Meninggalkan Stasiun Gambir diantar hujan lebat tak mempengaruhi keinginanku untuk segera memejamkan mata sebelum aku kedinginan dalam kereta. Alhamdulillah cewek yang duduk di sebelahku cuma melirik waktu aku tanya mau kemana, jadinya aku ga tertimpa resiko menemani ngobrol sepanjang perjalanan.
Sebenarnya yang bikin aku terharu, bukan sekedar lirikan matanya. Tapi arah lirikan ke sandal jepitku itu lho. Setidaknya aku harus bangga, kalo sandal kucel saja bisa menarik sudut mata seorang gadis manis yang entah siapa namanya, apalagi orangnya. Mungkin dia begitu takjub sehingga tak mampu untuk menatap kharisma wajah bututku. Yah, gapapa. Sandal jepitku cukup untuk mewakiliku.
Tiba di Stasiun Jokja jam 3 subuh langsung di culik pasukan pecel di pintu sarkem. Makan-makan sambil melepas kangen trus meluncur ke Amikom. Agak siangan sedikit baru menuju Sukonandi untuk melihat persiapan Contemporary All Star. Bangunan yang baru selesai 70% akhirnya dikebut siang malam. Akupun ikut seperti kehabisan waktu yang berjalan terlalu cepat.
Syukurlah, seminggu sudah aku membantu pasukan pengaduk semen disini. Tampang galeri ini sudah mulai bisa dilihat dengan mata telanjang. Entah kalo melihatnya dengan mata kaki. Listrik, komputer, internet dan jaringan sudah beres. Tinggal pasang hotspot untuk fasilitas internet gratisan di cafe.
Semoga deadline terkejar dan aku bisa segera liburan santai ke tempat mbah Maridjan di lereng Merapi sana. Doain aku mbah, tar kita balapan sepeda ya....
makan-makan
BalasHapus:D
Siap. Kalo berkenan tanggal 17 agustusan di sini aja pakde...
BalasHapusbalapan sepeda asyik tuh, aku suka balapan pi2 an ma suamiku, jadi kayak anak kecil lagi :D
BalasHapusEmang. Masa kecil kan masa paling indah...
BalasHapus