26 Februari 2009

Podo Wae ASU

Sudah bolak balik dibilangin aku ga bakal ikutan pemilu, masih ada saja yang menawarkan partainya. Malah pake acara ceramah segala macam sampai mengatakan sebagai warga aku tidak mau sadar akan masa depan demokrasi negara ini. Haram juga katanya.

Menurutku pribadi, aku tidak mau memilih justru karena aku sadar sesadar-sadarnya. Secara bahasa digunakan istilah hak pilih, bukan kewajiban pilih. Hak itu boleh digunakan boleh tidak.

Kalo memang ini dianggap pesta demokrasi, semua harus berdasar keinginan rakyat tanpa ada tekanan. Kalo sampai aku dipaksa untuk memilih, demokrasi cap apa ini. Otoriter dunk namanya.

Apalagi jika melihat wakil rakyat sekarang kebanyakan lebih pantas disebut penjahat daripada pejabat. Rapat tidak pernah berangkat tapi tunjangan tetap dapat. Mending kalo ketunjang truk. Kalo ini diterus-teruskan, apa benar bisa disebut rakyat yang peduli dengan masa depan bangsa dan negara.

Yang lebih menyebalkan, partai yang ditawarkan menurutku partai paling nyebelin seantero jagat. Gara-gara partai ini berkuasa, BUMN dijualin, aku harus hengkang dari sebuah BUMN telekomunikasi 9 tahun lalu dengan cara yang teramat sadis, berbulan-bulan gaji ditahan dengan alasan aktif dalam demo penolakan penjualan BUMN tersebut.

Setelah berdebat agak panjang, akhirnya beliau mengalah juga dan mengakui semua kelemahan sistem itu. Trus aku desak, kalo sudah tahu begitu kenapa terus mendukung..?

"Aku kurang suka partainya sebenarnya mas. Tapi Aku Suka Uangnya..."

Hooooo
Podo wae ASU...


1 comments:

  1. hahhaaa....
    mana ada pastai yg bener, tailah...
    sekarang ini sudah mulai kebukti, entah partai yg demokrasi, nasionalis, agamis, podo wae ASUU...
    hahhahhahah...

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena