaknya. Setelah itu si mbak tak tinggal bantuin si Ela belanja kebutuhan dapur bulan ini. Habis bayar belanjaan si mbak nanya lagi, "coklatnya engga, mas..?"

Hayah...
Coklat lagi.
Kirain mau menindaklanjuti soal ngajarin gaul...

Read More

06 Februari 2009

Potensi Ancaman Google

Pernahkah kita berpikir bahwa dengan memasang antivirus, antispyware, firewall dan segala perlengkapan keamanan yang berlapis semua isi komputer kita terancam ketika terhubung ke internet..?

Kadangkala kita hanya memikirkan keamanan data dari virus dan sejenisnya. Tapi ada yang mungkin diabaikan karena semua perangkat keamanan tidak menganggap semua itu sebagai gangguan. Padahal kalau kita mau sedikit jeli, google pun punya potensi besar untuk menjadi "pengintip" isi PC kita.

Untuk yang akrab dengan internet marketing atau SEO dan yang semacamnya mungkin tidak asing lagi dengan tool gratisan dari google untuk memantau pengunjung. Google analitik sangat "powerfull" dan mampu mendeteksi pengunjung website sampai detil. Bukan cuma sekedar ip address atau browser yang digunakan untuk mengunjungi sebuah website saja, resolusi layar pun bisa terdeteksi.

Untuk lebih jelasnya silakan lihat gambar ilustrasi yang saya ambilkan dari analitik blog saya ini, rawins.com
Bila kurang jelas silakan klik gambarnya.

Apalagi untuk yang pernah akrab dengan Google Adsense dan pernah di banned. Tentu tahu seperti apa sulitnya membuat account adsense baru dengan identitas baru, ip address baru di PC yang sama yang sudah diinstal ulang windowsnya sekalipun. Setelah ganti PC baru bisa di approve lagi. Melihat kasus ini setidaknya kita bisa menduga google bisa mendeteksi hardware yang ada dalam PC kita.

Kalau sudah begini, tidak terpikirkah kalau data yang tersimpan di PC kita pun akan dengan mudah diintai google tanpa membangunkan aparat keamanan PC..?

Ada yang punya opini lain..?


Read More

03 Februari 2009

Teka Teki Vixy Adi


Hari minggu kemarin aku mudik dan berharap bisa membawa jagoanku barang sehari mumpung ga sekolah. Tapi sayang, si keras kepala itu masih juga ga mengijinkan jagoan kupinjam entah alasan apa. Ada rasa sedih juga ketika aku sampai ke rumah tanpa bisa membawa jagoan dengan vixy idamannya itu.

Dan tiba-tiba aku ingat lukisan jagoan yang dulu pernah ditempel di dinding kamarnya. Dulu aku tak begitu memperhatikan tulisan yang ada disitu. Entah kenapa aku jadi mikir panjang menatap gambar itu.

Ada empat kata, ayah, vixy, vicky dan adi. Tiga kata mungkin mudah ditebak. Tapi untuk kata vicky, kira-kira apa maksudnya yah..?

Kalo artinya pleki ga mungkin, soalnya disitu cuma ada gambar bunga sebagai wakilnya. Bunga vicky tuh bunga apa..? Belum pernah dengar kayaknya.

Apa bunga itu cuma simbol dari sesuatu..???
Keindahan...
Kelembutan...
Atau...
Tapi kenapa dipakai istilah vicky..?

Apa itu cuma harapan atau firasat seorang anak kecil saja. Berharap memiliki ayah dan motor idaman beserta sesuatu yang dia namakan vicky.

Atau jagoan yang ga bisa mendekap vixy kali ini ada kaitannya dengan itu?
Yang naik vixy ayah dulu, lalu vicky baru Adi.

Atau ayah naik Vixy,
Lalu naik Vicky
Trus punya Adi..
Halah...
Malah jadi ngeres...
Emang vicky tuh apaan..?

Apa sih..???

Read More

My Vixy

Beberapa waktu lalu, Kang Pacul nongol di Jokja. Dari sekian banyak celotehnya, ada satu pertanyaan yang sama dengan pertanyaan beberapa orang sebelumnya. Bila selama ini aku memilih bungkam, baru saat itu aku memberikan jawaban yang sesungguhnya.

Pertanyaan itu tentang Yamaha Vixionku yang lebih sering nongkrong daripada ngeluyur. Kenapa maksain ambil motor kalo jarang dipakai, apalagi mobil ada.

Aku memang memaksakan ambil motor itu. Bukan demi gengsi atau "go duwe-duwe" semata. Tapi demi jagoanku. Aku coba membuka kilas balik ke dua tahun lalu.

Demi mendapat pendidikan yang baik, jagoan kudaftarkan di TK lalu SD Islam Terpadu di Sidareja yang jaraknya sekitar 20 km dari rumah. Jadilah setiap pagi dan sore aku alih profesi menjadi peternak, alias penganter anak.

Sampai suatu saat, ada varian Yamaha baru mendahului. Jagoanku teriak "kejar yaaaah..."

Mungkin benar memang Yamaha selalu didepan, Suzuki Thunderku KO nguber Vixion biru itu. Dan sampai rumah jagoan ngambek, "Ayah pokoknya harus beli vixy ya..."

Dan beberapa bulan lalu, jagoanku minta dijemput ke Jokja liburan sekolah kemarin. "Pengen ulang tahun di Borobudur," katanya. Aku pun berjanji mau jemput dan kebetulan Bundanya lagi baik hati mengijinkan.

Aku pun ingat janjiku yang dulu tentang motor idamannya yang entah bagaimana bisa disebut vixy oleh jagoanku. Dengan perjuangan yang lumayan sulit karena antrian inden yang panjang, akhirnya aku dapatkan juga si Luna Maya itu sebelum liburan tiba.

Tapi...
Entah kenapa pula perempuan sakit jiwa itu kumat lagi dan mendadak meng-cancel segala janjinya tanpa membatalkan segala kompensasinya yang sudah duluan diambilnya.

Dan aku tetap belum bisa membayar hutang ke jagoanku.
Dan aku tetap berharap tidak ada yang menjamah vixy sexy itu sebelum jagoanku


Read More

02 Februari 2009

Burn Your Spirit...

Andai saja google adalah manusia pemarah, malam ini mungkin dia sudah mogok dari tugasnya. Sepanjang sore sampai malam aku mengubek-ubek google cuma untuk satu kata kunci, "profesional"

Berbagai artikel aku baca tapi tetap saja masih jalan buntu yang kutemukan untuk definisi sebenarnya. Untuk kaitan dengan pekerjaan, ada yang mengatakan pro itu adalah kerja semaksimal mungkin untuk mendapat hasil maksimal juga. Tapi ada juga yang mengatakan sebagai penempatan porsi yang tepat untuk pekerjaan dan berkaitan dengan penghasilan yang diterima. Tapi dimana porsi tepatnya, tidak ada juga jawabannya.

Aku sejak sore cuma memikirkan tentang orang-orang yang ada di sekitarku. Ternyata teramat sulit untuk mencari kesesuaian antara profesionalisme dengan hubungan antar personal di lingkungan kerja. Masih teramat banyak orang yang menunggu pekerjaan, bukannya mencari pekerjaan.

Aku pernah bereksperimen untuk menyelesaikan satu event yang boleh dibilang kerja sendirian dan ternyata bisa selesai. Dan ketika aku coba untuk berbagi dengan yang lain, berbagai masalah yang muncul malah menjadi sulit terdeteksi walau beban boleh dikatakan lebih ringan.

Sebagai akhir cerita, cuma ada perang batin yang ada antara tuntutan taktis dan strategis. Sebagai orang yang terlalu lama hidup di pasukan, pola pikirku cenderung taktis. Dimana aku tak pernah memikirkan itu job ku atau bukan. Asal itu berkaitan dengan tujuan akhir event dan itu terlihat telantar, aku main embat saja. Tak pernah terpikirkan kalo aku jadi tidak profesional atau tidak mau menghitung antara beban kerja dengan penghasilan diterima.

Aku enjoy dengan pola pikir semacam itu karena mungkin sudah tertanam kuat dalam benak. Tapi ketika secara struktural aku harus bisa memikirkan sisi strategisnya, bahwa kerja tim harus bisa terwujud dan semua faktor pendukung bisa berjalan semua. Mau tidak mau aku jadi ragu dalam bergerak. Pekerjaan beres tapi tidak mendidik. Bisakah dibenarkan...?

Entah kapan aku temukan jawaban itu...

gambar ilustrasi lukisan
Burn Your Spirit karya Saptoadi Nugroho
Senang Senang Exhibition
Tujuh Bintang Art Space
Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena