08 Februari 2009

Susahnya Seniman

[reminder] data karya utk pameran arkesigns kami tunggu plg lambat tgl 7 feb. thks (send all)

SMS semacam itu paling sering aku kirimkan ke seniman peserta pameran, walaupun paling banyak menuai protes dari mereka. Bukan aku tak peduli dengan kebiasaan dan pola kerja "semau gue" seniman. Tapi aku tetap punya schedule yang harus aku usahakan tepat waktu.

Adalah kesulitan tersendiri untuk menanamkan pola kerja terjadwal kepada para pekerja seni. Entah mengapa mereka begitu bangga dengan kehidupan yang tidak teratur itu dan sekuat tenaga mempertahankan dari perubahan. Padahal ketika pembicaraan sudah sampai ke tahap duit, mereka pun sama ngototnya dengan yang lain.

Apakah memang seniman harus begitu? Duit pengen tapi kerja tidak mau teratur. Ketika waktu masih panjang, mereka lebih suka nongkrong dan ngobrol di cafe galeri dengan alasan melukis dua hari juga beres. Mereka jarang mau tahu kalau cetak dan distribusi katalog itu memakan waktu. Dan ketika publikasi tidak mencapai sasaran karena kekurangan waktu, mereka bertanya, "kok kolektor yang datang ga banyak, mas..?

Yang lebih parah adalah ketika stafku mulai terjangkiti penyakit itu. Berangkat kerja semaunya dengan alasan "kan lagi ga ada kerjaan, mas.."

Heiii...
Kenapa jadi terbalik. Seharusnya galeri bisa menularkan cara kerja yang tahu deadline ke seniman, bukannya malah ikutan hanyut begini.

Bisa ga sih orang menanamkan pengertian bahwa kita hanyalah pelaku bisnis yang bergerak di bidang seni. Orangnya boleh jadi seniman, tapi kerjanya tetap profesional dong...

Ket gambar.
Muka Tembok
Karya Nugroho Heri
Senang-Senang Exhibition


3 comments:

  1. wingi adi nangis, njaluk karo mamake pengin diinstall game 'CALL OF DUTY 4', meng warnet nggawa flash disk 2Gg padahal gameny 4 Gg. aya niku.....

    BalasHapus
  2. itulah "seni"
    maybe cafe & temen2 adalah inspirasi bagi seniman untuk kondisi sekarang.
    tidak seperti dulu harus menyepi tapi meramai....

    KESALAHAN bukan pada deadline kerja kapan harus selesai.

    tapi...
    kenapa sewaktu inspirasi itu sudah didapat, tidak lekas dituangkan......

    maybe mereka seniman jaman dulu yang butuhnya MENYEPI, tapi hanyut dalam KERAMAIAN......

    SENI = SEwaktu-waktu Niat Ingsun ...........

    BalasHapus
  3. Tapi mereka harus tanggap fenomena sekarang. Ga usah terlalu jauh. Di Jakarta pabrik lukisan mulai bermunculan. Seniman cukup cari inspirasi di internet dan dengan sekian banyak asisten berapapun pesanan karya bisa dipenuhi.
    Jadi seniman adalah orang yang bisnis di dunia seni...

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena