Mengamati karya-karya pelukis yang akan pameran tunggal beberapa bulan kedepan dengan tema soul of celebration, aku melihat ada satu kesamaan dari tokoh- tokoh yang dijadikan model, yaitu bibir tebal.
Dalam berbagai literatur yang entah bisa dipertanggungjawabkan entah tidak, pemilik bibir tebal seperti Angelina Jolie, cenderung dianggap memiliki sifat tidak setia dan suka berganti pasangan.
Bibir tebal menunjukkan sifat banyak bicara. Tetapi ini hanya merupakan gambaran kasar karena masih banyak ciri-ciri lain seperti keras hati dan tamak, yang menghambat seseorang untuk mengeluarkan isi hatinya.
Namun demikian, bibir tebal seringkali dikaitkan dengan kepribadian yang terbuka sehingga wanita yang memiliki bibir tipis kerap kali mempertebal bibirnya dengan lipstik agar tampak lebih menawan.
Bila dilihat dari sejarahnya, di Tiongkok kuno, seni membaca wajah sudah dikenal sejak zaman Confucius atau Konghucu. Namun, saat itu membaca wajah bukan untuk kepentingan ramalan, tetapi digunakan oleh para tabib sebagai alat bantu mendiagnosis suatu penyakit.
Praktik pembacaan wajah yang muncul pertama kali pada abad ke-6 SM itu sangatlah rumit. Seorang pembaca wajah terlebih dulu harus mengklasifikasikan bentuk-bentuk wajah secara individual dengan menilai warna, ukuran, serta kecacatan tertentu pada areal wajah. Pada dasarnya, wajah dibagi menjadi 130 area. Setiap area merupakan situasi umur dan kehidupan tertentu. Dengan mengamati lima elemen siklus produktif dan destruktif (kayu, api, tanah, logam, air) dan teori yin-yang, maka seorang pembaca wajah yang terampil mampu memprediksi kejadian tertentu, mendiagnosa penyakit, atau memahami kepribadian seseorang.
Umumnya literatur-literatur fisiognomi yang beredar, didasarkan pada metode analisa karakter Barat yang mempertimbangkan masalah ciri-ciri fisik dan tingkah laku. Di India, pengetahuan fisiognomi seluruhnya bersumber pada kitab-kitab kuno, seperti Purana dan Samudrik Shastra.
Banyak pakar Yunani purba mempelajari fisiognomi untuk menafsirkan berbagai sifat dan karakter melalui berbagai bentuk wajah, warna rambut, anggota badan, dan suara. Karya Aristoteles dan Hippocrates dianggap sebagai bagian dari filsafat praktis paling kuno yang secara sistematis membicarakan fisiognomi itu.
Tahun 1920-an, Edward Vincent Jones, seorang jaksa, bahkan mempelajari fisiognomi untuk mencari indikator karakter penjahat lewat bentuk wajah. Pada 1960-an, psikolog AS, Paul Ekman, menemukan bahwa wajah adalah instrumen yang sangat efisien untuk komunikasi. Dia pun beranggapan bahwa semestinya ada rumus-rumus yang mengatur cara menafsirkan wajah.
Di zaman kerajaan Romawi, membaca wajah merupakan profesi terhormat. Namun, di Inggris masa Ratu Elizabeth I, ilmu fisiognomi begitu dimusuhi, sampai-sampai Sang Ratu memberi titah, Siapa saja yang menguasai ilmu fisiognomi atau "imajinasi fantastik", harus ditelanjangi separuh dada dan dicambuk sampai tubuhnya babak belur. (Membaca Karakter Lewat Wajah, Lailan Young, 1997).
Kenapa pelukis Katirin memilih model berbibir tebal? Apakah dia memang tidak setia atau punya maksud agar lukisanya menjadi buah bibir di kalangan insan seni? Hanya dia yang tahu. Apalagi masalah bentuk bibir yang dianggap seksi, semua orang punya selera masing-masing.
Aku sendiri tak begitu melihat bentuk bibir untuk mengatakan seksi atau tidak. Asalkan bentuknya proporsional dan kelihatan sehat, di mataku tetap tampak indah. Yang penting bukan bibir sumur saja deh...
Ilustrasi "Angelina Jolie, Flower Celebrities Series"
Karya Katirin Tujuh Bintang Art Space
Dalam berbagai literatur yang entah bisa dipertanggungjawabkan entah tidak, pemilik bibir tebal seperti Angelina Jolie, cenderung dianggap memiliki sifat tidak setia dan suka berganti pasangan.
Bibir tebal menunjukkan sifat banyak bicara. Tetapi ini hanya merupakan gambaran kasar karena masih banyak ciri-ciri lain seperti keras hati dan tamak, yang menghambat seseorang untuk mengeluarkan isi hatinya.
Namun demikian, bibir tebal seringkali dikaitkan dengan kepribadian yang terbuka sehingga wanita yang memiliki bibir tipis kerap kali mempertebal bibirnya dengan lipstik agar tampak lebih menawan.
Bila dilihat dari sejarahnya, di Tiongkok kuno, seni membaca wajah sudah dikenal sejak zaman Confucius atau Konghucu. Namun, saat itu membaca wajah bukan untuk kepentingan ramalan, tetapi digunakan oleh para tabib sebagai alat bantu mendiagnosis suatu penyakit.
Praktik pembacaan wajah yang muncul pertama kali pada abad ke-6 SM itu sangatlah rumit. Seorang pembaca wajah terlebih dulu harus mengklasifikasikan bentuk-bentuk wajah secara individual dengan menilai warna, ukuran, serta kecacatan tertentu pada areal wajah. Pada dasarnya, wajah dibagi menjadi 130 area. Setiap area merupakan situasi umur dan kehidupan tertentu. Dengan mengamati lima elemen siklus produktif dan destruktif (kayu, api, tanah, logam, air) dan teori yin-yang, maka seorang pembaca wajah yang terampil mampu memprediksi kejadian tertentu, mendiagnosa penyakit, atau memahami kepribadian seseorang.
Umumnya literatur-literatur fisiognomi yang beredar, didasarkan pada metode analisa karakter Barat yang mempertimbangkan masalah ciri-ciri fisik dan tingkah laku. Di India, pengetahuan fisiognomi seluruhnya bersumber pada kitab-kitab kuno, seperti Purana dan Samudrik Shastra.
Banyak pakar Yunani purba mempelajari fisiognomi untuk menafsirkan berbagai sifat dan karakter melalui berbagai bentuk wajah, warna rambut, anggota badan, dan suara. Karya Aristoteles dan Hippocrates dianggap sebagai bagian dari filsafat praktis paling kuno yang secara sistematis membicarakan fisiognomi itu.
Tahun 1920-an, Edward Vincent Jones, seorang jaksa, bahkan mempelajari fisiognomi untuk mencari indikator karakter penjahat lewat bentuk wajah. Pada 1960-an, psikolog AS, Paul Ekman, menemukan bahwa wajah adalah instrumen yang sangat efisien untuk komunikasi. Dia pun beranggapan bahwa semestinya ada rumus-rumus yang mengatur cara menafsirkan wajah.
Di zaman kerajaan Romawi, membaca wajah merupakan profesi terhormat. Namun, di Inggris masa Ratu Elizabeth I, ilmu fisiognomi begitu dimusuhi, sampai-sampai Sang Ratu memberi titah, Siapa saja yang menguasai ilmu fisiognomi atau "imajinasi fantastik", harus ditelanjangi separuh dada dan dicambuk sampai tubuhnya babak belur. (Membaca Karakter Lewat Wajah, Lailan Young, 1997).
Kenapa pelukis Katirin memilih model berbibir tebal? Apakah dia memang tidak setia atau punya maksud agar lukisanya menjadi buah bibir di kalangan insan seni? Hanya dia yang tahu. Apalagi masalah bentuk bibir yang dianggap seksi, semua orang punya selera masing-masing.
Aku sendiri tak begitu melihat bentuk bibir untuk mengatakan seksi atau tidak. Asalkan bentuknya proporsional dan kelihatan sehat, di mataku tetap tampak indah. Yang penting bukan bibir sumur saja deh...
Ilustrasi "Angelina Jolie, Flower Celebrities Series"
Karya Katirin Tujuh Bintang Art Space
Mo komentarin ilustrasinya aja.Wah si mas Katirin punya bakat besar tuh.
BalasHapusaduw jadi malu nich, bibirku juga tebal kayak angelina jolie hehehehe
BalasHapustentang seni membaca wajah juga terdapat dalam buku "You can read a face like a book".
BalasHapus