21 Agustus 2008

Emosi, Lugu dan Onani

Aku baru saja pulang dari sate klatak pasar jejeran ketika celetukan asing masuk di YM. Singkat kata dia itu penggemar dari Yahoo Answer dimana aku lumayan hobi iseng disitu. Dia sebut saja namanya someone walaupun hedsot bergambar cewek, tapi aslinya dia cewek tanpa harus memasang jenis kelaminnya sebagai avatar. Katanya dia tertarik dengan uraianku atas pertanyaannya kemarin.

Bukan masalah jenis kelamin yang bikin aku terkesan, tapi pertanyaannya yang begitu polos dan lugu. "Mas suka onani engga? Soalnya aku suka masturbasi. Normal enggak sih?"

Karena cerita lugu ini sudah melampaui batas 17 tahun, ga ada salahnya kalo aku khususkan untuk penggemar sarmidi saja. Dulu pada waktu belum kenal mesin ketik, aku juga menulis tangan. Tapi begitu tahu mesin ketik dan mesin ketiknya ngadat, keinginan terbesar adalah membeli printer. Kumplit dengan infusannya biar tahan lama.

Obrolan polos tanpa sehelai benang pun berlanjut. "Kenapa sekarang ga suka? Kan nikmat, mas..?"

Kebiasaan menggunakan keyboard membuat hati merasa kurang sreg untuk memegang pensil. Bukan masalah nikmat atau tidak, tapi yang lebih penting adalah unsur kepuasan. Dan kepuasan ini tidak sama dengan kenikmatan. Nikmat mungkin iya, tapi tidak puas. Karena kepuasan bukan sekedar kenikmatan fisik melainkan ada pelibatan emosi yang mendalam. Tanpa emosi itu, kenikmatan hanya terasa sesaat dan lewat begitu saja tanpa kesan. Sungguh tidak menyenangkan.

"Apa ga susah, mas. Aku kok sulit untuk berhenti?"

Semuanya kan tergantung niat dan penilaian masing-masing individu. Tidak bisa hal semacam itu diseragamkan untuk semua orang. Aku cukup bergelut dengan game atau internet sepanjang waktu untuk bisa melupakan itu. Toh bukan kebutuhan sebagaimana kita perlu makan atau tidur. Apalagi dengan beban kerjaan yang mengharuskan aku siap antar jaga dari pagi sampai hampir pagi lagi. Walaupun bagi sebagian orang itu merupakan kebutuhan pokok yang luar biasa penting, katanya...

Pembahasan makin dalam saja sampai akhirnya aku tertegun ketika tertulis di YM, "Boleh ga aku ke jogja. Aku juga ingin tahu seperti apa sih kalo emosi dilibatkan..."

Belum sempat aku jawab langsung aku tutup perbincangan itu dengan say gudbai, karena Kang Pacul sudah tercium baunya di depan galeri. Sambil berjalan keluar aku masih saja memikirkan teman lugu itu. Walaupun berubah dalam pikiran menjadi luguwoblok...!!!

Hmmm...
Kenapa ga langsung datang aja yak...
Atau bener kali kata om pacul, cukup orgasme dengan komputer


4 comments:

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena