18 Agustus 2008

Profesionalisme dan Toilet

Episode satu saya buka wikipedia.
Seorang profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang didirikan seusai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah. Meskipun begitu, seringkali seseorang yang merupakan ahli dalam suatu bidang juga disebut "profesional" dalam bidangnya meskipun bukan merupakan anggota sebuah entitas yang didirikan dengan sah

Cuma itu yang saya temukan ketika saya mencari-cari definisi kata profesional. Saya juga nanya temen tentang arti kata itu.

"Seorang yang profesional itu benar-benar bekerja sesuai prosedur dan pencapaian target yang ditentukan untuk kemudian memperoleh bayaran atas pencapaian-pencapaian sasaran."

Memperoleh dua masukan itu, saya jadi merasa kalo saya bukan seorang yang profesional. Dalam melakukan pekerjaan seringkali saya overdosis dan tidak memikirkan banyak hal asal apa yang ditargetkan tercapai. Sayapun jarang memikirkan berapa profit yang akan saya terima. Yang ada di otak hanya target target dan target serta upaya mencapainya.

Saya malah merasa seperti seorang prajurit tempur yang tidak memikirkan minimnya gaji dan tak bisa korupsi ataupun nyawanya sendiri selain bagaimana caranya membunuh musuh sebanyak-banyaknya dengan amunisi sesedikit mungkin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Lalu seperti apakah yang disebut prajurit profesional itu...?

Episode kedua, saya melihat manager operasional saya.
Jam kerja mulai jam 10:00 dia tidak mau datang sebelum jam itu. Kalo lewat adalah pasti. Termasuk ketika saya dikejar deadline launching Art Space kemarin malam.Sementara yang lain tak pernah memikirkan makan dan tidur, manager itu tetap saja pada tugasnya duduk di depan PC, memeriksa email atau buka friendster.

Termasuk ketika selesai acara, ketika Ibu Direktur pun ikut mencuci gelas-gelas kotor, saya minta untuk membantu di belakang, dia cuma menjawab, "Sori deh mas lagi on nih..." Sambil membuka kulkas, menenggak bir langsung dari botolnya dan terus mengepulkan asap dari mulut lokomotifnya. Tak lupa dia membagi-bagikan kartu nama ke tamu-tamu yang ada disitu dan tak pernah lupa mengingatkan ke semua orang "Saya operational manager tujuh bintang art space...."

Episode ketiga saya jadi berpikir, kapan saya bisa pro seperti itu. Walau saya pikir kayaknya ga mungkin saya bisa setinggi itu. Saya tetaplah comberan tempat orang membuang sampah. Terlalu tinggi buat saya berharap menjadi toilet duduk yang mewah. Walaupun tetap saja saya jongkok nangkring bila beol di toilet semacam itu.

Hmmm...
Manager toilet profesional. Tetap saja bau tai loe...

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena