Satu dari dua tanda tanya kemarin, terjawab satu. Siang tadi telepon berbunyi dan sebuah cerita pendek aku dengar.
Temanku itu memang ditahan saat interview di imigrasi dan harus ditahan semalam di sana. Siang tadi dia dipindah ke rumah tahanan sampai bisa mengurus segala sesuatunya seperti paspor, denda dan tiket pulang.
Bersyukurlah dia karena bekas majikannya mau membantu segala sesuatunya. Sehingga di tahanan paling cuma seminggu sambil menunggu persyaratan administrasi selesai.
Aku pun turut bersyukur walau dalam hati juga sedih. Berapa banyak teman-temanku pahlawan devisa yang mengalami kasus yang sama. Dan berapa gelintir kah yang bernasib baik seperti temanku yang satu ini.
Apalagi bila melihat kenyataan, selama bekerja pun kadang mendapatkan perlakuan kurang manusiawi. Apalagi setelah lepas dari pekerjaan. Apalagi dengan status sebagai warga ilegal.
Ada lagi informasi, bila kondisinya tidak punya uang atau tidak ada yang mengurus. Mereka dipenjarakan di rumah tahanan besar yang mempekerjakan penghuninya dengan bayaran kecil. Setelah dianggap mencukupi untuk membayar administrasi dan ongkos pulang, barulah mereka bisa bebas.
Menunggu uluran tangan pemerintah sama saja menunggu pemerasan lebih jauh. Agaknya perlu pemikiran panjang untuk membuka jalinan benang ruwet yang menimpa saudara-saudara kita di kejauhan sana. Sehingga sebutan pahlawan mendapat tempat yang sebenarnya, minimal di antara kita. Karena pemerintah hanya menyebutnya dibibir saja. Dan dalam realita, mereka tetaplah dianggap pecundang bodoh yang bisa dijadikan mangsa.
Terkutuklah birokrat keparat negara ini...
Ilustrasi "Ayo Bangun"
Karya Saptoadi Nugroho
Tujuh Bintang Art Space
Temanku itu memang ditahan saat interview di imigrasi dan harus ditahan semalam di sana. Siang tadi dia dipindah ke rumah tahanan sampai bisa mengurus segala sesuatunya seperti paspor, denda dan tiket pulang.
Bersyukurlah dia karena bekas majikannya mau membantu segala sesuatunya. Sehingga di tahanan paling cuma seminggu sambil menunggu persyaratan administrasi selesai.
Aku pun turut bersyukur walau dalam hati juga sedih. Berapa banyak teman-temanku pahlawan devisa yang mengalami kasus yang sama. Dan berapa gelintir kah yang bernasib baik seperti temanku yang satu ini.
Apalagi bila melihat kenyataan, selama bekerja pun kadang mendapatkan perlakuan kurang manusiawi. Apalagi setelah lepas dari pekerjaan. Apalagi dengan status sebagai warga ilegal.
Ada lagi informasi, bila kondisinya tidak punya uang atau tidak ada yang mengurus. Mereka dipenjarakan di rumah tahanan besar yang mempekerjakan penghuninya dengan bayaran kecil. Setelah dianggap mencukupi untuk membayar administrasi dan ongkos pulang, barulah mereka bisa bebas.
Menunggu uluran tangan pemerintah sama saja menunggu pemerasan lebih jauh. Agaknya perlu pemikiran panjang untuk membuka jalinan benang ruwet yang menimpa saudara-saudara kita di kejauhan sana. Sehingga sebutan pahlawan mendapat tempat yang sebenarnya, minimal di antara kita. Karena pemerintah hanya menyebutnya dibibir saja. Dan dalam realita, mereka tetaplah dianggap pecundang bodoh yang bisa dijadikan mangsa.
Terkutuklah birokrat keparat negara ini...
Ilustrasi "Ayo Bangun"
Karya Saptoadi Nugroho
Tujuh Bintang Art Space
Birokrasi ala mereka,yang tujuannya hanya buat menggempur dan menindas hak azasi rakyat,trenyuh saya membacanya
BalasHapusEntah harus bagaimana membantu saudara kita yang tak pernah dianggap sebagai warga oleh negaranya
BalasHapus