Ada dua orang cewek datang ke galeri yang masih acak-acakan bertanya-tanya tentang lowongan kerja yang ternyata menyebar cepat hanya dalam waktu 3 jam sejak tanggal ditetapkan. Penampilannya cukup cool kalo anak sekarang bilang.
Awalnya saya pikir ini cewek enak diajak ngobrol, ngalor ngidul dari yang terarah sampai ga karuan. Buntut-buntutnya dari sekedar kesan mereka anak gaul, mulai berubah menjadi anak bisa digauli. Mohon maaf bila saya telah berburuk sangka.
Cuma saya heran dengan tingkah manusia jaman sekarang yang kadang begitu idealis tapi untuk sebuah kepentingan harga diri dan kehormatan sepertinya sudah bukan prioritas lagi. Budaya menjual diri sudah merebak sampai ke tingkat yang mengkhawatirkan walaupun mungkin menyenangkan.
Tak salah rasanya kalo saya bilang rasa kemanusiaan semakin menjauh dari diri manusia yang selalu marah kalau disebut binatang. Saya ingat apa yang pernah dibaca di kompas, bahwa budaya menjual diri itu berasal dari monyet yang mungkin benar-benar leluhur kita menurut mbah Darwin.
Monyet jantan diketahui bersedia ’membayar’ untuk dapat kawin lebih sering dengan monyet betina yang disukainya. Imbalan jasa yang ditawarkan kepada monyet betina berupa pelayanan istimewa mengambili kutu di sela-sela rambut.
Transaksi seks di antara monyet tersebut ditemukan Michael Gumert dari Universitas Teknologi Nanyang, Singapura. Ia mempelajari sekawanan monyet makaka berekor panjang yang terdiri dari 50 individu di Kalimantan Tengah selama 20 bulan.
Setiap monyet betina rata-rata melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya 1,5 kali setiap jam. Namun, kecenderungan ini meningkat menjadi 3,5 kali setiap jam setiap kali monyet betina diberi layanan khusus pencarian kutu oleh monyet jantan. Untuk sekali kawin, monyet jantan harus mencari kutu rata-rata selama 16 menit.
Jual beli seks di antara monyet-monyet tersebut juga dipengaruhi hukum pasar. Jika di sana terdapat beberapa monyet betina, ongkos yang harus dibayar pun menurun. Seekor monyet jantan cukup mencari kutu selama 8 menit untuk bisa kawin dengan betina yang diinginkannya.
Karena kutu sekarang sudah mulai jarang, keinginan mencari pekerjaan atau sekedar ditraktir bakso bisa mendapat imbal jasa pelayanan bakso mentah. Manusia dan kemanusiaannya benar-benar berada di simpang jalan. Walau berbeda tapi tetap saja itu mencerminkan kebinatangan mulai memasuki dunia manusia. Tapi tetap saja kita sering ngamuk kalo dibilang binatang.
Cuma teman saya di Bandung saja yang bangga disebut binatang. Bahkan dia tulis dan publish dimanapun dia berada. Makhluk unik itu namanya Dudung bin Atang.
Awalnya saya pikir ini cewek enak diajak ngobrol, ngalor ngidul dari yang terarah sampai ga karuan. Buntut-buntutnya dari sekedar kesan mereka anak gaul, mulai berubah menjadi anak bisa digauli. Mohon maaf bila saya telah berburuk sangka.
Cuma saya heran dengan tingkah manusia jaman sekarang yang kadang begitu idealis tapi untuk sebuah kepentingan harga diri dan kehormatan sepertinya sudah bukan prioritas lagi. Budaya menjual diri sudah merebak sampai ke tingkat yang mengkhawatirkan walaupun mungkin menyenangkan.
Tak salah rasanya kalo saya bilang rasa kemanusiaan semakin menjauh dari diri manusia yang selalu marah kalau disebut binatang. Saya ingat apa yang pernah dibaca di kompas, bahwa budaya menjual diri itu berasal dari monyet yang mungkin benar-benar leluhur kita menurut mbah Darwin.
Monyet jantan diketahui bersedia ’membayar’ untuk dapat kawin lebih sering dengan monyet betina yang disukainya. Imbalan jasa yang ditawarkan kepada monyet betina berupa pelayanan istimewa mengambili kutu di sela-sela rambut.
Transaksi seks di antara monyet tersebut ditemukan Michael Gumert dari Universitas Teknologi Nanyang, Singapura. Ia mempelajari sekawanan monyet makaka berekor panjang yang terdiri dari 50 individu di Kalimantan Tengah selama 20 bulan.
Setiap monyet betina rata-rata melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya 1,5 kali setiap jam. Namun, kecenderungan ini meningkat menjadi 3,5 kali setiap jam setiap kali monyet betina diberi layanan khusus pencarian kutu oleh monyet jantan. Untuk sekali kawin, monyet jantan harus mencari kutu rata-rata selama 16 menit.
Jual beli seks di antara monyet-monyet tersebut juga dipengaruhi hukum pasar. Jika di sana terdapat beberapa monyet betina, ongkos yang harus dibayar pun menurun. Seekor monyet jantan cukup mencari kutu selama 8 menit untuk bisa kawin dengan betina yang diinginkannya.
Karena kutu sekarang sudah mulai jarang, keinginan mencari pekerjaan atau sekedar ditraktir bakso bisa mendapat imbal jasa pelayanan bakso mentah. Manusia dan kemanusiaannya benar-benar berada di simpang jalan. Walau berbeda tapi tetap saja itu mencerminkan kebinatangan mulai memasuki dunia manusia. Tapi tetap saja kita sering ngamuk kalo dibilang binatang.
Cuma teman saya di Bandung saja yang bangga disebut binatang. Bahkan dia tulis dan publish dimanapun dia berada. Makhluk unik itu namanya Dudung bin Atang.
Whooo dasar. Kirain cerita bokep. Malah kethek...
BalasHapusMemang menyedihkan...
BalasHapuswew ngeri monyet mania! hal jorok tidak cocok untuk otak Q yang keren
BalasHapusWaduh, jangan jangan darwin bener yah
BalasHapushmmm...ada monyet jadi pelacur yah ... miyabi monyet bukan ??? :D
BalasHapus@Tukangebeg
BalasHapusDasar otak kotor
@Iie
Kok sedih?
@Didta
Bukan keturunan monyet tho..?
@ninomous
Penggemar darwin juga yak?
@mantan kyai
Monyet sekarang cakep-cakep kok...
itu gambar kethek tho .... tak kiro golekan :P
BalasHapuskeren postingannya...
BalasHapusternyata bukan manusia aja yg bisa serti itu.... Hewan juga sudah bisa..ehehehee