Seandainya Aku Bukan Anakmu...
.... dan hanya seekor anak anjing
akankah kau izinkan aku makan dari pingganmu, Bunda tercinta?
seandainya aku hanya seekor burung
akankah engkau terus merantaiku agar aku tak bisa terbang?
kalau begitu halnya, aku akan pergi
aku tak akan mau lagi menyentuh makanan yang kau berikan padaku ..
aku tak akan membiarkan engkau menaruhku di dalam tanganmu lagi
Aku akan terbang jauh ke dalam hutan
dan tak akan pernah kembali padamu lagi ...
(Rabindranath Tagore)
Apakah benar sangkaan bahwa orangtua kandunglah yang selalu paling hebat mencintai anaknya, sedangkan orang lain tidak? Kenyataannya, menurut Seto Mulyadi, sekitar 70 persen kekerasan terhadap anak dilakukan oleh orangtua. Data KPAI malah menyebut angka 80%/
Bagaimana bila ada seorang anak menulis kalimat seperti ini tentang ibu kandungnya? "Saya lapar, ibu saya telat memberi makanan, dan mengunci makanan di lemari padahal itu hanya tempe atau tahu. Pernah ibu marah-marah dikira saya mencuri tempenya. Setiap pagi saya bantu ibu untuk mengepel, membersihkan rumah dan memasak, tetapi setelah dimasak, makanan ditaruh di lemari dan dikunci. Saya sering puasa, dari puasa tiap hari dan puasa nabi Daud (sehari makan sehari tidak) ...."
Kelak, "Aku akan terbang jauh," pikiran si anak pun melayang tinggi, dan akhirnya ia berhasil berlayar ke arah matahari, sampai bertemu laut yang hijau. (Someone di Eropa , terimakasih untuk kisahnya).
Anak-anak yang nasibnya jauh lebih mengerikan dari kasus Someone di atas masih banyak. Tidak kurang, ribuan mungkin jutaan anak-anak di berbagai belahan dunia menjadi obyek pelampiasan dan pengalihan sasaran kemarahan atau perasaan stres dari orangtuanya. Entah karena lelah bekerja, atau ketika ketika hubungan suami/istri yang semula harmonis berubah menjadi "ajang pertarungan", ayah yang menceraikan ibu, ayah menikah lagi, ibu sibuk bekerja, ayah di PHK, ibu yang depresi, ayah kecanduan judi, ibu meninggalkan ayah, dan macam-macam beban hidup lainnya.
Dampaknya terhadap anak-anak sungguh mengerikan. Ada orangtua yang melukai, menyiksa, atau menganiaya secara fisik, seperti memukul, melempar, menendang, mengguyur dengan air, dll. Anak tidak hanya luka ringan, luka berat, namun juga meninggal dunia.
Ada juga yang mengganggu dan menekan emosi anak sehingga anak menjadi takut, tidak berani mengungkapkan pendapatnya, menjadi penurut, tak kurang pula yang memilih melakukan kekerasan seksual seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, membuat foto porno, pelacuran anak, dan perdagangan anak.
Begitulah, makhluk-makhluk mungil itu diam-diam "mati" di tangan ayah-bundanya sendiri. Hanya satu kali manusia hidup. Dan hidup yang satu itu pun mereka serahkan ...
Anak-anak bukanlah "sampah" yang bisa diperlakukan seperti apa saja, yang kehadirannya seolah tidak pernah dikehendaki. Mudah-mudahan lebih banyak orangtua yang punya kasih dibanding yang tidak, lebih banyak orangtua yang menghidupi ketimbang membunuh, dan lebih banyak orangtua yang menampung daripada yang mengusir ...
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih