30 April 2009

Cari Teman kok Susah..?

Tak terasa hampir sebulan neh menyendiri di kantor. Rame sih kalo dah ngumpul dengan anak-anak produksi, tapi untuk urusan kerjaan administrasi tetap saja jadi single fighter.

Sebenarnya banyak lamaran yang masuk. Namun kualitasnya seringkali tidak memenuhi syarat. Kalopun ada yang cukup layak untuk dijadikan mitra, Jakarta tidak kasih persetujuan.

Apakah terlalu sulit mencari orang beretos kerja Jakarta di Jogja ini?

Apa karena kultur Jogja yang merupakan daerah wisata, sehingga orang bermindset di Jogja itu memang tempat untuk bersantai ria.

Bukan aku rasialis. Tapi penglihatanku menyatakan segesit-gesitnya orang Jogja, tetap saja hobi nongkrong dan ngobrol susah dihilangkan. Semisal harus menemui seseorang untuk satu urusan, bukan obrolan tentang kerjaan dulu yang diselesaikan. Tapi basa-basi yang berkepanjangan selalu jadi awalnya.

Dan ketika aku putuskan untuk mengambil karyawan dari orang luar Jogja semua, ada saja yang mengecam. "Komponen lokal juga dilibatkan dong..."
Huuuh...


Hari ini aku kirim CV lagi ke Jakarta. Semoga bisa ada yang lolos, biar kesepianku tak berkepanjangan. Ternyata cape dalam kesendirian itu...

Read More

26 April 2009

Pembanding Keseimbangan

Di tengah hiruk pikuk pembukaan pameran semalam, seorang teman menyeretku mojok di kantor. Dia curhat tentang masa lalunya yang terasa mengganggu hubungannya sekarang. Intinya kira-kira begini...

"Aku sering kepikiran mantan cowokku dulu, mas. Dia sih udah ga mengganggu hubunganku dengan yang sekarang. Cowokku sekarang jauh lebih baik dari yang dulu, makanya aku takut dengan pikiran itu. Itu mengganggu pikiranku sendiri, seolah aku selingkuh walau dalam hati saja..."

Mikirin event saja belum beres, rada mumet juga aku memikirkan jawaban yang sedikit tepat. Dan akhirnya aku cuma cerita tentang galeri ini.

Secara ekonomi, galeri ini boleh dikatakan rugi karena pendapatan belum mampu menutup operasional. Galeri bisa hidup ditopang dari penjualan lelang di Jakarta dan di Singapura mulai Agustus nanti. Secara logika, galeri ini ditutup dan fokus di balai lelang. Tapi kenapa itu tidak dilakukan..?

Bagaimanapun kacang tak boleh lupa dengan kulitnya. Kenapa aku bisa ikutan lelang, semua berawal dari galeri ini. Tanpa adanya galeri, tidak akan mungkin aku masuk ke sana apalagi mengambil keuntungan. Orang hidup perlu pembanding untuk menunjukkan adanya sebuah eksistensi walau harus disubsidi.

Walau manusia tak mungkin dibanding-bandingkan, kita tetap butuh itu. Akankah kita merasa pasangan kita sekarang baik bila mantan kita lebih baik..?

Kita perlu penderitaan agar bisa merasakan kebahagiaan. Tak mungkin kan kita selalu berada dalam kesenangan? Agar keindahan itu selalu ada, kita perlu imbangi dengan menerima sebuah kenyataan pahit di lain sisi. Tanpa itu, kita akan berjalan dengan berat sebelah dunk...

Tak perlulah kita memaksakan diri melupakan pengalaman pahit di masa lalu, bila dengan itu kita bisa merasakan manisnya masa kini. Walau utuk sampai ke tahap itu kita perlu pembelajaran yang panjang dan tidak bisa instan. Karena ini menyangkut perasaan.

"Ok, deh mas. Tapi sekarang aku suntuk banget. Temenin jalan yuk..."

Hayyah...
Aku sibuk banget, nduuuk....


Ilustrasi "Seperti Saudara"
Karya Nurkholis
Story Board Exhibition
Read More

23 April 2009

Ke Telkomsel Urus SIMCard

Pagi-pagi ke Gerai Halo di Tamsis. Mbak-mbak yang cantik dan ramah menyambut. Tak bilangin mau ngurus SIMCard hilang. Katanya bisa dan disuruh ambil nomor antrian.

Lumayan lama menunggu akhirnya dapat giliran. Selesai menyampaikan unek-unek di dalam hati dengan panjang lebar, mbak-mbak yang melayani menjawab. "Kalo mau ganti SIMCard harus ke Grapari, pak. Disini cuma bisa menerima laporan saja..."

Lho...???

Tanpa merayu lagi, langsung meluncur ke Grapari di Sudirman. Bener, disini langsung dilayani dengan cepat cuma dengan menyerahkan KTP dan surat laporan kehilangan dari kepolisian. Tapi ada satu syarat yang menyebalkan. "Mas, tolong sebutkan 5 nomor yang pernah dihubungi sebelum hilang."

Busyeet...
Hare geneee, masih harus ngapalin nomer telepon orang..?
Dah dibilangin semua nomor hilang berikut SIMCard dan HPnya...

Ga sampai setengah jam dah beres. Cuman...

"Nomornya baru aktif nanti malam jam 19:00, pak. Mohon ditunggu."
"Kalo nanti malam belum aktif gimana, mbak..?"
"Bisa dicoba lagi besok siang, pak."
"Kalo besok siang belum aktif..?"
"Ya dicoba besoknya lagi..."
"Kalo belum aktif juga..?"
"Kalo 3x24 jam belum aktif, bapak bisa datang lagi kemari pak.."
"Menemui mbak..?"
"Iya, pak.."
"Kalo malem minggu saja gimana.."

Hihihi...
Si mbaknya malah bengong. Langsung deh aku bilang makasih dan ngiprit inget harus display hari ini untuk pameran besok. Sampai lupa ga minta nomor HPnya...

Eh, nomorku katanya malam ini bisa aktif, jadi tolong yang merasa di kontak HPnya ada nomorku. SMS ya disertai nama, alamat, tempat tanggal lahir juga boleh. No rekening dan jenis kelamin ga usah. Thanks yaaaa....


Read More

Korban Luna Maya

Lagi ngalamun menghabiskan sore di depan galeri, anak-anak produksi nongol. Trus salah seorang nyamperin dan bilang gini, "Mas, mbok aku dikenalin sama Luna Maya..."

Walah...
Maksud loe..????

"Tadi pagi si Mail ngoceh. Katanya jadi korban, gara-gara dikenalin sama Luna Maya sama mas Eko."

Halah meneh...

Sambil menunggu tersangkanya datang, kulanjutkan lamunan tadi. Tapi berubah ngebayangin kalo jadi korban Luna Maya. Kalo jadi korban pesugihan di gunung kemukus atau pelecehan seksual kayaknya ikhlas lilahhita'ala neh. Tapi kalo disuruh jadi korban idul adha atau ditubruk pakai kereta, ya pikir-pikir dulu... Hihihi...

Belom tamat ngalamun, dah datang si sopir bolot itu. Langsung tak interogasi. Bukannya ngaku malah jawabnya sambil melotot, "Yooo kuwi. Gara-gara diajarin mbuka-mbuka Luna Maya aku jadi kecanduan. Sehari ga mbukak komputer rasane piyeee..."

Lho...
Tambah gawat sampai buka-bukaan mbarang.
"Kok aku yang disalahke. Maksudmu ki piyeee...? Luna Maya bakul janganan po..?"

"Lha, yang ngajarin mbukaki gambar di internet ki sopo? Lha terus-teruse malah nemu gambar-gambar asik-asik, sapa yang ga keterusen..?"

"Maksudmu dunia maya..?"

"Yo mbuh, wong pada nyebut maya maya ngono..."

Hoalah kemplooo....
Read More

21 April 2009

Membandingkan Nasib

Hari kemarin, tetangga di kampung nelpon. Beliau mau jemput adiknya yang baru pulang dari Malaysia. Tapi di Purworejo mobilnya ngadat. Trauma kejadian yang menimpa adiknya beberapa tahun lalu di Sukarno Hatta, beliau minta tolong aku untuk jemput di Bandara Adi Sucipto. Nanti ketemuan di galeri saja setelah mobilnya beres.

Walau agak bingung karena berpuluh tahun tak pernah jumpa, akhirnya ketemu juga tuh tetangga. Malah berdua dengan temannya yang ternyata masih sekampung juga. Akhirnya dapet penumpang cewek dua biji neh.

Dalam perjalan dari bandara ke galeri, teman masa kecilku itu berceloteh tentang kepulangannya. Krisis keuangan dunia membuat perusahaan tempat dia bekerja gulung tikar dan dia harus di PHK.

Sedang asik-asiknya dia mengungkapkan isi hati, teman yang satunya menimpal. "Salah sendiri dulu ngotot pengen di pabrik. Malah "ngenyek" aku yang terima jadi pembantu. Nyatanya jadi pembantu aman dari krisis."

Lalu aku tanya temen yang satu, kenapa pulang juga padahal ga kena PHK.

Jawabannya malah memelas, "Aku cuti, mas. Mau ngurus cerai. Suamiku ga beres. Dikirim tiap bulan bukannya buat usaha malah buat "royal" terus.."

Aku yang dari tadi tertawa-tawa dengan pertengkaran kecil mereka jadi diam. Kehidupan memang sulit untuk ditebak, apalagi dibanding-bandingkan. Perputaran dunia sulit untuk bisa dilawan. Kayaknya kita pun harus mengikuti perputaran nasib. Tinggal sebisa-bisanya kita belajar mengatur gas dan rem agar bisa cepat naik ketika di bawah.

Meratapi nasib bukanlah cara yang tepat. Apalagi dengan mengkambinghitamkan pilihan masa lalu atau membanding-bandingkan dengan nasib tetangga. Karena kita tak bisa demo untuk kesempatan yang sudah jelas berbeda setiap orangnya.

Aku cuma komen pendek pada akhirnya. "Ya, sabar. Kamu ga punya kerjaan lagi tapi kan masih punya suami yang baik. Siapa tahu bisa nemu kerjaan baru yang lebih baik. Trus kamu, walau suamimu brengsek, kamu masih bisa kerja untuk menghidupi anak-anak. Siapa tahu nanti dapat suami yang lebih baik yang bisa mengerti tanggung jawab dalam rumah tangga."

Ealah...
Kasih nasehat kayak mbah-mbah malah ketempuhan.
"Mas kan punya perusahaan. Aku jadiin pegawe dong.."

Yang satu permintaannya lebih parah.
Ga perlu aku tulis lah...

Ilustrasi "Liku-liku kehidupan"
Karya Nanang Warsito
Tujuh Bintang Art Space
Read More

Bangun Tidur Kuterus...

bangun tidur kuterus mandi...
tidak lupa menggosok gigi...

Sebuah pakem seremonial pagi yang ditanamkan sejak kecil, namun sudah mulai lenyap ditelan jaman. Termasuk di kalangan anak-anak itu sendiri. Seperti jagoanku dulu kalo disuruh melanjutkan lagu.

"bangun tidur kuterus ma...?"
"kaaaaan...." begitu jawabannya.

Dan itupun tidak kompak di kalangan anak-anak. Karena sepupunya yang 3 tahun lebih muda akan protes dan tereak, "manciiiing...."

Yang agak parah mungkin yang aku baca di koran pagi ini. Bangun tidur terus ma... ti. Udah tahu tidur dengan istri orang, bangunnya kesiangan.

Aku sendiri, tiap bangun pagi yang kesiangan terus, paling cuci muka doang. Trus ngopi sambil baca koran nunggu Ela nyiapin sarapan. Beres sarapan baru mandi.

Soal bangun tidur ini juga sempat membawa anekdot berbau rasial. Sebuah tebak-tebakan "kenapa cewek Bandung lebih banyak yang cakep daripada cewek Jogja..?"
Katanya cewek Jogja bangun tidur yang dicari sapu, kalo cewek Bandung nyarinya lipstik.
Halah...

Ada juga petuah lama yang mengatakan, "kalo mau tahu cewek itu cakep beneran apa engga, lihatlah pas dia bangun tidur."

Aku malah kurang sependapat dengan hal ini. Masa kalo kita ngincer cewek, kita harus bertamu subuh-subuh sebelum menentukan mau jadian apa engga. Lagian menurutku, cewek terlihat cakep apa engga lebih penting sebelum tidur daripada bangun tidur.

Bagaimana bangun tidur anda...?


Ilustrasi "Rejuvenate"
Karya Wahyu Geiyonk
Tujuh Bintang Art Space
Read More

17 April 2009

Hati Hati Flu Singapura

Lagi sibuk-sibuknya mempersiapkan pembukaan Auction House di Singapura Juli mendatang, di Kompas kemarin malah ada berita tentang Flu Singapura. Dan pagi ini, si bos call di skype trus pamer tampang yang penuh bercak-bercak.

Kemarin si bos cuma bilang kena cacar. Dan pagi ini beliau cerita kalo kena Flu Singapura. Gejala awalnya memang mirip cacar, tapi lebih gawat. Karena cacar hanya bisa kena seumur hidup sekali. Flu singapura ini bisa berkali-kali dan penyebarannya lebih cepat.

Beliau bilang, waktu berangkat ke dokter bintik di muka baru tiga biji. Tapi begitu pulang sudah penuh. Bahkan sampai ke dada, punggung, mulut, lidah, tenggorokan dan mata.

Mengutip dari kompas :

”Virus flu hanya sebagai pemicu, yang berbahaya justru infeksi sekunder. Bila virus influenza itu masuk ke tenggorokan, kuman yang berkumpul di tenggorokan akan jadi galak, bakteri yang semula tidak patogen bisa menjadi patogen,” kata Herdiman. Apabila tidak diantisipasi, hal itu bisa berakibat fatal, bahkan kematian, bagi penderita.

Untuk mencegah terinfeksi flu singapura, masyarakat, terutama mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah, dianjurkan menghindari kontak dengan penderita. Sementara vaksinasi influenza dinilai kurang efektif mengingat virus influenza mudah bermutasi sehingga vaksin baru efektif apabila menggunakan bahan virus saat terjadi epidemi.

Virus flu singapura ditularkan dari mereka yang masuk ke Indonesia setelah bepergian atau berlibur dari luar negeri. Penularannya melalui kontak langsung dengan penderita, udara, percikan air liur, urine, dan feses.

Jika ada yang baru datang dari luar negeri, sebaiknya membuka pakaian dan membersihkan badan sebelum kontak langsung dengan orang, terutama bayi dan anak-anak.

Nah lho...

Pas nanya ke si bos. "Jadi ga ke Singapura nya bulan Juli..?"

Beliau menjawab, "Ya jadi, Ko. Ini tandanya kita cocok di sana. Penyakitnya saja cepet nempel, apalagi duitnya..."

Halah...
Tetap semangat ya, bos...
Cepet sembuh aja deh, biar bisa kecipratan duit Singapura juga...



Read More

16 April 2009

Politik Belas Kasihan

Mengamati pergolakan kekuasaan di Indonesia Raya yang tercinta, aku melihat ada sebuah benang bundhet yang bisa ditarik.

Dulu Megawati bisa meraih banyak penggemar, karena konon kabarnya dianiaya oleh Mbah Harto. Dan ketika berkuasa dengan segala kebrengsekannya, Megawati menganiaya SBY. Sehingga SBY bisa menggapai kekuasaan.

Partai Demokrat yang lima tahun lalu masih kecil mungil, katanya kini unggul dalam perhitungan cepat. Juga karena SBY dianiaya dengan dianggap anak kecil yang cuma bisa bermain yoyo.

Terlepas dari berbagai pendapat orang pinter dengan berbagai tendensi dan argumentasi yang aku tidak pernah tahu dan memang tidak mau tahu, aku melihat adanya politik belas kasihan sebagai awal mencari simpati. Dulu orang-orang kasihan melihat Gusdur yang selalu menjadi tuntunan, sehingga bisa jadi presiden. Kemudian orang kasihan melihat Megawati sehingga partainya menang. Lalu orang kasihan melihat SBY, sehingga bisa duduk di istana.

Apakah ini berarti bangsa kita memang manusia-manusianya begitu baik hati dan tidak sombong sehingga tak rela ada orang teraniaya? Atau memang sengaja berbuat sememelas mungkin biar orang iba?

Kalo memang iya, berarti budaya iba menghiba-hiba memang sudah mendarah daging di bangsa ini. Dari kelas pengemis jalanan sampai presiden melakukan hal yang sama untuk mencapai tujuannya. Pantas saja semua orang beramai-ramai mendaftar jadi pasukan berani malu.

Dan sepertinya aku pun harus belajar melukis wajahku sememelas mungkin dan tanpa kemaluan agar aku bisa sukses seperti mereka.

Read More

14 April 2009

Taruhan Orgasme

Seorang teman curhat di telepon semalem.

Bagaimana sih menguji pribadi cowok. Udah kebelet menikah tapi dapetnya boong melulu. Apa cowok emang brengsek semua ya..?

Kamu kali yang brengsek. Mengungkap kelebihan makhluk bernama laki-laki kepada laki-laki juga. Orang Jawa menyebut cowok itu lanang, ala'a tetep menang (biar jelek tetap menang). Makanya hati-hati dunk, teliti dengan baik dan benar sampai ke akarnya. Karena semuanya bisa berbuah tetap berawal dari akar termasuk akar tunggangnya sebagai sumber dari segala kekisruhan dunia.

Bagaimana bisa lihat banyak dari awal. Sekarang kenalan lebih banyak di messenger. Begitu ketemu banyak yang sok jaim. Tingkah lakunya serba baik dan perhatian banget. Bagaimana bisa tahu hatinya busuk.


Diajak ngobrol dong neng.

Ngobrol sering banget. Tutur katanya halus merdu merayu menutupi sifat aslinya.

Ajak nginep di hotel aja kalo gitu. Kalo perlu beberapa hari, makin lama makin bagus. Boleh berbuat apa saja sesuka yang kalian mau tapi tanpa orgasme dengan dalih atau cara apapun. Taruhan saja seribu perak. Yang kebablasan berarti kalah taruhan.

Kok seribu perak? Ya mending ngalah kalo gitu. Kenapa ga sepuluh juta sekalian.

Jangan melihat dari nilai nominalnya dunk, say. Tapi nilai moralnya. Kalo menahan nafsu saja tidak mampu, berarti moralnya cuma seharga nasi kucing. Walau hari gini moral sepertinya tidak berarti buat banyak orang, tapi dalam rumah tangga itu yang utama. Rumah tangga bukan sekedar seks semata. Tanggung jawab terhadap komitmen itu yang utama.

Kenapa mengujinya harus dengan seks?

Kalo memang laki-laki normal, hanya 0,001% yang tidak menginginkan seks ketika kesempatan itu ada di depan mata. Bagaimanapun seks merupakan kebutuhan dasar kedua manusia secara insting dewasa. Mau dibilang apa, manusia tetaplah binatang yang memiliki naluri untuk mempertahankan hidup dan keturunan. Kalo untuk nafsu paling besar itu bisa dikendalikan, sepertinya lebih mudah untuk mengendalikan diri di bidang yang lain. Kalo bisa, kemungkinan cowok itu otaknya rada lempeng 80%. 5% kemungkinan impoten dan sisanya mungkin dia homo. Hehehe...

Tapi kan melanggar agama..?

Kalo mau menggunakan konteks agama, ya konsekuenlah dengan cara yang agamis. Dan jangan salahkan bila ada yang menganggap manusia beragama adalah yang menghalalkan poligami. Kalo mau menguji dengan menjajagi watak manusia yang paling dasar ya hanya dengan cara melihat kebutuhannya secara naluri alami. Makan dan seks.

Kok ngawur mas..?

Kamu nanya saya jawab. Dipake syukur engga juga saya ga rugi. Namanya juga berbagi. Pikir dulu mateng-mateng, dan keputusan ada di tangan anda. Resiko tanggung penumpang.

Ok, tak pikir dulu mas

Jangan lupa pikirkan juga.
Saya masuk kandidat buat dites ga..???

Ilustrasi The Brittle Protection
Karya Adjie Dharma
Read More

10 April 2009

Oposisi Seni

Menyimak sebuah email dari seorang penulis yang tengah merencanakan pameran mendatang. Tentang email seniman yang juga penguasa galeri, yang menolak ikut pameran di Tubi tapi dengan embel-embel mau menjadi oposisi. Karena Tubi dianggap tidak peduli dengan seni dan hanya melihat seni sebagai lahan bisnis semata. Namun buntut-buntutnya malah membias dari alasan awal dengan mengajak penulis tersebut untuk membuat event di luar event Tubi.

Apakah karena sedang musim pemilu sehingga istilah politik pun masuk ke bidang seni?

Dunia tidak akan indah tanpa perbedaan. Namun keindahan seni bukanlah sesuatu yang pantas untuk dijadikan bibit perselingkuhan, walau kata orang selingkuh itu indah.

Perbedaan pendapat teramat indah untuk dijadikan wacana demi kemajuan seni itu sendiri. Silakan adu mulut ketika masih dalam wacana. Tapi setelah kembali ke alam nyata, alangkah indahnya bila adu mulut itu berubah menjadi ciuman sepasang kekasih yang dimabuk cinta.

Yang terasa pada akhirnya adalah pengkambinghitaman seni untuk sebuah tujuan yang bermotivasi bisnis atau kepentingan pribadi. Padahal insan seni bukanlah 100% seniman yang sering menkultuskan diri sebagai manusia yang semau gue dan tidak kenal schedule. Seniman tetap saja manusia yang memiliki rasa pusing penjualan karya mulai tersendat-sendat. Bagaimanapun untuk bisa tetap berkarya, seniman perlu canvas dan cat. Tak cukup dengan arang diatas daun pisang.

Sudah seharusnya orang bisa memisahkan posisi sebagai seniman yang harus bisa konsentrasi dalam wacana seni dan posisi sebagai pelaku bisnis di bidang seni. Sebagaimana halnya kita melihat Dian Satro membacakan puisi. Tak usah lah kita berdebat cara dia membaca atau salah pengucapannya. Nikmati saja wajah cantiknya, asal kita tak lupa bahwa sajak lahir bukan untuk berurusan dengan wajah mulus, walaupun keduanya sama-sama indah. Belajarlah untuk memisahkan, yang kita bicarakan adalah keindahan perempuan atau tentang sastra.

Marilah kita berdebat untuk menambah kekayaan khazanah seni Indonesia. Tak perlulah kita sebut-sebut istilah oposisi. Mari kita menjadi mitra kerja yang salin bantu. Bukannya saling banting apalagi tikam dari belakang.

Salam Budaya...

Ilustrasi John Lenon
Karya Saptoadi

Read More

08 April 2009

Indahnya Perbedaan

Dalam beberapa hari ini sudah tiga orang yang berkeluh kesah tentang kegagalan cintanya hanya oleh satu kata, perbedaan.

Satu teman gagal melanjutkan percintaannya ke jenjang yang lebih tinggi hanya karena berbeda agama. Satu teman lagi harus bubar rumah tangganya dengan alasan berbeda etnik.

Aku sendiri tak tahu kenapa orang begitu gampang menjadikan perbedaan sebagai kambing hitam. Seharusnya orang bisa memikirkan itu dari sejak awal memiliki niat meningkatkan hubungan rasa.

Seringkali kita melupakan untuk berpikir jernih ketika sebuah rasa telah hinggap di hati. Ungkapan tak kenal maka tak sayang sepertinya sudah mulai luntur dari benak kita. Yang sering terjadi malah sudah sayang tapi belum kenal. Kenal yang aku maksud ini bukannya sekedar kenal nama atau report body semata. Tapi kenal lahir batin dalam arti yang sebenarnya.

Itu teramat susah di jaman internet seperti sekarang ini dimana pertemuan cukup dilakukan melalui messenger. Dan ketika sudah ada terpaan rasa, kita seringkali berusaha keras untuk menyembunyikan sesuatu dalam diri yang dianggap buruk dan bisa mengganggu proses pedekate. Ini sebuah ketidakjujuran umum yang menjadi penyakit di suatu saat nanti.

Kenapa kita harus menyalahkan perbedaan bila dari awalnya saja kita sudah salah langkah. Padahal perbedaan adalah nikmat yang harus disyukuri. Manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling melengkapi. Sandal jepit saja tidak akan nyaman kita kenakan bila kanan semua.

Bagaimana cara kita menyiasati perbedaan?
Sepertinya hanya kejujuran jawabannya.

Eh...
Ada satu teman yang belum aku sebutkan. Cuman untuk yang satu ini aku ga bisa komentar banyak. Temanku itu juga gagal dalam percintaan karena perbedaan. Tapi beda jenis kelamin alasannya...

No comment deh...


Ilustrasi Gandhi Lennon
Karya Saptoadi Nugroho
Tujuh Bintang Art Space
Read More

Confusing World

Confusing World...
Walau hampir mirip, arti harfiah confusing sepintas berlawanan dengan ajaran Confucius yang menitikberatkan pada kesopanan dan kesusilaan dalam tatanan kehidupan yang teratur. Ajaran Confucius tidak dianggap sebagai satu agama yang berunsurkan ketuhanan tetapi merupakan prinsip-prinsip hidup yang baik.

Walaupun begitu, Confucius pernah dianggap sebagai pengacau oleh pemerintah, sehingga ia harus kembali ke Lu pada tahun 484 SM. Falsafah tentang kebaikan mengajarkan sebuah faham untuk memilih penguasa berdasarkan kemampuan dan bukan karena keturunan. Dan ini ditentang habis-habisan oleh penguasa waktu itu.

Nurkholis Confusing World...
Sebuah tema yang diharapkan bisa benar-benar mengacaukan dunia dengan segala faham kebaikan sebagaimana ajaran Confucius. Orang boleh saja sinis dengan titel pengacau ini. Tapi seorang pengacau yang bisa membawa perubahan positif terhadap kehidupan tetap lebih baik, daripada sebuah nama yang besar dan bersinar namun membuat orang menjadi silau dan melupakan hakikat hidup yang sesungguhnya.

Sedikit melupakan tema yang teramat berat itu, kita memang akan dihadapkan kepada kekacauan visual bila mengamati karya-karya lulusan ISI tahun 1994 dengan embel-embel cum laude. Da Vinci yang pernah mencerahkan dunia dengan pemikiran cemerlangnya, membuat kita mata kita berpusing saat nurkholis menumpahkannya di atas canvas.

Jadi plesetan Jawa mungkin lebih tepat untuk pameran ini dibanding filsafat China. Karena Nurkholis benar-benar membuat orang "kon pusing" dalam menikmati karya-karyanya.

Silakan diapresiasi

Nurkholis Solo Exhibition
25 April - 10 Mei 2009
Tujuh Bintang Art Space
Jl Sukonandi 7 Yogyakarta
Telp. 62 274 545577
email. info@tujuhbintang.com
Read More

07 April 2009

Jason Mirasantika

Sebenarnya aku suka musik, walau ga bisa main musik. Semua aliran musik aku ga begitu masalah asal buka underground yang bikin budeg. Tapi tetap saja aku mut mutan kalo ditanya lagi suka apa. Apalagi ketika pekerjaan tiada habisnya seperti sekarang ini. Adanya musik kadang malah membuat konsentrasi buyar.

Cuman masalahnya, di kantor ada dua PC. Kadang aku lagi suka bersunyi sepi, tetangga sebelah malah nyetel musik. Mau melarang kok kayaknya melanggar HAM. Paling banter cuma kasih komentar, "kecilin dikit dong..."

Sebulan lalu, aku sampai kadang jenuh sendiri dengan polah di Vivie yang setiap hari sepanjang waktu bolak-balik muter lagunya Jason Mraz. Sampai-sampai di detik mana Jason keplekiken pun aku kayaknya hapal.

Ketika Vivie resign, aku rada senang juga untuk urusan musik. Minimal aku terbebas dari gangguan polusi suara.

Tapi kebahagiaanku tak berlangsung lama. Meja kosong di depanku lebih sering diisi si Ma'il supir. Dan celakanya hobinya sama kayak si Vivie dulu.

Sekarang sepanjang waktu, gendang telingaku dibikin budek dengan lagunya abang haji. Mana nyetelnya ga mau pelan lagi...

Kalo dah gini, sapa bilang musik bikin enjoy..?


Read More

06 April 2009

Mengejar Kereta Api


"semalam balapan dengan kereta lagi. hatiku jadi tersayat-sayat.."

Sebuah SMS pendek, namun akibatnya tidak sependek kalimat itu. Menyeruak di sela-sela kesibukan dikejar deadline demi deadline yang membuatku harus melupakan bobo sore dan jalan-jalan.

Otakku sempat terhenti beberapa lama terjejali bayangan lama, menembus gerimis tengah malam sepanjang aspal Bantarsari - Sidareja yang sejajar dengan rel kereta api. Dingin malam tak terasakan, memacu pedal gas mengiringi kereta malam yang tak juga mau mengalah.

Tidak banyak arti memang. Yang ada hanya perubahan makna, ketika ambisi mengejar kereta berubah menjadi analogi rel yang sejajar dan selalu bersama namun tak pernah bisa bersatu hanya untuk mengantar kereta sampai ke tujuan.

Kini aku tak mau lagi hidup dalam pengejaran dan pengejaran yang tak pernah usai. Dan tak seharusnya aku tenggelam lagi dalam kisah pengejaran kereta api. Beban didepan mataku teramat banyak.

Walau aku bukan pelukis yang bisa merubah sepi menjadi karya seni. Namun aku harus mampu atasi sunyi. Demi tujuan akhir yang entah kapan bisa tercapai.

Maaf...
Aku tak bisa lagi menemani.
Semoga sepi tak mengiris hatiku lagi...

Read More

04 April 2009

Buruh Migrain

Ketika sedang asyik menemukan bahan diskusi yang menarik tentang buruh migran, aku malah ikut-ikutan jadi buruh migrain.

Pameran bulan depan diundur awal agustus, sehingga harus secepatnya mencari event pengganti. Event bulan ini yang seharusnya tanggal 17 April diundur menjadi 27 April agar punya waktu menyiapkan segala sesuatunya. Apalagi sekarang aku belum dapat pengganti Vivie untuk membantu operasional event.

Selain event reguler tiap bulan di galeri, khusus bulan Juli aku harus menyiapkan juga 3 event khusus di Taman Budaya Yogyakarta, Galeri Nasional Jakarta dan persiapan launching Balai Lelang di Singapura. Plus Agustus galeri ulang tahun dan aku harus menyiapkan Tujuh Bintang Art Award yang harus dimulai dari sekarang.

Mohon maaf kepada semuanya, bila sampai akhir bulan ini aku jarang onlen. Khusus untuk masalah buruh migran, silakan juragan jamur untuk buka forum diskusi khusus dan nanti aku minta hasil matengnya. Pokoknya seperti orang kenduren lah, modal amin pulang dapat berkat.

Semoga sukses dan migranku segera sembuh.
Selamat berdiskusi...
Read More

02 April 2009

Selamatkan Buruh Migran


Menyimak obrolan panjang semalam tentang kasus yang umum terjadi dengan buruh migran, jadi terpikirkan untuk mendaur ulang proyek pecel curing dulu, sebagai mana diungkap di blognya juragan jamur.

Masalah semacam ini merupakan jalinan benang kusut yang sangat ruwet dan tak mudah untuk diatasi. Pemerintah yang punya segalanya saja menrasa kesulitan, apakah kumpulan blogger bisa?

Mungkin tidak akan banyak berarti. Tapi beringsut merupakan sebuah kemajuan ketika banyak orang tidak mampu lagi untuk berlari.

Memang terlalu berat kalo harus membenahi dari hulu sampai ke hilir. Karena pasti ada yang akan tersentuh dari pihak penguasa yang tak mau kehilangan salah satu sumber penghasilan ilegalnya. Jadi sepertinya kita harus pilah-pilah permasalahannya ke lingkup yang terkecil dan kita bisa. Agar bisa tercipta gerakan nyata dan tidak hanya janji muluk-muluk semata seperti kisah yang lalu.

Yang paling memungkinkan adalah dimulai dari garis depan. Teman-teman di luar negeri pasti bisa membantu mencarikan data siapa saja yang saat ini berada di tahanan dan tidak ada yang ngurus. Sepertinya itu masih mampu untuk dibuatkan sistem pendampingan. Karena kalo langsung menuju ke arah buruh migran yang kabur atau teraniaya, jumlahnya pasti sangat banyak. Padahal kita belum terlatih untuk itu. Jangankan mencarikan jalan, konsepnya saja saya belum tahu.

Kita coba lah membantu satu dua dulu dari mereka yang di tahanan agar bisa segera bebas dan kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Caranya bisa kita diskusikan bersama. Setelah lebih faham akan seluk beluk birokrasinya baru kita pikirkan target selanjutnya.

Cuma harus kita pikirkan juga sisi edukasinya. Jangan sampai kalo kelembagaan ini bisa menyebar ke kalangan buruh migran. Mereka jadi merasa lebih terlindungi dan lebih mudah untuk kabur dari pekerjaan. Dan jangan sampai merasa kalau kabur ada yang ngurus, mereka akan terus menerus mengulangi kesalahan yang sama. Pulang ke Indonesia, berangkat keluar lagi dan kabur lagi.

Mohon masukan dari teman-teman.
Selamatkan saudara kita pahlawan devisa...

Ilustrasi "Belajar Terbang"
Karya Samuel Indratma
Contemporary Heroes Exhibition
Read More

Satu Tanya Terjawab

Satu dari dua tanda tanya kemarin, terjawab satu. Siang tadi telepon berbunyi dan sebuah cerita pendek aku dengar.

Temanku itu memang ditahan saat interview di imigrasi dan harus ditahan semalam di sana. Siang tadi dia dipindah ke rumah tahanan sampai bisa mengurus segala sesuatunya seperti paspor, denda dan tiket pulang.

Bersyukurlah dia karena bekas majikannya mau membantu segala sesuatunya. Sehingga di tahanan paling cuma seminggu sambil menunggu persyaratan administrasi selesai.

Aku pun turut bersyukur walau dalam hati juga sedih. Berapa banyak teman-temanku pahlawan devisa yang mengalami kasus yang sama. Dan berapa gelintir kah yang bernasib baik seperti temanku yang satu ini.
Apalagi bila melihat kenyataan, selama bekerja pun kadang mendapatkan perlakuan kurang manusiawi. Apalagi setelah lepas dari pekerjaan. Apalagi dengan status sebagai warga ilegal.


Ada lagi informasi, bila kondisinya tidak punya uang atau tidak ada yang mengurus. Mereka dipenjarakan di rumah tahanan besar yang mempekerjakan penghuninya dengan bayaran kecil. Setelah dianggap mencukupi untuk membayar administrasi dan ongkos pulang, barulah mereka bisa bebas.

Menunggu uluran tangan pemerintah sama saja menunggu pemerasan lebih jauh. Agaknya perlu pemikiran panjang untuk membuka jalinan benang ruwet yang menimpa saudara-saudara kita di kejauhan sana. Sehingga sebutan pahlawan mendapat tempat yang sebenarnya, minimal di antara kita. Karena pemerintah hanya menyebutnya dibibir saja. Dan dalam realita, mereka tetaplah dianggap pecundang bodoh yang bisa dijadikan mangsa.

Terkutuklah birokrat keparat negara ini...

Ilustrasi "Ayo Bangun"
Karya Saptoadi Nugroho
Tujuh Bintang Art Space
Read More

01 April 2009

Buruh Migranku Lagi...

Masih hangat dalam ingatan dan belum lagi pupus rasa penasaran tentang temanku si buruh migran yang belum jelas nasibnya. Siang tadi masuk SMS dari seorang teman yang cukup akrab di Multiply, berkeluh kesah tentang kisah yang nyaris sama.

Belum lama dia bercerita tentang keinginannya untuk pulang kampung setelah 12 tahun merantau. Hanya saja nasib sebagai tenaga kerja ilegal hanya memiliki satu pilihan untuk bisa kembali ke tanah air, deportasi.

Sebagai tenaga kerja ilegal memang ada dua pilihan. Menyerahkan diri atau ditangkap. Sama-sama harus ngekos di hotel prodeo, tapi katanya kalo menyerahkan diri tidak selama kalo tertangkap.

Entah bagaimana, tiba-tiba rencananya berubah. Ada agen yang bisa mengusahakan paspor dan mengatur segala sesuatu hingga bisa pulang walau dengan biaya yang cukup besar. Yang bila dirupiahkan mencapai sekitar 15 jutaan.

Rencana kepulangan sempat mundur beberapa kali dengan berbagai keluhan tentang sulitnya menghubungi agen itu menjadi kesehariannya. Dan akhirnya temanku itu mengatakan minggu ini bisa pulang.

Tapi kenapa harus ada SMS mengatakan ada masalah di imigrasi?
Ingat pengalaman kemarin, aku langsung nelpon untuk mendapat kejelasan. Namun belum sempat ngobrol panjang, telpon ditutup setelah ada hardikan yang tak aku pahami artinya.

Aku harap tidak sampai masuk sel seperti temanku kemarin.
Dan semua urusannya segera kelar.
Semoga...

Ilustrasi "Help"
Karya Sri Maryanto
I Report I Decide Exhibition


Read More

Pagi Yang Sendiri

Ada yang berbeda hari ini. Biasanya ketika masuk ke kantor, senyum si Vivie selalu menyambut dengan manis menambah semangat di pagi hari. Hari ini hanya ada meja kosong tanpa penghuni di depanku.

Kemarin hari terakhir dia berstatus karyawan disini. Keputusannya untuk melanjutkan studi ke UI membuatnya harus boyong ke Jakarta. Dia pun sepertinya berat meninggalkan galeri. Tadi malam, jam 23:00 dia baru pulang ke rumah. Dan sebagai kenang-kenangan aku suruh pelukis galeri untuk membuat lukisan diri.

Agak sedih memang ditinggal anak lucu itu. Lebih sedih lagi kalo inget harus cari karyawan baru, ngajarin lagi dari nol, dst dst... Dan aku harus gerak cepat. Karena sampai bulan Juli ada 3 event di Jogja dan 1 event di Jakarta yang harus aku siapkan. Itu pun masih ditambah instruksi si bos untuk menyiapkan pembukaan balai lelang di Singapura bulan Juli.

Ok deh, Vie...
Selamat jalan dan semoga sukses. Aku tak mau berlarut-larut memikirkan kamu. Bukan aku tak sayang lagi, tapi beban berat menumpuk di depan mata. Akan selalu kukenang semua celotehmu. Terutama ucapan terakhirmu, "mas, pinjem pick up buat anter perabotan ke Semarang. Sekalian disupirin yah..."

Hmmmm....
Kebiasaan nyuruh-nyuruh belom ilang juga.
Ga tahu tanggal muda aku sibuknya kayak apa tuh anak.
Dasar...!!!

Read More

Seni Membaca Wajah

Mengamati karya-karya pelukis yang akan pameran tunggal beberapa bulan kedepan dengan tema soul of celebration, aku melihat ada satu kesamaan dari tokoh- tokoh yang dijadikan model, yaitu bibir tebal.

Dalam berbagai literatur yang entah bisa dipertanggungjawabkan entah tidak, pemilik bibir tebal seperti Angelina Jolie, cenderung dianggap memiliki sifat tidak setia dan suka berganti pasangan.

Bibir tebal menunjukkan sifat banyak bicara. Tetapi ini hanya merupakan gambaran kasar karena masih banyak ciri-ciri lain seperti keras hati dan tamak, yang menghambat seseorang untuk mengeluarkan isi hatinya.

Namun demikian, bibir tebal seringkali dikaitkan dengan kepribadian yang terbuka sehingga wanita yang memiliki bibir tipis kerap kali mempertebal bibirnya dengan lipstik agar tampak lebih menawan.

Bila dilihat dari sejarahnya, di Tiongkok kuno, seni membaca wajah sudah dikenal sejak zaman Confucius atau Konghucu. Namun, saat itu membaca wajah bukan untuk kepentingan ramalan, tetapi digunakan oleh para tabib sebagai alat bantu mendiagnosis suatu penyakit.

Praktik pembacaan wajah yang muncul pertama kali pada abad ke-6 SM itu sangatlah rumit. Seorang pembaca wajah terlebih dulu harus mengklasifikasikan bentuk-bentuk wajah secara individual dengan menilai warna, ukuran, serta kecacatan tertentu pada areal wajah. Pada dasarnya, wajah dibagi menjadi 130 area. Setiap area merupakan situasi umur dan kehidupan tertentu. Dengan mengamati lima elemen siklus produktif dan destruktif (kayu, api, tanah, logam, air) dan teori yin-yang, maka seorang pembaca wajah yang terampil mampu memprediksi kejadian tertentu, mendiagnosa penyakit, atau memahami kepribadian seseorang.

Umumnya literatur-literatur fisiognomi yang beredar, didasarkan pada metode analisa karakter Barat yang mempertimbangkan masalah ciri-ciri fisik dan tingkah laku. Di India, pengetahuan fisiognomi seluruhnya bersumber pada kitab-kitab kuno, seperti Purana dan Samudrik Shastra.

Banyak pakar Yunani purba mempelajari fisiognomi untuk menafsirkan berbagai sifat dan karakter melalui berbagai bentuk wajah, warna rambut, anggota badan, dan suara. Karya Aristoteles dan Hippocrates dianggap sebagai bagian dari filsafat praktis paling kuno yang secara sistematis membicarakan fisiognomi itu.

Tahun 1920-an, Edward Vincent Jones, seorang jaksa, bahkan mempelajari fisiognomi untuk mencari indikator karakter penjahat lewat bentuk wajah. Pada 1960-an, psikolog AS, Paul Ekman, menemukan bahwa wajah adalah instrumen yang sangat efisien untuk komunikasi. Dia pun beranggapan bahwa semestinya ada rumus-rumus yang mengatur cara menafsirkan wajah.

Di zaman kerajaan Romawi, membaca wajah merupakan profesi terhormat. Namun, di Inggris masa Ratu Elizabeth I, ilmu fisiognomi begitu dimusuhi, sampai-sampai Sang Ratu memberi titah, Siapa saja yang menguasai ilmu fisiognomi atau "imajinasi fantastik", harus ditelanjangi separuh dada dan dicambuk sampai tubuhnya babak belur. (Membaca Karakter Lewat Wajah, Lailan Young, 1997).

Kenapa pelukis Katirin memilih model berbibir tebal? Apakah dia memang tidak setia atau punya maksud agar lukisanya menjadi buah bibir di kalangan insan seni? Hanya dia yang tahu. Apalagi masalah bentuk bibir yang dianggap seksi, semua orang punya selera masing-masing.

Aku sendiri tak begitu melihat bentuk bibir untuk mengatakan seksi atau tidak. Asalkan bentuknya proporsional dan kelihatan sehat, di mataku tetap tampak indah. Yang penting bukan bibir sumur saja deh...

Ilustrasi "Angelina Jolie, Flower Celebrities Series"
Karya Katirin Tujuh Bintang Art Space


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena