11 Februari 2009

Benarkah Menjadi Camar..?


Seorang teman dekat yang lama menghilang tiba-tiba muncul di inbox email. Surat yang tidak terlalu panjang itu bertajuk "rajawali kini menjadi camar". Rada ga mudeng dengan isinya, pembahasan berlanjut di skype.

Aku memang pernah menganalogikan diri sebagai angsa kecil belajar terbang, yang mengais tanah becek mencari sepotong cacing tersisa di tepi danau kebenaran seluas lautan.

Tapi temanku memandang seperti rajawali terbang tinggi di langit sunyi yang tak bertepi. Menjadikan kesendirian sebagai teman abadi melewati kehilangan demi kehilangan yang tiada habisnya.

Dan kini temanku menganggap aku berubah menjadi seekor camar yang suka terbang rendah mencari-cari. Sesekali menukik ke permukaan air untuk menyambar mangsa.

Ingin aku protes dengan pernyataannya walau aku juga ingin diam dulu beberapa waktu. Biarpun analogi itu menurutku kurang tepat, tapi tetap saja aku bertanya-tanya. Benarkah aku telah banyak berubah di mata teman-teman dekatku..?

Mencari-cari mungkin ada benarnya. Tapi menyambar mangsa kok kayaknya terlalu sadis tuh walau korban sudah banyak. Aku ga nyamber kok. Mangsanya yang menyerahkan diri.
Halah...

Thanks deh teman...
Terserah apa anggapanmu.
Yang jelas aku tengah mencari-cari tanpa berani menukik dulu.
Terima kasih atas burung camarmu.
Aku jadi bisa berteriak bak Vina Panduwinata neh...

Tiba-tiba ku menjerit burung camarku terjepit...

Ilustrasi dari Senang-Senang Exhibition
Doesn't Somebody to Be Wanted
Karya Lugas Syllabus

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena