16 Februari 2016

Sangkulirang Trip - Tekor

#Semua Umur

Dari awal pekerjaan ini aku jadwalkan seminggu saja. Asumsinya, dua hari perjalanan pp, dua hari instalasi radio, satu hari uji fungsi ditambah dua hari untuk cadangan pekerjaan tambahan tak terduga.

Empat hari habis buat perjalanan menuju lokasi, aku masih tenang. Pikirku, "paling molor sehari, belum bikin tekor anggaran..."

Menjelang maghrib sampai di lokasi langsung istirahat buat ngumpulin semangat. Pagi-pagi menghadap ke kantor perusahaan dan dapat instruksi, "tunggu IT yang dari Jakarta datang ya, pak..."

"Kapan beliau ke site..?"
"Besok sore mendarat di Berau, tapi singgah dulu di perkebunan karet. Mungkin lusa baru sampai sini..."

Mendadak lemes dengkul...
Lebih lemes lagi setelah menunggu sampai lusa
Ternyata sore baru nyampe sehingga judulnya menunggu hari esok lagi.
#Ah elah...


Besoknya menjadi pagi yang penuh semangat. Ketemu orang IT dari Jakarta, diskusi sebentar, siapin peta, pinjam motor trail dan langsung cek ke lapangan.

Menjelang berangkat, sebenarnya aku sudah mulai ragu setelah lihat peta kontur titik lokasinya. Sampai di koordinat yang ditentukan, beneran bikin garuk kepala.

Aku pun komplen, "yang nentuin koordinatnya siapa, pak..?"
"Orang GIS dari kantor pusat..."
"Kenapa ngasih titiknya di tebing begini..?"
"Saya juga bingung, pak..."

Biar ga bolak-balik, aku cari lokasi yang agak aman terdekat dari titik sebelumnya. Aku usulin ke beliau, jawabnya, "saya harus konsultasi dulu ke Jakarta, pak..."

Dan ternyata...
Minta persetujuan lokasi baru itu membutuhkan waktu satu hari...
#Mumet...




Sudah dapat keputusan lokasi, aku diskusi dengan tim. Tanah di lokasi rada miring-miring masih bisa diakalin. Tinggal mikir gimana caranya angkut air banyak-banyak dari mess. Lokasinya dipuncak bukit yang kering kerontang. Ga dibantu siram air bakal repot menggali tanah buat pasang pancang.

Rupanya Gusti Allah terlalu baik...
Tahu aku kesulitan harus bolak balik angkut air, setelah sekian lama harinya panas membara, begitu pekerjaan dimulai tiap hari aku dikasih air banyak-banyak dari langit. 
#Thanks Gus...


Biarpun harus molor sampai lima hari terhambat hujan, akhirnya kelar juga tuh tower. Begitu pasang radio, baru aku kepikiran sesuatu.

"Pak, nanti listriknya dari mana ya..?"
"Nah itu yang lagi saya pikirkan. Narik kabel dari mess jaraknya satu kilo lebih..."
"Bagaimana kalo pake solar cell, pak..."
"Oh iya yah. Tar coba saya konsultasi ke Jakarta..."




Ga sabar pengen buru-buru beres kerjaan, malemnya aku samperin ke mess beliau nanya kepastian listrik. Dan jawabnya, "lagi dipertimbangkan oleh pusat mau narik kabel atau pasang tenaga surya. Semoga minggu depan sudah ada keputusan, pak..?
#Whaaaat...???

Minggu depan baru diputuskan
Proses pengadaan dan pengiriman bisa dua minggu
Itu pun kalo ada duit karena katanya bisnis sawit lagi gonjang ganjing

Terus aku kepiye..?

Sudah tekor banyak kepastian belum ada
Mending pulang dulu lah. Santai-santai di rumah, biar bisa ngeblog, bales komen dan blogwalking...

Rejeki dah ada yang atur...


Read More

14 Februari 2016

Sangkulirang Trip - Kaya Setrikaan

#Semua Umur

Di Jawa kemana-mana mudah. Akses jalan kaya jaring laba-laba dan banyak jalan pintas alternatif, di pedalaman Kalimantan yang banyak hambatan geografis ketentuan itu tidak berlaku.

Terbawa kebiasaan, dalam menyusun rute aku selalu menuju wilayah administratif terbesar dulu. Misal waktu ditanya alamat, jarang aku langsung bilang di Somenggalan

Seringnya bilang Jogja. Ditanya Jogjanya mana, akan jawab Banguntapan. Kalo ditanya lagi Banguntapan sebelah mana, baru bilang Somenggalan.

Itu yang bikin aku nyasar saat ke Kaltim kemarin. Dikasih alamat PT AAP, Desa Pelawan, Kec. Sangkulirang, ke agen travelnya aku bilang mau ke Sangkulirang. Wajar kalo dari Berau aku diputer balik ke arah Samarinda dulu, padahal sebelum ke Berau aku transit di Balikpapan.

Begitu sampai Sangkulirang, baru dikasih tahu kalo ke Pelawan tak perlu sampai Sangkulirang. Judulnya aku harus puter balik lagi ke pertigaan Kaliorang lalu nyebrang di GM.




Setelah sampai Pelawan mendadak bengong lagi, karena jalan menuju PT AAP itu setelah nyebrang belok kiri sementara ke Pelawan belok kanan. 

Mending kalo jalannya bagus. Sebagian aspalnya rusak, sebagian lagi jalan tanah dalam hutan yang susah nyari tempat bertanya. Apalagi setelah masuk perkebunan sawit, persis kaya masuk labirin tanpa ujung yang kanan kiri tampak seragam susah masuk jalan balik.

Butuh waktu setengah hari untuk perjalanan yang semestinya cuma satu jam dari penyebrangan. Dan yang paling ditakutkan bukannya binatang buas atau begal hutan, melainkan kehabisan solar di tengah hutan. Mau minta tolong gimana, orang lewat sangat jarang dan hape tidak ada sinyal.

Berasa nyesek setelah sampai lokasi, orang perusahaan bilang gini, "dari Berau jangan bilang ke Sangkulirang atau Pelawan, pak. Bilang aja mau ke PT EBL, paling 6 jam sudah sampai..."

Dari Berau cuma 6 jam, sementara aku muter-muter ga karuan selama 3 hari sampe dibelain tidur di pinggir sungai...




Jadi kesimpulannya...
Di sini nama perusahaan lebih dikenal orang ketimbang nama daerah. 

Dan itu terjadi lagi bulan lalu
Ada pekerjaan di daerah Lalap, Barito Timur. Aku nanya Lalap, orang loadingnya lama banget. Begitu aku sebut PT GEA atau BNJM, langsung dijawab, "oooh dari sini lurus aja nanti di simpang Bentot belok kiri dst dst..."

Semoga bermanfaat bagi yang mau explore daerah pedalaman
Selamat nyasar...



Read More

09 Februari 2016

Sangkulirang Trip - Kalah Banyak

#Semua Umur

Bengalon adalah kota kecamatan di Kabupaten Kutai Timur. Kotanya tidak terlalu besar namun bisa dibilang lumayan ramai untuk ukuran kota kecamatan di Kalimantan.

Terdampar di Bengalon jam 2 pagi gara-gara Dibohongi Sopir Travel, aku pilih penginapan kecil sebelum pasar. Pertimbangannya ada ATM di depan hotel dan Indomaret di sebelahnya biar butuh apa-apa tidak perlu cari jauh-jauh dan yang pasti harganya standar. 

Kalo fasilitas hotelnya tidak terlalu banyak berharap. Ada AC dan dikasih handuk sudah bagus. Pengen ngopi musti nongkrong di warung. Tapi itu bukan masalah, bisa istirahat sudah lebih dari cukup.


Paginya sehabis cari sarapan di pasar, aku nelpon sopir travel untuk nanyain aku dijemput jam berapa. Bolak-balik nelpon sampai jam makan siang, tetap saja tidak bisa dihubungi padahal ongkos sudah dibayar di muka.

Oh iya...
Kerjaan ini sebenarnya ada 2 tim. Timku mengerjakan instalasi radio, sedangkan pemasangan tower dikerjakan tim lain dari Samarinda. Kacaunya - karena proyek multilevel marketing sebagaimana aku ceritakan di jurnal Kelaparan di Berau - aku baru dapat nomor kontak tim tower tepat setelah sarapan di Bengalon. Kebayang kan repotnya kerja tanpa koordinasi sejak dini..?

Lagi empet tidak ada kontak dari sopir travel, kegalauanku meningkat gara-gara tim tower bilang sudah nunggu di penyebrangan dan bolak balik nanyain kapan aku sampai lokasi. 

Lebih galau lagi waktu aku sampein masalahku, dia ngomong gini, "padahal subuh saya lewat Bengalon, kenapa ga sekalian ikut..?"




Ga enak bikin orang lain nunggu, habis makan siang aku lupain janji manis sopir travel lalu cari mobil carteran lain dan alhamdulillah dapat. Sayangnya pas sopirnya jemput, waktu sudah menunjukan jam 1 siang alias sudah overstay alias harus bayar 2 hari. 

Meluncurlah aku menyusul tim dari Samarinda. Baru saat itu aku tahu kalo tujuanku bukan Sangkulirang melainkan pelabuhan penyebrangan GM (kenapa namanya GM aku ga tau). 

Sangkulirang cuma kecamatannya, rutenya beda jauh. Mungkin hampir sama dengan sebagian teman kita bilang Borobudur Prambanan itu satu lokasi di Jogja. Padahal rutenya berlawanan arah...

Sebelum melanjutkan perjalanan ke tujuan akhirku desa Pelawan, di pelabuhan GM harus nyebrang sungai menggunakan perahu dengan tarif aduhai. Satu orang tarifnya 20 ribu. Mobil sekelas avansa 200 ribu. Karena waktu itu numpang truk, bayarnya 700 ribu. Penyebrangan lumayan ramai hampir tiap 10 menit sekali. Kebayang bagaimana hidupnya ekonomi di sini...




Sampai Penyebrangan GM menjelang sore, aku ketemu tim dari Samarinda, cipika cipiki bentar baru ngobrol soal kerjaan. Dan aku rada nyesek ketika teman bilang, "kita ga bisa nyebrang sekarang, pak..."

"Loh katanya penyebrangan buka 24 jam..."
"Iya. Cuma air lagi surut jadi ga berani nyebrangin truk. Kalo mobil kecil sih bisa saja..."
"Waduh... Dekat sini ada penginepan engga..?"
"Penginepan terdekat ya yang bapak nginep semalem.."
"Trus rencananya gimana..?"
"Ya kita tidur di sini..."

Langsung garuk-garuk kepala...
Masuk hotel ga sampai 12 jam harus bayar 2 hari, eh malah tidur di emper warung di pinggir sungai yang nyamuknya tidak bersahabat...

Nikmati saja lah...

Read More

07 Februari 2016

Sangkulirang Trip - Dibohongin Sopir Travel

#Semua Umur

Melanjutkan perjalanan ke Pelawan - Sangkulirang - Kaltim yang sampai Kelaparan di Berau kemarin...

Cari informasi travel daerah Berau di google lumayan sulit. Beberapa blog agen travel kelihatan tidak pernah update. Nomor telpon tercantum pun tidak bisa dihubungi.

Akhirnya nemu agen travel Samarinda yang melayani perjalanan ke Berau. Dari beliau aku dapat informasi kalo ke Sangkulirang lewat Berau itu muter-muter. Secara garis lurus di peta, Sangkulirang ke Berau memang lebih dekat ketimbang ke Samarinda. 

"Harus muter jauh beratus kilometer karena ada sungai besar", begitu katanya.

Gambarannya kalo dianalogikan jalan jalan di Jawa, aku dari Jakarta mau ke Solo

Naik pesawat transit di Semarang lanjut ke Jogja karena secara logika Solo lebih dekat dari Jogja ketimbang Semarang. Tapi karena antara Solo sama Jogja ada sungai besar, aku harus muter ke arah Semarang lewat Magelang Ambarawa baru balik arah ke Solo...
#mumet...

Ongkos travelnya deal 600 ribu untuk dua orang. Di tengah perjalanan, supirnya berubah pikiran minta carter 1,5 juta alasannya penumpang cuma dua orang. Demi alasan kemanusiaan dan hari juga sudah gelap aku iyain aja yang penting sampai tujuan.

Sampai di daerah Bengalon yang merupakan pertigaan antara Samarinda Berau dan Sangkulirang, sopirnya dodol ganti acara lagi. Kali ini bilang repot dari Sangkulirang balik ke Samarinda ngosong. Aku dicarikan penginapan di Bengalon dan dia bilang paginya akan ada travel Samarinda Sangkulirang yang jemput.

Mulai kesel sebenarnya
Tapi masih aku iyain ketika sopirnya minta ongkos 800 ribu dengan janji ga perlu bayar lagi ke travel yang jemput besok. Aku mikirnya sudah jam 2 pagi di tempat asing mending istirahat dulu nunggu hari kembali terang.

Nah paginya...
Aku telpon sopirnya tidak aktif. Siang sampe agak sore tetap saja tidak bisa dihubungi. Kepiye jal..?

Daripada kerjaan berantakan nunggu yang ga pasti aku jalan-jalan ke pasar Bengalon cari kendaraan. Angkutan umum ga ada, akhirnya ada yang nawarin avansa carteran minta 1,5 juta. Aku komplen, "dari Samarinda saja 300 ribu per orang masa dari Bengalon segitu..? Sejuta aja ya..."

Sopirnya ngasih pencerahan, "sampeyan dibohongi, pak. Bengalon Sangkulirang itu jauh banget dan jalannya rusak. Kemaren kasih harga segitu biar dia dapat penumpang aja. Buktinya minta tambah dan diturunin di jalan..."
#Oowh...

Cross check ke google maps ga bisa buka karena sinyal modol, imanku pun goyah dan bilang oke. 

Dua jam kemudian...
Baru aku sadar bahwa orang ikhlas dan orang bodoh itu batasnya tipis banget. Yang sopir carteran bilang jauh banget, ternyata dua jam sudah sampai.

Jadi mikir untuk melakukan amandemen pepatah...
Malu bertanya sesat di jalan, nanya dijalan hati-hati dibohongin...
#Haha...



Read More

31 Januari 2016

Sangkulirang Trip - Kelaparan di Berau

#Semua Umur

Bila ada kerjaan di daerah yang belum pernah dikunjungi, buka google adalah pritoritas pertama sebelum menentukan rute. Tindakan selanjutnya buka Google Maps dan disambung nanya-nanya ke orang lain yang pernah kesana.

Itu juga yang aku lakukan ketika ada pekerjaan di daerah Pelawan Kaltim sana.

Namun apa mau dikata...
Informasi di google simpang siur. Tentang transportasi lebih banyak nyangkut di milis pekerja pertambangan itu pun postingan jadul. Intip Google Maps cari tahu wilayah pedalaman Kalimantan ga bisa banyak bantu. Tanya ke yang kasih kerjaan malah dapat jawaban, "itu daerah Samarinda kali..."
#Mondol...

Selidik punya selidik, ternyata itu proyek multi level marketing alias teman yang kasih kerjaan dapat kerjaan dari orang lain yang dapat kerjaan dari orang lain yang juga dapat kerjaan dari orang lain dst dst...

Minta nomor kontak tangan pertama susah banget. Dampaknya update informasi yang aku butuhkan sangat lambat. Sesaat dibilang lewat Balikpapan, besoknya dikoreksi lewat Berau, eh besoknya malah ngaco dibilang lewat Tenggarong.
#Mumet...

Bolak-balik konfirmasi, akhirnya aku putuskan beli tiket ke bandara Kalimarau pakai Garuda penerbangan jam 11.15 dari Banjarmasin transit Balikpapan.

Tips buat hobi kelaparan, kalo pilih penerbangan ini jangan lupa bawa makanan banyak-banyak. Berangkat dari Banjarmasin jamnya nanggung, otomatis aku belum sempat makan siang. Di Balikpapan transitnya cuma satu jam, agak repot kalo harus turun dulu cari makan.

Sampai Kalimarau sekitar jam setengah tiga. Bandaranya cukup bagus tapi sepi di tengah hutan dan tidak ada tempat makan apalagi warteg. Untungnya Garuda kasih snack sehingga rada lumayan ada pengganjal perut.

Sayangnya...
Perutku itu agak udik. Biar kata makan roti atau lontong berapa biji, kalo belum nemu nasi tetap aja berasa belum makan.

Namun saat itu aku masih tenang. Aku pikir tar keluar bandara bisa cari warung makan di kota. Berasa di-PHP-in ketika travel yang aku pesan datang menjemput. Keluar dari bandara cuma sebentar lewat perkampungan setelah itu hutan dan hutan yang ada.

Cacing perut mulai demo, aku tanya ke sopirnya, "Berau jauh bener dari bandara, pak..? Udah kelaparan ini..."

"Dari bandara kalo ke Berau belok kanan, kita kan ke Sangkulirang jadi belok kiri..."
"Ooooh... Warung makan ada kah..?"
"Sekitar dua jam lagi, pak..."
#Waduh...



Read More

26 Januari 2016

Nikmati Saja

#Bimbingan Orang Tua

Jadi manusia hidup memang susah...

Kerja di tambang di pedalaman Kalimantan. Penghasilan alhamdulillah mendingan dibanding waktu di Jawa untuk ukuranku yang STM saja tidak lulus gara-gara hobi tawuran. Karir juga lumayan, hampir tiap dua tahun naik dari sekedar teknisi, supervisor dan terakhir superintendent.

Tapi ya gitu...
Kerjaan di sana beda jauh dengan yang dibayangkan. Umumnya kalo dengar kata IT, orang mikirnya duduk manis ngelonin laptop di ruang ber-AC. Kayanya banyak yang merasa aneh ketika aku bilang IT kerjaannya jadi tukang panjat, belepotan lumpur sampe jadi tukang las segala.
#Mumet...


Sebenarnya enak...
Tiap 10 minggu dapat jatah cuti 2 minggu, tiket pp plus akomodasi ditanggung perusahaan. Tapi 10 minggunya ini yang ga enak. Punya anak 2 biji saja ga pernah tau kapan membesarnya tau-tau udah segede gitu.

Mungkin repot ngurus dua anak yang hobi tawuran, kalo cuti rayuan ibue Ncip tak pernah jauh dari kalimat, "bisa ga kalo lebih banyak di rumah..."

Demi cinta lama-lama luluh juga
Ajuin surat resign dan nawaitu diam di rumah bantuin ibue jadi petani
#SesuatuBanget




Masalah selesai..?
Ternyata engga...

Prinsip "pemasukan harus lebih besar dari pengeluaran" terbentur masalah lahan untuk ngembangin usaha bertani sayuran hidroponik. Ibue senang "setoran buntut" lancar, anak-anak ceria ada teman berantem tambahan, aku yang mulai sakit kepala mikir tagihan kartu kredit.

Makanya ketika perusahaan nelpon nelpon terus minta aku gabung lagi, aku pun bisik-bisik tetangga ke ibue. "Posisi lebih bagus dari di tambang, bu. Penempatan di Jakarta, sabtu minggu bisa pulang. Jakarta - Jogja sejam juga nyampe..."
#SosuitKan..?

Ibue nurut, masalah kelar..?
Engga juga...

Bisikan mesra ibue di telepon jadi begini, "rasanya lebih tenang waktu ayah di tambang deh..."

"Kenapa..?"
"Dulu di hutan kemana-mana jauh. Pagi sore siang malem bilang di lapangan kurang istirahat sampe kurus kering item jelek..."

"Kan sekarang engga..."
"Justru itu. Sekarang di Jakarta, banyak hiburan. Manager kerjaan paling meeting, email, telpon-telponan itu pun siang doang. Malem atau sabtu sama minggu ngapain..?"
#Mikir...




Ya begitulah hidup...
Paling-paling cuma bisa sok bijak. Menganggap hidup harus mengalir seperti sungai. Kadang landai, kadang beriak dan tak jarang ada tokai lewat. Belajar bersyukur saja walau kenyataan kadang lebih asik diteriakin sukuriiiin...

Semangat ya, bu...
Lopyupul pokoknya...


Read More

21 Januari 2016

Future Always The Past

#Semua Umur

Ada satu pertanyaan dari beberapa teman yang tak bisa aku jawab...

Di aplikasi whatsapp, status kayaknya merupakan fitur yang terlupakan sampe ga inget entah berapa tahun statusku yang berbunyi "future always the past" ga pernah diganti. 

Makanya ketika ada yang nanya maksudnya apa aku malah bingung sendiri, karena suer kalo aku bikin status pake bahasa planet selalu dapat nyomot dari internet.

Ketik di google translate bunyinya ga karuan. Cari di pencarian google ga nemu itu kutipan kata-kata siapa. Paling banter aku artikan sendiri sebagai dunia yang selalu berputar, masa depan seringkali merupakan pengulangan dari masa lalu.

Dan itu beneran suka kejadian...

Seperti ketika aku pamitan ke ibue Ncip untuk pergi ke Jakarta kemarin. Rencananya mau ke tempat temen yang minta tolong bantuin dia kerjain proyek. Baru mendarat di Soekarno Hatta ada teman sms, "singgah ke kantor, kang. Kita reunian lama ga ketemu..."

Bujubuneng...
Baru resign dari kantor bulan Agustus dah dibilang lama
Tapi demi teman ya sudahlah aku mampir ke mantan kantor. 
#Anjrit mantan...

Beres acara temu kangen, pas mau pulang ndilalah kepergok si bos di lobby dan langsung digelandang ke ruangan dia lalu ditodong, "lu masih mau ga bantuin gua..?"

Coba ngeles kesana kemari kaya bajaj ga mempan. Si bos keukeuh ngajakin rujuk ga peduli statusku dengan perusahaan sudah talak empat. Mumet cari alasan, akhirnya aku pasrah bilang, "wani piro..?"
#Modus

Tanpa bilang kun faya kun jadilah aku kembali ke perusahaan lama. Bedanya dulu aku dikasih posisi di anak perusahaan yang di Kalimantan, kali ini posisiku di induk perusahaan di Jakarta.

Nah, pas berangkat ke hutan kemarin mendadak aku inget soal future always the past itu...

Dulu waktu pertama gabung perusahaan ini, aku pamitan ke ibue Ncip juga mau kerjain proyek di Batam. Singgah di Jakarta, ada temen bilang perusahaan sebelah butuh IT untuk di Kalimantan. 

Ga bawa surat lamaran, cuma nyamperin HRD, bisik-bisik tetangga, besoknya langsung disuruh kerja. Dan itu terjadi kaya lagunya Gigi, tanggal 11 Januari. Entah kenapa, rujuk kali ini pun terjadi pada tanggal yang sama.

Masih sibuk orientasi posisi baru, tiba-tiba si bos nyuruh aku beresin kerjaan di hutan dan berangkat tanggal 19 Januari kemarin. Tanggal yang sama dengan aku dikirim ke hutan beberapa tahun lalu.

Pengulangan skenario masih berlanjut...
Pas nelpon ke rumah bilang mau ke Kalimantan, ibue Ncip kasih komen yang sama, "manusia ga jelas. Selalu pamitnya kemana, nyampenya kemana..."
#Haha...

Wis ah...
Aku juga ga ngerti ini suatu kebetulan atau sebuah kebenaran

Termasuk ketika aku jawab komen ibue yang entah kenapa kalimatnya sama
"Yang penting pulangnya tetap ke Jogja kan, bu..."

Kalo aku sih yess
Ga tau mas Anang....
#Mondol...


Read More

Ejakulasi Lagi

#Bimbingan Orang Tua

Parah kuadrat tiarap sampe 3 bulan...

Jadi pengangguran yang semestinya banyak waktu luang dan hidup di kota yang seharusnya punya internet kenceng ternyata berbanding terbalik dengan kemampuan ngeblog.

Kembali ke hutan baru bisa ngeblog lagi, jadi mikir jangan-jangan ini berkaitan dengan libido. Jauh dari bengkel resmi buat ganti oli, jadilah blog sebagai ajang ejakulasi.

Apa ya harus begitu..?
Repot dong kalo harus seumur-umur jadi orang hutan..?

Dah ah segitu dulu
Foreplay doang...


Read More

31 Oktober 2015

Pengangguran Belagu

#Semua Umur

Urusan ngeblog berasa bener nyeseknya pasca resign dari tambang. Biasa jadi penguasa bandwidth, 20 MBps dedicated 1:1 bisa diembat sendiri kalo mau, tau-tau harus pake tethering hape yang jaringan datanya orowodol...

Di sini kondisinya kaya skrinsut di sebelah. Labelnya sih H, kadang H+, tapi BBM saja statusnya connecting terus. Udah gitu tarifnya edun. Biasa gratis kuota unlimited, harus bayar 87.500 perak untuk 2 GB rasanya pengen diemut aja tuh tower Telkomsel.

Indosat sih katanya rada mendingan dan lebih murah. Tapi penjatahan kuotanya itu yang nyebelin. Ada paket pagi, sore, siang malam kaya pembagian shift satpam. Cek kuota masih 4 GB, buka google aja ngembat pulsa. Ternyata jatah data siang udah habis. 
#Repot...

Mau ganti operator mikirnya panjang inget nomor udah aku pake sejak tahun 2000-an. Beli hape apa modem, rasanya kok ribet kaya toko berjalan.

Alhasil pilih puasa online. Itung-itung latihan melepaskan diri dari ketergantungan pada gadget walkhususon google yang bikin kelemotan otak meningkat pesat.

Buat hiburan, pelariannya ke novel. Sekalian napak tilas gimana keranjingannya aku sama yang namanya buku. Dari makan, modol sampai tidur pun kalo ga harus merem buku ga pernah lepas.

Kebetulan waktu SD guru yang mengelola perpustakaan rada males dan aku disuruh gantiin dia urus yang mau pinjam tiap jam istirahat. Sejak itu aku mulai akrab dengan novel terjemahan dari sekedar Empat Sekawan-nya Enid Blyton sampai yang rada berat macam Tom Sawyer karangan Mark Twain.




Dengan novel mestinya adem. Tapi nyatanya timbul masalah baru. Gara-gara seminggu dua kali ke Gramedia, ada yang komen, "dompet sudah mengibarkan bendera ijo bergambar golok loh..."
#Mumet...

Kira-kira begitulah nasib pengangguran belagu...

Kalah sama si Ncip
Kalo minta jajan sama ibue dibilangin ga ada uang, damai banget nyambernya, "ke ATM aja, ibu..."

Kepiye jal..?

Wis ah...
Yang penting pecah telor untuk bulan ini...


Read More

08 September 2015

Tugas Luar

#Bimbingan Tuhan

Beneran menyebalkan...
Internet mati total kok ya pas resign. Buntutnya ibu direktur minta bonus kerja bakti barang 2-3 hari untuk bantu atasi gangguan baru boleh pulang.

Bisa saja aku ngeyel, udah pulang tanpa pesangon masa diminta beramal..? 

Namun aku masih mikir tentang hubungan baik dengan mantan tempat kerja. Plus untuk menghindari suara sumbang dari orang banyak karena sudah ada yang komen, "mau pulang pulang aja gausah sabotase matiin internet segala..."
#Mondol...

Aku pikir sehari dua hari kelar, ternyata gangguan kelas berat. Satu selesai, muncul masalah baru. Jaringan internal ok, kabel optik nya putus digigitin tupai. 

Lapor Telkom, adem ayem saja. Beberapa hari kemudian baru dapat jawaban, "perusahaan bapak belum bayar internet dari bulan Juli. Mohon diselesaikan dulu baru kita tangani..."
#Ngemut kabel...




Teriak-teriak ke kantor pusat agar buru beresin pembayaran. Nunggu 3 hari, Jakarta bilang sudah dibayar, aku nelpon lagi ke Telkom dan dapat jawaban, "per Agustus kemarin wilayah Tamianglayang ditangani Telkom Palangkaraya, pak. Tidak ke Banjarmasin lagi..."
#Repot...

Beneran PT TELat KOMunikasi
Mau ini itu kan internal mereka, masa harus korbanin pelanggan..? 

Payahnya...
Sudah ga ada pemberitahuan perubahan wilayah kerja, aku tanya siapa Account Manager Telkom Palangkaraya, tidak ada jawaban. Konsultasi ke IT pusat, hasilnya keluar perintah tugas luar ke Palangkaraya

Baru saat itu aku mudeng
Definisi tugas luar itu tugas untuk karyawan yang sudah keluar kerja...
#Kepiye jal..?



Read More

31 Agustus 2015

Ritual Tepuk Pohon

#Dewasa

Bukan bahas keyakinan...
Cuma pengen cerita pengalaman mengurus infrastruktur internet di pedalaman Kalimantan...

Lima tahun di sini, hal-hal aneh di luar nalar sudah jadi menu sehari-hari. Aku tak pernah mengatakan itu sebagai kerjaan setan, jin dan sejenisnya. Lebih suka aku menganggap mereka sebagai penghuni asli hutan sebelum manusia datang menjamah.

Perkenalan pertama saat bangun tower di lahan bakal PLTU. Aku lihat pekerjaan berlangsung cepat. Para pekerja begitu gesit membuka hutan, pasang tower dan perangkat radio. 

Tapi tiga hari kemudian, vendornya datang nyamperin, "minta bantu cek alat, pak. Setingan sudah benar semua tapi belum nyambung juga..."

Turun tangan periksa peralatan, hasilnya cuma ikut bingung. Sampai senja datang belum juga dapat jawaban, aku pun duduk pasrah di bawah pohon dekat tower. Menjelang pulang, entah kenapa aku menepuk-nepuk pohon sambil bilang, "numpang pasang tower ya, mbah. Maaf kalo merasa terganggu..."

Pagi besoknya...
Baru mau siapin peralatan buat cek ulang
Ada teman yang datang laporan, "internetnya kok udah jalan, pak..."
#Nah...

Berawal dari situ...
Tiap kali masuk hutan pasang jaringan baru, selalu aku sempatin ngomong sama pohon. Begitu juga kalo ada gangguan yang tidak teratasi secara teknis, segera aku bilang permisi dan alhamdulillah manjur walaupun bikin bingung waktu isi form laporan ke Jakarta.

Ga cuma itu
Kalo mau pulang cuti, ritual nepuk pohon aku lakuin juga. Mungkin cuma kebetulan. Tapi beberapa kali aku kelupaan engga pamitan, baru beberapa hari di rumah sudah harus balik lagi ke hutan gara-gara tim laporan tower roboh atau radio habis kena petir di siang bolong.
#Kepiye jal...

Namun itu dulu...
Kini sudah setahun lebih ga pernah ada lagi gangguan non teknis semacam itu
Ritual nepuk pohon pun mulai terlupakan
#Akhirnya...




Sampai minggu lalu...
Saat pengunduran diriku disetujui perusahaan, internet mendadak mati total dan aku dapat permintaan terakhir, "sebelum pulang, beresin dulu gangguannya ya..."

Prosedur standar sudah aku lakuin tak juga ketemu penyakitnya. Radio, jaringan kabel sampai serat optik diacak-acak tetap belum berhasil. Gara-gara itu, teman-teman ingetin ajian pamungkasku, "tepuk pohon, pak..."

Hasilnya luar biasa...
Biasanya kalo malem aku nepuk pohon
Paginya ga diapa-apain juga nyambung sendiri. 
Kali ini engga...

Masih bengong mikirin itu, teman yang staf lokal kasih saran, "harus ditambah dupa, kopi pahit sama rokok siong kali, pak..."

Biarpun biasanya ga pake yang kayak gitu, demi aku bisa pulang, apa salahnya aku coba. Dupa aku dapat dari karyawan yang orang Tionghoa. Tambahannya ini yang ngaco. Udah kasih saran kopi item sama rokok siong, eh bawanya kopi mix sama rokok menthol. Makanya waktu nepuk pohon aku tambahin kata-kata, "kopi sama rokoknya seadanya ya, mbah..."

Ternyata sami mawon...
#Mumet...




Mau ga mau aku nyeletuk ke temen, "elu bawa sajennya salah tuh..."

Engga mau disalahin, temen malah jawab gini, "bukan salah sajen kali, pak. Kan udah lama ga ada kejadian begini..."
"Trus kenapa dong..?"
"Jangan-jangan si mbahnya udah resign, pak..."
#Panci mana panci..?

Trus...
Kapan aku pulang..?


Read More

25 Agustus 2015

Cowok Itu Jorok

#Semua Umur

Tanggal 25 Agustus ini statusku sebagai karyawan tambang sudah tamat. HRD sudah kasih ijasah kelulusan. Tiket pulang pun sudah di tangan.

Sowan ke ibu direktur untuk pamitan. Eh, malah dibilang gini, "main pulang aja. Yang gantiin elu aja belom ada..."

Aku bilang ga perlu cari ganti karena semua sudah aku atur memanfaatkan anggota tim yang ada. Inget kalo ngomong sama bos itu harus dikaitin sama duit, dalihku begini, "perusahaan kan lagi efisiensi, bu. Kalo tim yang ada masih mampu beresin kerjaan, buat apa buang-buang duit bayar orang lagi. Tar aja carinya kalo bisnis batubara sudah kembali cerah..."

Beneran...
Si ibu langsung bilang, "okeeeh..."

Padahal alasanku sebenarnya adalah soal karir

Selama ini staf lokal yang notabene pemilik tanah lebih banyak mentok sebagai staf. Jabatan yang agak tinggi diisi pendatang. Supervisor atau manager mundur, kantor pusat lebih suka kirim pejabat baru.

Aku maunya orang baru taruh di bawah, orang lama yang dianggap mampu dinaikan jabatannya. Toh aku lihat staf lokal juga banyak yang kemampuan teknisnya bagus. Kalo merasa ada jenjang karir, semangat kerja teman-teman kan bisa terpacu. Tidak lagi ada ucapan, "orang lokal ngapain kerja bener, ga bakal naik jabatan juga..."

Salah satu posisi kosong yang aku tinggalkan adalah full timer. Jam kerja resminya sama dengan staf lain dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Tapi full timer ini harus tinggal di mess tidak pulang ke rumah usai jam kerja. Fungsinya sebagai petugas P3K kalo-kalo ada gangguan karena IT memang tidak ada shift malam.

Dari sekian banyak staf, ada dua orang yang aku anggap mampu menjadi single fighter urus jaringan, server, manjat tower, nyetir mobil dan yang pasti mau tinggal di mess.

Baru nyodorin nama
Belum juga aku jelasin kelebihan dan kekurangannya, si ibu sudah motong, "yang cewek aja..."

"Kenapa, bu..?"
"Kalo cowok suka jorok. Kamar berantakan kaya kapal pecah bla bla bla..."




Seketika aku terdiam...
Sambil mikir, "aku kan cowok..."


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena