Punya ortu yang hanya bertetanggaan kecamatan memang enak. Setiap mudik cukup satu kali jalan dan tak perlu pontang-panting. Setelah dua hari di Sarwadadi, hari ini jadwalnya menengok ortu di Cilongkrang.
Pulang kampung buatku tak sekedar menengok orang tua saja. Namun menjadi sarana mengenalkan Citra ke alam bebas. Udara pedesaan yang relatif bebas polusi membuatku merasa lebih bebas untuk "mengumbar" Citra di luar rumah. Apalagi kondisi lingkungan di rumah ortu sangat berbeda, jadi apa yang dirasakan Citra kuharap bisa lebih beragam.
Sarwadadi lingkungannya merupakan dataran rendah dikelilingi pesawahan yang luas. Wangi padi yang tertiup angin seolah menjadi aroma terapi yang alami. Berbeda dengan kondisi di Cilongkrang yang didominasi pegunungan yang menghijau oleh perkebunan karet. Membawa Citra ke perkebunan terasa cukup mengasyikan. Atau mengajaknya bermain-main dengan anak kelinci peliharaan mbah aung.
Menikmati damainya alam pedesaan membuat sering terbersit rasa untuk kembali ke desa. Terinspirasi lagunya Ahmad Albar tentang huma di atas bukit, sering aku melamunkan punya rumah mungil di puncak bukit kecil dikelilingi kebun bunga. Tapi entah kapan angan itu bisa terwujud bila melihat sempitnya peluang usaha di desa. Pemerataan pembangunan hanya slogan kosong calon pejabat saja. Atau mungkin desa memang dibiarkan tetap sunyi agar aku tetap punya tempat bebas polusi untuk mengajari Citra tentang alam bebas.
Sungguh...
Seringkali aku merindukan kembali dan hidup di desa seperti masa kecilku dulu...
NB.
Mumpung di pinggir hutan, malem 1 suro mending tirakat ngalap berkah aja apa ya..? Eh, kalo bertapa boleh disambi smsan apa onlen ga sih..?
Mobile Post via XPeria
Pulang kampung buatku tak sekedar menengok orang tua saja. Namun menjadi sarana mengenalkan Citra ke alam bebas. Udara pedesaan yang relatif bebas polusi membuatku merasa lebih bebas untuk "mengumbar" Citra di luar rumah. Apalagi kondisi lingkungan di rumah ortu sangat berbeda, jadi apa yang dirasakan Citra kuharap bisa lebih beragam.
Sarwadadi lingkungannya merupakan dataran rendah dikelilingi pesawahan yang luas. Wangi padi yang tertiup angin seolah menjadi aroma terapi yang alami. Berbeda dengan kondisi di Cilongkrang yang didominasi pegunungan yang menghijau oleh perkebunan karet. Membawa Citra ke perkebunan terasa cukup mengasyikan. Atau mengajaknya bermain-main dengan anak kelinci peliharaan mbah aung.
Menikmati damainya alam pedesaan membuat sering terbersit rasa untuk kembali ke desa. Terinspirasi lagunya Ahmad Albar tentang huma di atas bukit, sering aku melamunkan punya rumah mungil di puncak bukit kecil dikelilingi kebun bunga. Tapi entah kapan angan itu bisa terwujud bila melihat sempitnya peluang usaha di desa. Pemerataan pembangunan hanya slogan kosong calon pejabat saja. Atau mungkin desa memang dibiarkan tetap sunyi agar aku tetap punya tempat bebas polusi untuk mengajari Citra tentang alam bebas.
Sungguh...
Seringkali aku merindukan kembali dan hidup di desa seperti masa kecilku dulu...
NB.
Mumpung di pinggir hutan, malem 1 suro mending tirakat ngalap berkah aja apa ya..? Eh, kalo bertapa boleh disambi smsan apa onlen ga sih..?
Mobile Post via XPeria
aku sekarang punya kampung Om... ikutan suami... kalo lebaran pulkam ke desa >.<
BalasHapusbtw adeeeeeek... makin lucu ajah >.<
kayaknya boleh :D
BalasHapushmmm..., aroma tanahnya segar terasa. beLum banyak sentuhan beton bertingkat. duLu, entah sekarang.
BalasHapus