26 April 2009

Pembanding Keseimbangan

Di tengah hiruk pikuk pembukaan pameran semalam, seorang teman menyeretku mojok di kantor. Dia curhat tentang masa lalunya yang terasa mengganggu hubungannya sekarang. Intinya kira-kira begini...

"Aku sering kepikiran mantan cowokku dulu, mas. Dia sih udah ga mengganggu hubunganku dengan yang sekarang. Cowokku sekarang jauh lebih baik dari yang dulu, makanya aku takut dengan pikiran itu. Itu mengganggu pikiranku sendiri, seolah aku selingkuh walau dalam hati saja..."

Mikirin event saja belum beres, rada mumet juga aku memikirkan jawaban yang sedikit tepat. Dan akhirnya aku cuma cerita tentang galeri ini.

Secara ekonomi, galeri ini boleh dikatakan rugi karena pendapatan belum mampu menutup operasional. Galeri bisa hidup ditopang dari penjualan lelang di Jakarta dan di Singapura mulai Agustus nanti. Secara logika, galeri ini ditutup dan fokus di balai lelang. Tapi kenapa itu tidak dilakukan..?

Bagaimanapun kacang tak boleh lupa dengan kulitnya. Kenapa aku bisa ikutan lelang, semua berawal dari galeri ini. Tanpa adanya galeri, tidak akan mungkin aku masuk ke sana apalagi mengambil keuntungan. Orang hidup perlu pembanding untuk menunjukkan adanya sebuah eksistensi walau harus disubsidi.

Walau manusia tak mungkin dibanding-bandingkan, kita tetap butuh itu. Akankah kita merasa pasangan kita sekarang baik bila mantan kita lebih baik..?

Kita perlu penderitaan agar bisa merasakan kebahagiaan. Tak mungkin kan kita selalu berada dalam kesenangan? Agar keindahan itu selalu ada, kita perlu imbangi dengan menerima sebuah kenyataan pahit di lain sisi. Tanpa itu, kita akan berjalan dengan berat sebelah dunk...

Tak perlulah kita memaksakan diri melupakan pengalaman pahit di masa lalu, bila dengan itu kita bisa merasakan manisnya masa kini. Walau utuk sampai ke tahap itu kita perlu pembelajaran yang panjang dan tidak bisa instan. Karena ini menyangkut perasaan.

"Ok, deh mas. Tapi sekarang aku suntuk banget. Temenin jalan yuk..."

Hayyah...
Aku sibuk banget, nduuuk....


Ilustrasi "Seperti Saudara"
Karya Nurkholis
Story Board Exhibition

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena