12 Juli 2018

Ngapak Ora Penak


Sudah sebulan anak-anak di kampung berbaur akrab dengan budaya dan tradisi Banyumasan ndeso, namun tidak ada perubahan yang berarti dalam hal bahasa atau dialek yang mereka ucapkan.

Jadi kepikiran kebiasaan yang berlaku ketika ada perpindahan antar budaya semacam itu. Orang berlidah Jogja yang sudah bertahun-tahun bermukim di daerah Banyumas sangat jarang yang "kegowo kelu". Bahasanya tetap "bandhek" walau pun setiap waktu ngobrol dengan lawan ngapak. Sebaliknya, orang Banyumas yang pindah wilayah umumnya cepat beradaptasi ikut bahasa setempat walau terkadang "medhok" nya tidak mau hilang.

Dulu kupikir berkaitan dengan gengsi, mengingat ada yang mengidentikan "ngapak" sebagai bahasa ndeso dan "bandhek" adalah bahasa kaum ningrat. Orang Jogja biar puluhan tahun tinggal di Cilacap, gengsi kehilangan identitas keningratannya makanya tidak mau ngomong ngapak. Sebaliknya orang Cilacap baru beberapa hari di Jogja, gengsi dianggap ndeso, lalu ngomongnya maksa di o o in. Beli french fries di warung, ke SPG bilangnya, "tuku kentong goreng, mbok..."

Namun melihat apa yang terjadi pada anak-anak, sepertinya fenomena itu bukan soal borjuis vs proletar. Sebulan lebih mereka di Cilacap, belum mampu merubah "tai ayam" menjadi "tembelek". Kebalikannya si Ncip yang dulu dibesarkan di Cilacap, seminggu di Jogja sudah cukup untuk menyulap "tembelek"-nya menjadi "telek".

Anak-anak yang belum mengenal gaul tidaknya suatu budaya mengalami kesulitan beradaptasi secara cepat, bisa jadi karena menjadi "Banyumas" itu memang susah. Apalagi bila tidak dibatasi di lingkup bahasa saja, tetapi bagaimana menjadi "egaliter" di kala orang mulai membuat kasta secara sosial, bagaimana menjadi "blakasuta" di jaman kepalsuan dianggap kekinian, dst dst...

Jadi kepiye, lik..?
Lah mbuh nyong be mumet koh...
Anggap bae ora ngapak ora kepenak...

Read More

11 Juli 2018

Penipuan Susu

Pagi-pagi sudah dicolek lagi soal susu...

Nek miturut pendapatku yo, kisruhnya urusan persusuan di dunia medsos dimulai dari segelintir orang bego yang merasa tertipu karena kebodohannya lalu berpikir semua orang sama bloon dengan dirinya. Orang-orang yang jarinya lebih cepat ketimbang otaknya ini, jangankan mau kroscek cari informasi pembanding wong nemu tulisan ga jelas, baru baca judulnya thok langsung sibuk komen, like, share dan langsung merasa sudah berbagi kebaikan yang layak memperoleh kapling surga.

Kembali ke susu...
Bukan cuma susu, namanya beli sesuatu kan harus baca daftar isi apapun judul produknya. Yang dinamakan Susu Kental Manis kayaknya sudah dari dulu banget nama tertera di kalengnya cuma Kental Manis. Penjelasan produk itu mengandung susu ada di komposisi. Minuman sari kedelai juga tidak mengandung susu tapi adem ayem saja orang menyebutnya sebagai Susu Kedelai. Kasus sebaliknya seperti yang pernah rame di jurnal beberapa tahun lalu, ada yang ngeyel ketika dibilangin susu beruang itu susu sapi.

Pentingnya membaca komposisi sebelum secara sepihak menyalahkan orang lain bisa dirasakan ketika lewat Blitar dan beli keripik buah-buahan di pinggir jalan. Pandangan pertama adalah heran campur bingung melihat kemasan begitu besar namun harganya murah pol. Begitu buka alumunium foil kemasannya yang gembung langsung misuh-misuh lihat isinya cuma nyempil di pojokan.

Penipuan..!
Sabar dulu. Lihat dong netto-nya berapa gram dan timbang, kalo tidak sesuai bolehlah bilang produknya bermasalah. Yang mereka jual kan keripik dengan berat tertentu tak peduli seberapa besar kemasannya. Tak perlu juga bikin meme bertuliskan "siapa bilang udara itu gratis", karena bisa jadi kemasan digembungkan sebagai pengaman biar kripiknya tidak remuk saat ditumpuk-tumpuk dalam gudang.

Kalo susu kan susah ngecek beneran mengandung susu apa engga.? 
Pakai cara sederhana kan bisa. Jalan-jalan ke pabriknya atau ke daerah penghasil susu. Bisa ketauan mereka beli susu perah dari peternak atau tidak. Walaupun mungkin di produk, kadar susu sangat sedikit ketimbang kandungan gula, tidak bisa dong dibilang tidak mengandung susu. Itu bukan pabriknya yang nipu, tapi konsumennya yang pemalas.

Wegah, ngapain harus ngecek ke pabrik kaya orang kurang kerjaan..? 
Lah, males baca tapi rajin share apa bukan orang kurang kerjaan..?
Itu sejenis dengan yang pagi-pagi nulis panjang lebar gini tapi ga jelas maunya apa, haha..

Luweh...
Tak nyolekin susu maning ah...

Read More

09 Juli 2018

Banyak Anak Banyak Rejeki


Berbagi cerita dengan teman yang berpuluhtahun tak jumpa, anak menjadi salah satu tolok ukur kisah kesuksesan. Dari sekian panjang daftar pertanyaan, salah satu yang masuk kategori wajib ain adalah "anakmu berapa" tidak ada yang nanya "istrimu berapa". Padahal katanya kesuksesan pria itu didukung oleh wanita hebat di baliknya, bukan anak yang banyak.

Atau mungkin yang dimaksud wanita hebat adalah yang bisa beranak banyak, sehingga jumlah anak menjadi indikator kehebatan seorang wanita. Ini bisa dilihat dari kebiasaan kebanyakan orang yang mengucapkan selamat atas kehadiran bakal anggota keluarga baru dengan mengusap perut hamil si ibu, bukannya burung si bapak yang sudah susah payah menanam benihnya.

Tapi ya ada yang berpikir sebaliknya, katanya kebanyakan anak itu masalah. Ini adalah tipe manusia kekinian yang sudah melupakan filosofi leluhur yang secara gamblang bilang "banyak anak banyak rejeki..."

Semakin banyak anak semakin banyak rejeki yang harus dicari, maknanya kan gitu. Salahnya dimana coba..?

#RajinBikinAnakYuk

Read More

08 Juli 2018

Hidup Cuma Basa Basi

Minggu pagi yang semestinya ceria buat menghirup udara desa, justru mendapatkan polusi suara dari tetangga yang ceramah tentang undangan kondangan yang membanjir bandhang...

Aku cuma bisa balik kanan maju jalan tanpa mengucap kata selamat datang di dunia yang penuh basa-basi. Karena aku sendiri jenuh dengan dunia yang terlalu banyak prosesi. Berawal dari bapak dan ibuku berniat untuk berproduksi, sudah dimulai dengan resepsi. Sel telur ibuku mulai membelah diri pasca diterjang sperma bapak, lalu empat bulan, tujuh bulan sampai aku melihat mentari, mereka selalu sibuk mengadakan seremoni...

Aku ulang tahun, sunatan, jadian, pacaran, menikah, punya anak sampai aku mati suatu saat nanti, selalu ada upacara tak berguna dengan berbagai istilahnya. Selamatan, syukuran, tahlilan, anak setan, dll dll... pokoknya makan-makan.

Mondol pol...
Ternyata kita cari duit sepanjang hidup hanya untuk membiayai cacing perut berpesta pora...

Yoweslah...
Luweeh...

#MisuhDiPagiHari
#BenPlongUtekNya

Read More

07 Juli 2018

Generasi Istimewa


Edisi nemu lagi foto jadul di rumah simbah yang bikin terewer-ewer betapa teraniayanya jadi anak paling besar di jaman dulu. Apapun yang terjadi kudu ngalah. Mars senior can do no wrong dianggap filosofi sesat. Adik sampe nangis, tiada satu pasal pun syarat ketentuan berlaku, pokoke kakange sing salah dengan segala konsekuensinya.

Bersyukurlah jadi anak sekarang. Urusan mengalah bukan lagi kewajiban anak paling besar atau kecil, melainkan tugasnya orang tua. Makanya generasi 80-90an itu istimewa. Selain mengalami lompatan teknologi analog ke digital, juga menjadi generasi yang selalu mengalah...

Ketoknya begitu...

Read More

03 Juli 2018

Telkomsel Pekok


Sudah 2 tahun lebih menjadikan Telkomsel sebagai provider kelas telek. Operator plat merah yang kurang manusiawi dalam hal tarif ketimbang milik tetangga dengan kualitas layanan tidak jauh berbeda. Nomor simpati yang ada tetap dipelihara karena masih ada yang suka nelpon ke nomor itu, tanpa ada niatan dipake nelpon, sms keluar atau internet.

Ketika harus liburan panjang di kampung dimana lokasi rumah mbahnya Ncip kurang bagus untuk urusan sinyal, pilihan terbaik dari semua yang jelek adalah rujuk dengan paket data Telkomsel. Tidak terlalu kencang walau di posisi 4G, tapi masih mendingan ketimbang yang lain.

Dan malam tadi dapat notifikasi kuota data habis. Males ke kota buat cari konter, alternatifnya cari paket murah asal bisa menyambung hidup sampai besok pagi dengan dana saldo 10 ribuan. Akhirnya beli paket 1GB berlaku 1 hari dengan penuh rasa teraniaya mengingat operator sebelah 1GB/hari cuma seribu perak. Kadang lambat sih tapi lumayan di kondisi darurat.

Sesaat setelah beli, koplaknya si telek makin berasa. Operator lain kalo bilang satu hari itu ya 24 jam berlaku dari jam pembelian. Tanpa ada penjelasan sebelumnya atau memang syarat ketentuan berlakunya sengaja disamarkan biar tidak terbaca, sms ucapan selamat flash anda sudah aktip hanya bikin pengen ngemut hape. Suerrr...

#MisyuMisuh
#TelkomselPekok

Read More

01 Juli 2018

Save Bapak Turu

Sore-sore ada anak muda datang ke rumah. Tidak pake lama pamitan ke ibue Ncip, "pareng bu aku urung siram..."

Sepertinya keinginan nguri-uri bahasa ibu masih ada dalam benak generasi milenial. Hanya saja dukungan dari lingkungan sudah begitu tipis. Keseharian lebih banyak dipengaruhi bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris yang cenderung egaliter, membuat mereka kesulitan memisahkan antara ngoko, krama dan krama inggil.

Tak heran kalo sore ini dapat quote of the day, "bapake turu kula siram..."

#SaveBapakTuru

Read More

26 Juni 2018

Wisata Kekinian Plesir Kampung

Nge-mall..? Basi...
Wisata pantai..? Sudah biasa...
Piknik ke gunung..? Terlalu mainstream...


Yang kekinian itu pelesiran ke kampung, berbaur dengan masyarakat tradisional, mengenal kearifan lokal tersisa sebelum benar-benar punah. Secara sederhana travelling itu kan tentang pengalaman baru. Mencari sesuatu yang belum pernah kita coba, bukan tentang yang kita suka. 

Makanya suka merasa aneh kalo ada yang jauh-jauh ke pantai Depok, giliran makan bukannya pesen seafood malah nanya mekdi dimana. Ada yang turun dari bis wisata berspanduk sekolahan asal Jakarta masuknya ke mall cari jersey bukannya ke Turi ngeborong salak pondoh. Apa di Jakarta mereka mainnya di sawah tak pernah ke mall..?

Sisi lain...
Di jaman serba gampang begini, hampir segala hal dianggap instan oleh anak sekarang. Ingin bermain cukup colak-colek di app store. Susah payahnya membuat mainan dari kulit jeruk tak kan pernah terpikirkan. Contohnya ada tetangga yang tidak tahu bahwa hamil itu umumnya 9 bulan. Baru menikah 2 bulan sudah melahirkan, bisa jadi merupakan salah satu dampak pola pikir instan yang tidak memahami proses produksi.

Oleh karena itu...
Sudah dua tahun ini anak-anak lebih banyak diajak kembali ke alam. Bermain di sawah melihat orang menanam padi atau nimbrung ke tempat perajin gula tradisional. Dibilang tidak seru, nyatanya mereka antusias dan penuh keceriaan. Yang bilang tidak asik, paling banter bocah alay yang mendefinisikan wisata itu sebatas selfie di spot viral.

Jadi kepiye..?
Merasa gaul pajang foto junkfood waralaba atau berdiri di tangga pesawat..? Haha digaulinya kurang dalem itu mah...

Pokoknya cek saja foto-foto terposting di medsos teman
Kalo masih ada yang aplut foto wisata tematik semacam ini
Itu salah satu tanda-tanda pemostingnya ndeso dan kurang modal buat plesir... 

#TurisKere
#KapokmuKapan
#BaliNdesaBaeLah 

Read More

24 Juni 2018

Generasi Ke 5



Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan setiap pulang kampung adalah sowan mbah buyut. Menjadi wajib bukan soal waris atau minta sembur apalagi uwur, melainkan jepret gambar beliau bersama anak-anak. Karena menyatukan leluhur dan keturunan yang terpisah lima generasi dalam satu frame adalah sesuatu yang teramat langka.

Kondisi simbah saat mudik terkini masih sehat bugar ceria banyak tertawa seperti biasanya. Hanya penglihatan yang sudah mulai bermasalah tak bisa lagi mengenali siapa yang berdiri di ambang pintu tanpa bersuara.

Namun melemahnya mata fisik sepertinya membuat mata hati menjadi tajam. Begitu antri salaman beliau langsung komen, "kamu lagi prihatin..? Tidak kerja..? Ada masalah bla bla bla..."

"Kata siapa lagi susah..?"
"Lha ini sampai kurus kering begini..."

Citra yang nyamber, "ini tanganku bukan tangan ayah, Ki..."
"Ooowh..."

Tetep sehat yo, mbah...
Sing sabar le nunggu jemputan...
Semoga sampai turunan ke 7...


Read More

MenDeso lah Nak


Aliran hidup generasi milenial yang tak bisa lepas dari gadget kadang musti diselingkuhi. Ada masanya anak-anak diajari menjadi ndeso, belajar kreatif dengan apa yang disediakan alam agar mereka memahami gaya hidup yang tidak katro

Berharap tak seperti mereka yang katanya kekinian. Di medsos pajang foto maunya terkesan wah ala horangkayah, tapi kisah di status tentang pedihnya hati gegara susah cari premium atau gas melon. Kepiye jal..?

Pokoknya jauhi gadgetmu dan jadilah ndeso, nak. Biar bapakmu aman dan nyaman berpesbukan tanpa perlu rebutan hape...

#NcipNdeso

Read More

21 Juni 2018

WIsata Sampah Teluk Penyu

Habis nonton ebeg kemarin, si Ncip keterusan "mendem" seharian uring-uringan minta ke pantai. Pengen ke nyebrang ke Nusakambangan, juru kunci pelabuhan Karangsuci lagi syawalan di Jojok. Alhasil ke Teluk Penyu dengan nawaitu "asal meneng..."



Karena beneran tidak ada yang menarik di sana...
Sebenarnya punya potensi bagus, tapi entah ada apa dengan Disparta Cilacap. Di pintu masuk bayar untuk 3 orang, jebul tiket cuma dikasih 2 lembar. Penataan pantai kacau balau. Dulu warung-warung seafood pinggir pantai digusur kirain mau dibikin taman, ternyata dibiarkan yang pada akhirnya dikapling Deasy Ratnasari dengan lagu tenda biru buat pedagang rupa-rupa.

Sampah dimana-mana. Sempat nanya ke seseorang, mungkin petugas karena pakai kaos dengan identitas pemkab, dapat jawaban, "namanya orang banyak, pak..." 
Tidak ada kambing hitam malah nyalahin banyak
Emang banyak yang warnanya hitam ada?

Pengamen persis kaya lagu jadul, datang dan pergi sesuka hatimu. Baru lewat serombongan belum lima menit datang lagi gerombolan yang baru. Dibilang ga ada receh, ada yang jawab nanti dikasih kembalian. Dibilang baru saja ada yang ngamen sudah datang lagi, eh jawab, "astopirloh pak banyakin istigfar ini lagi lebaran sekali kali amal kenapa...?"

Puas si Ncip bermain pasir, mandi dan beranjak pulang, datang tukang parkir nyamperin. Dikasih 5 ribu perak minta tambah 5 ribu lagi. Dikomplen, "mahal amat..?"
"Dikiranya ga cape apa nungguin mobil..?"
"Yang nyuruh nungguin siapa..?"
"Lah pokoknya 10 ribu..."

Timbang rame, cung mangewu lagi
Dan tiada karcis sebagai gantinya...

Kaya kuwe ceritane, lik...
Wassalam...

#PlesirCilacap
#AjaDolanTelukPenyu 
#PokokeLah

Read More

20 Juni 2018

Mohon Nafkah Lahir Batin

Merantaulah agar kamu tahu rasanya mudik...



Propaganda kapitalis yang memanfaatkan keluguan umat dan momen hari raya keagamaan. Mudik dianggap identik dengan Idul Fitri yang tak bisa lepas dari ibadah puasa. Mudik dianggap bagian dari rangkaian ritual puasa padahal yang dianut pemeo jadul, poso ora poso asal mudik...

Realitanya tak ada Idul Fitri bagi kebanyakan pemudik. Adanya ucapan sugeng riyadi di hari riyaya. Hari dimana perantau memamerkan kesuksesan di kampung halaman walau sebagian sebenarnya semu. Tapi itulah pemicu perputaran kapital yang luar biasa besar dalam sepenggal waktu. Dari sekedar penjual mercon sampai juragan pesawat terbang berbusa-busa menawarkan dagangan dengan kamuflase ibadah mudik. Alhamdulillahnya "korban" nya mau. Syukron akhi...

Atas nama silaturahmi, itu benar tapi tidak banget. Saling bermaafan sebagian masih sebatas formalitas. Umumnya cuma nyamperin yang hubungannya baik-baik saja. Kepada yang jelas-jelas banyak masalah kebanyakan enggan mendekat tak peduli itu keluarga sendiri.

Jadi jamaah mudikiyah apa bukan urusan masing-masing. Tapi tidak semestinya terlalu didramatisir ala yang banyak tayang di medsos. Unsur borjuis kapitalis lebih dominan ketimbang sisi romantis agamis. Atas nama pencitraan saja makanya banyak yang tidak sadar bahwa sebagian isinya omong kosong layaknya ucapan mohon maaf lahir batin...

Lha trus kepiye..?
Emang tidak ada ucapan dan tindakan lain yang yakin lebih ikhlas dan tulus? 
Misal, mohon nafkah lahir batin...

Luweh...
#MabokSirupMarijan
#KorbanKongGuanIsiRenginang


Read More

19 Juni 2018

Nonton Ebeg



"Ebeg itu apa, yah..? Kaya jathilan..?"
"Jathilan itu kalo orang Jogja, di Cilacap namanya ebeg..."
"Mendem itu apa, yah..?"
"Mendem itu kemasukan setan..."
" Ooo kesurupan. Kalo di Jogja kan artinya ngubur..."

Kamu pernah disuapin menyan belum, Cip..?

#RawinMumet

Read More

16 Juni 2018

Coklat Rasa Bohong

Pagi-pagi metik coklat di kebon mbah, dikomplen si Ncip, "ayah bohong..!"



"Bohong piye, le..?"
"Katanya buah coklat kenapa rasanya ga kaya silperkuin..."

#KuduKepiye?

Read More

14 Juni 2018

Mudik Tanpa Politik

Dalam rangka hari raya mudik 2018, Going to Cilacap with Love dilaunching hari ini. 

Tidak lewat jalan tol, karena bakal kejauhan bila harus lewat Cipali cs. Sengaja pilih melalui jalan Daendels agar bebas dari resiko terjebak konflik kecebong vs kampret yang menyebalkan. Masalah nanti disebut tidak nasionalis atau antek kompeni itu beda kasus.

Tahun ini beneran berbeda dengan sebelumnya sampai-sampai navigator salah perhitungan. Instruksi berangkat dari Jogja jam 8:00 WIB dengan perkiraan sampai tujuan sebelum maghrib. Jebulnya jam 12:00 gapura kota Cilacap sudah melambai-lambai di depan mata. Tak apalah tidak terlalu meleset kok, targetnya kan tiba sebelum maghrib.

Perjalanan lancar jaya. Pasar tumpah yang biasanya jadi biang macet kali ini tidak sampai bikin padat merayap. Sedikit tersendat di bangjo terminal Adipala. Lik Tusanto mungkin bisa menggalang dana untuk program pencegahan wabah buta warna yang melanda kecamatan Adipala sebelum semakin parah. Mumpung masih stadium awal dimana penderita cuma tidak bisa bedakan warna merah dan hijau di lampu setopan.

Balik ke soal perjalanan, kemarin mbah Djati Widodo sempat kasih kultum tentang naik kaleng dengan kecepatan 120 kpj. Hari ini bisa direalisasi tanpa masalah. Bisa jadi karena bukan kaleng khong guan tapi kaleng susu yang mengandung aa dan dha bebas riba.

Tidak terlalu sulit pancal 120 kpj dengan syarat ketentuan berlaku. Yang pasti kondisi aman jalan lurus rata dan tidak banyak bening-bening penganggu konsentrasi. Kedua muatan full dengan beban merata. Ketiga musiknya wajib koplo oa oe jangan Kenny G atau Bengawan Solo dkk. Selanjutnya yang paling penting, navigatornya lagi tidur biar terhindar dari resiko dilempar bunga sak-pot nya.

Akhirulkalam, berkat dukungan Gambarpacul dan all pesbuk friends, alhamdulillah acara hari ini bisa sukses selamat sampai tujuan. Segenap keluarga dan kerabat kerja mengucapkan Terima kasih sama sama semoga diterima di sisi-Nya...


Read More

12 Juni 2018

Ramadhan yang Sepi


Tidak cuma jamaah tarawih yang kian hari kian menyusut. Perniagaan di Pasar Bantengan Wonocatur pun bernasib sama bahkan lebih cepat. Euforia ramadhan khususnya di bidang kuliner membuat lapak makanan menjamur di awal-awal puasa. Begitu banyak pedagang dadakan sampai-sampai rebutan lapak menjadi pemandangan umum setiap sore.

Namun ada yang berbeda di ramadhan tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya. Bayangan omset tinggi tidak sesuai dengan kenyataan. Masuk minggu kedua keluh kesah pedagang tentang jualan sepi kian sering terdengar. Berangsur-angsur pedagang mengurangi stok bahkan untuk yang berstatus musiman banyak yang pensiun dini. Tak ayal bila di sepertiga bulan terakhir kondisi pasar lebih sepi dibanding hari-hari di luar ramadhan.

Termasuk Pudot Si Dudut. Bila sebelum puasa sehari bisa habis satu box, di bulan yang penuh rahmah satu box baru habis 2 atau 3 hari termasuk sebagian diembat sendiri oleh Ncip dan Ncit. Operasional tidak ketutup, akhirnya lapak lah yang ditutup sampai waktu yang tidak ditentukan.

Mungkin ini jawaban kenapa angka inflasi yang biasanya meroket tiap ramadhan, kali ini justru menurun. Tapi ini kondisi di pasar tradisional. Keadaan di pasar modern tidak bisa kasih fakta karena tahun ini tidak pernah ada jadwal jalan-jalan ke mall lagi.

Salah Jokowi..?
Terlalu manja urusan tidak bisa beli baju lebaran buat anak-anak minta di-cover BPJS bersubsidi. Tuhan yang maha kuasa saja tidak mau tahu dan menyatakan tidak akan merubah nasib suatu kaum bila kaum itu tidak mau berusaha, apalagi cuma seorang Jokowi yang kekuasaannya selalu dibatasi oleh orang-orang "pilihan" Tuhan.

Jadi kepiye..?
Buka yutub saja cari video Via Valen dan hayati falsafah "kuat dilakoni ora kuat ditinggal ngopi" Biar tetep Bedjo senajan ora entuk THR...


Read More

09 Juni 2018

Liburan : Urus Sendiri atau Pakai Travel Agent..?


Musim liburan hampir tiba...
Benarkah urus liburan sendiri itu lebih murah dan meriah ketimbang menggunakan jasa agen perjalanan..? Tidak ada patokan pasti, namun kira kira ceritanya begini... 

 Pake agen itu terkesan tidak leluasa karena harus mengikuti jadwal yang sudah ditentukan dan relatif sulit diubah ketika mendadak menemukan sesuatu yang lebih menarik di sekitar tujuan. Misal begitu mendarat di Stasiun Tugu jadwalnya ke Kraton, ya wajib ke kraton. Keinginan menjelajahi flower market harus ditahan sekuat hati walau dari stasiun jaraknya cuma saknyukan. Begitu juga durasi waktunya...

Jatah di bonbin cuma satu jam, biar kata masih kangen berat sama saudara tua di sana, mau tidak mau harus say good bye. Rasanya seperti diburu-buru memang. Seperti habis begadang di Malioboro  itu enaknya bangun siang, eh sebelum subuh dibangunin untuk mengejar jadwal nonton sunrise di Bukit Panguk. Belanja oleh-oleh penginnya bakpia Kurniasapi, pemandu wisata antarnya ke bakpia 577 dengan alasan, "kurniasapi itu bakpianya bikin mual mules, kalo tidak percaya tanya ke tukang becak, ojek atau sopir travel..." 
Nyebelin kan..? 

 Urus sendiri artinya bebas menentukan segala sesuatu sehingga anggaran biaya "katanya" bisa ditekan seminimal mungkin. Yang diperlukan hanya sedikit tambahan waktu untuk riset tujuan, penginapan, transportasi dll yang datanya bertebaran di google.


Sayangnya dis wan indonesia no yu es e...
Kadar kemalasan admin web wisata dalam meng-update informasi banyak yang berada di level pekok. Jadi harus siapkan cadangan dana dan waktu untuk antisipasi perbedaan rencana dengan kondisi nyata apalagi bila berada di posisi long weekend atau peak season

Misal...
Pesan homestay liat di web (mungkin karena jepretnya pake aplikasi kamera jahat) tampilannya persis Luna Maya. Begitu disamperin, weladalah ternyata berwujud Lucinta Luna. Merasa kurang sreg, otomatis butuh waktu untuk cari pengganti. Ada yang kamarnya cocok harganya jauh diatas budget. Cocok kamar dan harga, lokasinya agak jauh yang artinya butuh tambahan biaya untuk ngojek. Belum soal kejebak macet, disasarin GPS dan sejenisnya yang berpotensi membuang waktu dan membengkakan anggaran dengan semena-mena.

Nyebelin kan..? 

Melalui agen perjalanan...
Segala sesuatunya sudah dipersiapkan. Mau makan di kuliner terkenal tak perlu antri karena petugas dari agen sudah jalan duluan sebelum wisatawan sampe ke warung makan. Kemana-mana ada pendamping yang kenal medan. Belanja batik bisa minta info terlebih dulu harga wajarnya berapa. Ketemu jalanan macet bisa dicarikan jalan tikus. Rasa cemas akan overbudget relatif tidak terjadi. 

Yang penting karena travel agen harus bayar di depan, cari agen yang terpercaya, respon cepat dan mudah diajak diskusi. Jangan tergiur penawaran paket murah, nanti ketiban nasib seperti jamaah umroh yang itu kan cucian banget. 

Carilah testimoni dari internet atau teman dekat yang pernah liburan pake agen perjalanan. Semakin banyak referensi semakin baik karena testimoni bersifat subyektif. Tidak semua cerita buruk murni kesalahan agen. Ada loh satu cerita. Agennya baik-baik saja, tapi yang umroh diajak balik ga mau malah bikin tagar #2019GantiAgen
Nyebelin kan..?

Trus kepiye..?
Selamat berlibur..!

Tulisan ini dimuat di AdventureYogya.Com  
Read More

Anggaran Jajan


Jualan di pasar...
Apa salahnya sekalian ngajarin anak-anak berwirausaha toh jaraknya cuma beberapa langkah dari rumah. Minimal biar mereka paham kalo uang itu harus dicari dan bila minta jajan dijawab ga punya duit tak lagi bilang, "kan bisa ambil di atm..."
#Penakmen...

Tidak sulit meminta mereka bantu jualan apalagi dengan embel-embel hasilnya boleh buat jajan. Sedikit berkerut kening ketika ditengok ke pasar masing-masing sedang pegang es krim dan kasih laporan, "dapat uang 15 ribu tapi beli es krimnya baru 10 ribu. Kalo ayah mau jajan nih masih ada 5 ribu lagi..."
#Weladalah...

Pelan-pelan dijelasin soal modal dan keuntungan dengan kesepakatan akhir, "kalo laku satu bungkus, mbak dapat 500 perak sisanya kasihin ke ibu..."

Ncit mudeng, adiknya yang belum nyampe. Okelah, tak harus dua-duanya paham. Buat pegang manajemennya salah satu sudah cukup, yang lain anggap saja penggembira. Kata pepatah juga alah bisa karena biasa.

Ditinggal sebentar, pas disamperin lagi laporan laku 10 bungkus sambil nyerahin uang 21 ribu. Aku tanya, "kenapa cuma segini..?"

"Katanya sebungkus aku dapat 500, 10 bungkus berarti uangku 5 ribu tho, yah..? Trus tadi Ncip beli cilok 2 ribu..."
"Yang 2 ribu lagi mana..?"
"Ncip beli cilok masa aku engga..?"
#Lhah...

Jadi anggaran jajan di luar gaji..?
Kira-kira kamu yang pinter apa bapakmu yang oon ya, nak..???
#Mikir...

Read More

07 Juni 2018

Say No To Bukber

Masih menjadi tanda tanya dengan teman yang sepanjang tahun begitu agamis di status-statusnya, namun selama ramadhan banyak membagikan foto acara buka bersama yang penuh euforia. Kembali ke salah satu tujuan awal perintah puasa yang "katanya" untuk belajar memahami apa yang dirasakan orang lain yang kurang beruntung secara ekonomi. Hanya diminta latihan selama sebulan doang, baru setengah hari sudah seperti orang balas dendam.

Rasanya bukan lagi rahasia, bila kebanyakan acara buka bersama orang cenderung berlebihan dalam memesan makanan dan sering meninggalkan sisa. Ada yang pake tambahan ceramah keagamaan, kuliahnya cuma tujuh menit, hahahihi nya bisa 2 jam. Tak kurang-kurang yang saking khusyuknya berbuka sampai shalat maghribnya lewat.

Adalah aneh bagi yang gemar membagikan dalil-dalil quran hadist namun seolah tutup mata dengan riwayat kanjeng nabi berbuka cukup dengan tiga butir kurma. Atau posting acara buka bersama dengan wah itu sebenarnya cuma untuk menunjukkan ke khalayak bahwa "aku lagi puasa".

Keluar dana lebih untuk memeriahkan bagian dari ibadah itu baik, namun tidak semestinya sibuk dengan syariat sampai lupa akan hakikat.

Itulah alasannya kenapa aku tidak ikutan bukbar bukber sepanjang ramadhan tahun ini.

Dan alasan kedua adalah tidak ada yang ngajak
Sudah itu saja...



Read More

06 Juni 2018

Tips Belajar Snorkeling


Habis cerita tentang Snorkeling di Pantai Nglambor kemarin, ada yang nge-chat via pesbuk, "dari Jogja jaraknya berapa kilo..?"
"Sekitar 70 km..."
"Waduh kok jauh ya..? Yang lebih dekat ada gak..?"
"Kalo begitu ke pantai Sadranan saja..."
"Berapa jauh dari Jogja..?"
"Sekitar 65 km..."
"Hadeuh... Maksudnya yang kurang dari 10 kilo ada gak..?"
"Ada..."
"Pantai apa..?"
"Ya pantai Sadranan itu. Tapi berangkatnya dari pantai Baron, jangan Jogja..."

Mendadak hening...
Tak tampak ada kehidupan lagi di aplikasi message pesbuk...


Yo wes lah...
Ketimbang ngelamun bagai pungguk merindukan THR, eh notifikasi japri, mendingan bagi-bagi tips buat yang ingin mencoba serunya wisata pantai yang berjudul snorkeling. Buat yang belum pernah tak perlu ngeper duluan apalagi sampai baper membayangkan latihannya akan sulit seperti saat berjuang melupakan mantan. *sayup-sayup terdengar backsound ditinggal rabi-nya Van Hallen...

Sebelum berangkat ke pantai, ada baiknya memeriksa kalender yang ada wage kliwon-nya. Bukan untuk menghitung weton mantan yang ninggal rabi, melainkan melihat tanggalan Jawa atau Hijriah. Pertengahan bulan adalah waktu terbaik berkaitan dengan pasang surutnya air laut.

Selanjutnya soal waktu. Siang hari adalah pilihan terbaik karena sinar matahari bisa menembus sampai ke dasar laut. Jangan memaksa snorkeling malam hari. Selain ribet harus bawa lampu, ikan-ikan yang lucu pun kemungkinkan sudah pada tidur. Kalo pun ada yang berkeliaran, bisa jadi cuma ikan yang lagi ronda atau ikan alay yang gemar begadang.

Kemudian peralatan yang dibutuhkan adalah sepatu katak, masker selam aka kacamata renang yang menutupi hidung dan snorkel alias selang udara yang digunakan untuk bernafas. Baju pelampung bisa ditambahkan untuk menambah unsur keselamatan. Namun perlu diketahui, pelampung sedikit menyulitkan pergerakan. Harga sewa alat dengan dan tanpa pelampung perbedaannya sekitar 5 - 10 ribu rupiah. Jadi silakan sesuaikan dengan kebutuhan yang penting tidak mengabaikan faktor keselamatan.

Saat ini di mana selfie lebih penting dari pada wisatanya itu sendiri, kamera dianggap peralatan primer yang wajib ada. Tak perlu sibuk ke warung cari plastik atau lakban bening buat ngebungkus ponsel, di tempat persewaan alat snorkeling biasanya juga menyewakan kamera kedap air dengan harga terjangkau sekitar 20 - 30 ribuan.


Persiapan sudah, tinggal latihan teknik...
Baiknya diawali dengan berdoa sesuai keyakinan kemudian berendam dulu agar tubuh beradaptasi dengan tekanan air. Jangan lupa latihan menarik dan menghembuskan nafas melalui mulut menggunakan snorkel. Awalnya mungkin agak aneh. Mirip-mirip orang baru putus cinta gitu deh, yang kemana-mana selalu berdua tau-tau mau ngapa-ngapain harus sendiri. Tapi dont worry lah, ga pake lama ngomong sama tembok juga berasa biasa kan..? *backsoundnya ganti lagu cengeng, aku tak biasa bila ku tidur tanpa belalaimu huwoo huwooo...

Setelah agak terbiasa bernafas melalui mulut, silakan nyebur secara total. Biarkan badan mengambang dan tak perlu lebay mikirin berbagai gaya berenang. Pokoknya asal tengkurep anda sudah di jalan yang diridhoi karena snorkeling dengan gaya punggung itu cuma milik orang harus Belajar Mengolah Teh di Nglinggo. *apa hubungane..??

Pastikan masker terpasang dengan benar dan tepat di posisi. Tes dulu beberapa kali untuk memeriksa ada kebocoran apa tidak. Jangan sampai lagi asyik melihat taman bawah laut tiba-tiba masker kemasukan air laut. Perihnya pake banget, cuy. Rasanya seperti kelilipan mantan yang bergandengan tangan sama pacar baru di depan mata. *panci mana panci..?

Tak perlu terlalu banyak bergerak untuk menghemat tenaga, toh bukan lagi balapan. Ikuti saja arus air namun sesekali perlu melihat ke permukaan untuk meyakinkan posisi tidak terlalu jauh dari pantai. Terlalu terpesona dengan mainan baru eh tau-tau terdampar sudah di Jepang kan repot.

Apalagi yak..? 
Kayaknya itu aja sih...
Hal-hal lain yang belum tercantum akan diatur kemudian oleh pemandu wisata.

Tulisan ini dimuat di  AdventureYogya.Com 

Read More

05 Juni 2018

Belajar Mengolah Teh di Nglinggo

Bagi generasi milenial, "praktis" sepertinya sudah menjadi keharusan. Satu contoh sederhana adalah minum teh. Anak sekarang jangankan mengolah teh mentah, yang mau bikin teh tubruk saja bisa dihitung dengan jari. Kebanyakan lebih suka memilih teh botol. "Tinggal lep", katanya... 

 Mereka tak sadar, mau yang serba instan itu telah menyuburkan sifat malas kronis secara sistematis di segala bidang. Mungkin saking malasnya mikir gegara kecanduan teh botol sampai-sampai apapun masalahnya, jawabannya #GantiPesinden...

#Pekok Di lain sisi, kita sering kagum melihat orang bule kenapa mereka pinter-pinter. Bahkan anak kecil pun sudah lancar berbahasa asing sementara kita yang kuliah sampe tujuh keliling cuma bisa bilang oh yess. Padahal tak perlu segitunya karena rahasianya sebenarnya sederhana yaitu teh. 

Apa susahnya kita lupakan teh botol yang praktis kemudian belajar mengolah teh seperti mbak-mbak bule di Desa Wisata Nglinggo..? 

Caranya tidak sulit, cukup hubungi AdventureYogya.com segala sesuatunya bisa diatur. Misal tidak mau diajarin mbok-mbok maunya sama mbak-mbak, bisa. Rikues mentor bule pun bisa. Andai kata bule yang di foto tidak bisa masuk kelas karena sedang ngarit, masih ada dosen cadangan bule Uchi atau bule Ningrum dan bila perlu dibantu pakle Yanuar

Gimana..? 
Berminat mempelajari kearifan lokal dengan Paket Wisata Edukasi di Nglinggo..? 
Kalo saya sih yess. Tidak tau kalo mas Anang...

Tulisan ini dimuat di AdventureYogya.Com 
Read More

03 Juni 2018

Citra 8 Tahun



Jadilah diri sendiri, nak
Tak perlu menjadi atau mengikuti orang lain, termasuk bapakmu
Selamat ulang tahun...
Read More

01 Juni 2018

Tips Belajar Canoe

Pernah lihat orang asik bermain kano..?

Nah, daripada cuma bengong ngebayangin kenapa tidak mencoba sendiri dan rasakan sensasinya. Bukan hanya bikin otak yang jenuh mikir cicilan berubah fresh, berkano juga termasuk olah raga yang menyehatkan. Lihat saja menteri Susi yang gemar mengayuh kano, beliau tetap segar bugar di usia yang sudah melewati setengah abad.


Tidak terlalu susah kok canoeing itu. Yang diperlukan cuma mengasah keseimbangan dan melatih kekuatan khususnya pergelangan tangan. Secara garis besar, tips triknya kira-kira begini...

Yang pertama tentu niat selepas bangun tidur. Baca nawaitu bla bla bla boleh, tidak baca pun tetap sah menurut hukum asal ongkos buat berkano bukan hasil korupsi. Setelah itu bikin quote of the day, "awali pagi dengan sarapan". Karena kalo cuma dengan senyuman, teman anda harus siap-siap nelpon ambulans selama anda berkano.

Fisik mental sudah ready, saatnya menyiapkan peralatan. Cek kano dengan cermat agar yakin kondisinya laik kecehan. Bisa berenang atau tidak wajib mengenakan baju pelampung untuk antisipasi keselamatan. Pilih yang berbentuk rompi, bukan ban apalagi bebek-bebekan. Helm jangan lupa dipakai biarpun rute canoeing-nya tidak melewati pos polantas.

Naik ke perahu dan bikin perasaan nyaman terlebih dahulu. Pegang dan gerakan dayung untuk membiasakan keseimbangan sampai yakin untuk lanjut ke tahap berikutnya. Untuk maju dengan posisi lurus, dayung yang ada di tangan kiri dan kanan anda kayuh ke belakang. Semakin cepat kalo kayuhannya gerakan perahu akan lebih cepat pula. Kalo mau belok ke kanan, majukan dayung di tangan kanan. Sebaliknya, kalo mau belok ke kiri gerakkan dayung di tangan kiri.


Tidak sulit kan..?
Haqul yaqin tidak..! Apalagi kalo berkanonya di Kampung Wisata Remboko bersama Adventure Yogya. Ke lokasi bisa dianterin, dijemput dari hotel anda. Peralatan keselamatan, instruktur, rescue bahkan pendamping buat cannoers jomblo disediakan. Dan yang pasti anda tak perlu takut kantong bakal bolong terlalu dalam.

Pokoknya ingat-ingat saja falsafah berikut. Dengan lihai berkano, anda sudah maju satu langkah dari ribuan langkah yang diperlukan untuk menjadi menteri seperti bu Susi. Betul..?

Ayo ke Yogyakarta...

Tulisan ini dimuat di  Adventure Yogya.Com


Read More

31 Mei 2018

Menjadi Bajingan - Wisata Viral

Pernah kepikiran selfie menjadi Bajingan..?
Ngapain cuma bayangin..?

Daripada suatu saat anaknya ngiler gegara ngidam tak keturutan, mendingan kunjungi Kampung Wisata Remboko di daerah Sleman, Yogyakarta. Tujuan wisata yang masih fresh kinyis-kinyis itu selain menyajikan tubing, kano, outbond dan sejenisnya, juga menyediakan Spot Bajingan.


Ehiya...
Yang bukan orang Jawa jangan baper dulu membayangkan spot foto ala gentho Pasar Kempit atau berekspektasi terlalu jauh tentang gangster Wild West. Bajingan yang dimaksud di sini adalah driver gerobak sapi, angkutan tradisional yang mendekati kepunahan dan mencoba dilestarikan di Remboko.

Kalau masih ada yang penasaran dengan istilah bajingan, okelah kira-kira konon sejarahnya dimulai pada jaman dahulu kala saat putri dan pangeran belum bahagia selamanya. Dimana ojek online belum merajalela dan sarana transportasi masih dikuasai kendaraan ditarik hewan dalam hal ini kuda atau sapi.

Saat itu kereta kuda menjadi angkutan kelas eksekutif karena cepat sampai ke tujuan. Walau sama-sama menyediakan fasilitas toilet (buat kuda dan sapinya), gerobak sapi dikategorikan transportasi kelas ekonomi yang super woles.

Anehnya, sudah tau labelnya ekonomi, calon penumpang masih saja suka memisuhinya. Lebih anehnya lagi, yang bikin pelan itu sapinya, tapi yang diomelin selalu driver aka bajingannya sampai terucaplah sumpah serapah, "bajingane suwe tenan ra teko-teko..." (bajingannya lama sekali ga datang-datang..)

Terbawa kebiasaan warga Indonesia Raya yang suka melebarkan masalah, ketika ada orang yang lelet atau menyebalkan suka dibilang kaya bajingan. Sekian waktu berlalu, istilah bajingan kian membias seperti menggunakan deret ukur sampai-sampai bukan cuma masyarakat awam, KBBI pun meletakan bajingan persis di bawah kata bajing yang identik dengan binatang nakal.


Tapi sudahlah...
Tak penting orang bilang apa tentang istilah bajingan. Yang penting anda harus mencoba spot langka yang cuma ada di Kampung Wisata Remboko ini minimal sekali seumur hidup atau bakal menyesal bila suatu saat menemukan fakta gerobak sapi sudah tidak ada lagi di muka bumi tergusur taksi online.

Ayo ke Yogyakarta...

Tulisan ini dimuat di Blog.AdventureYogya.Com 
Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena