08 Desember 2010

Pulang haji

Musim pulang haji seperti sekarang ini, kondisi di kampung jadi lumayan hiruk-pikuk. Banyak orang berlalulalang mengunjungi tetangga atau kerabat yang baru pulang haji. Walau ini tentang ibadah, namun perbedaan antara si kaya dan paspasan cukup kentara.

Dimulai sejak akan berangkat, yang termasuk golongan berpunya biasanya akan menggelar pengajian besar-besaran. Saat akan berangkat ke asrama haji, mereka menyediakan bus atau truk untuk mereka yang mau mengantar. Tak heran bila jalanan sampai kusut karena tiap orang bisa dikawal massa sampai 3 truk. Saat kembali pun masyarakat yang menyambut luar biasa antusias. Sampai-sampai mereka menyediakan air mineral beberapa galon dan tiap galonnya ditambah air zam zam satu gelas agar semua kebagian. Sayangnya suasana yang seharusnya religius itu suka diganggu dengan bisik-bisik pengunjung, "kebagian oleh-oleh apa yah..?"

Mereka yang termasuk golongan mau berangkat haji harus puasa sampai bertahun-tahun biasanya tak terlalu hiruk pikuk oleh massa. Malah ada yang tak bisa beli oleh-oleh disana karena bekal yang paspasan. Sudah tahu kondisinya paspasan gitu, masih ada tamu yang sedikit monyong ketika bertandang pasca haji dan cuma disuguh salak pondoh.

Haji mungkin memang ibadah yang berbeda dengan ibadah lainnya. Tapi sayangnya sebagian dari kita lebih suka memandang ekslusifitasnya dari nilai uang yang harus dikeluarkan agar bisa berhaji. Bukan dari perubahan akhlak setelah punya titel H didepan namanya. Aku pikir percuma saja buang uang dan energi keluyuran sampai ke arab bila setelah itu tak ada perubahan yang berarti.

Mungkin ini berkaitan dengan mitos yang berkembang di masyarakat, bahwa bila pulang haji orang bisa lebih cepat kaya. Dikatakan berdoa di masjidil haram paling mustajab, niat berhaji seringkali melenceng bukan untuk melaksanakan rukun kelima, tapi untuk meminta sesuatu yang konon 99% makbul. Tak heran bila ada yang pulang haji malah jadi tambah pelit. Apalagi di kalangan pejabat negara. Lihat saja berapa banyak dari mereka yang bertitel haji. Namun perbuatan mereka tetap saja tidak memihak rakyat. Berangkat haji pakai uang hasil korupsi, pulang haji pantas saja tambah getol nyolong duit rakyat. Aneh saja ketika ada media yang berkata depag merupakan salah satu sarang penyamun. Trus bagaimana departemen lain..?

Alangkah indahnya bila ekslusifnya haji bukan sekedar menambah nama depan agar lebih panjang. Sampai-sampai ngambek ke pegawe kelurahan karena kelupaan tidak menambahkan titel baru didepan namanya. Setelah haji, bisa dikatakan sempurna ibadah telah dijalani semua rukun islam. Perubahan moral dan akhlak lah yang aku pikir harus jadi kebanggaan. Tapi kebanggaan secara tersirat saja. Bila terlalu bangga dengan segala amalnya tapi harus didepan wartawan tipi ya sama juga boong.

Haji adalah ibadah mahal yang kuncinya di hati. Naik haji bolak-balik tanpa merubah hati menjadi lebih baik sama saja cuma pelesiran doang. Semoga menjadi haji yang mabrur dan tidak sekedar mabur. Sehingga semua perkataan dan perbuatan sesuai dengan nama barunya, Haji Muhammad Rawin misalnya. Kalo tidak bisa, ganti saja nama itu dengan nama Haji Ngan Tengik...

Mobile Post via XPeria

7 comments:

  1. Aku setuju Sob.. kadang aku malah mikir, buat apa bikin pesta kepulangan yg dananya melebihi dana berangkat ke tanah Suci ya... Hem... susah juga nie...

    Semangat Sob :P

    BalasHapus
  2. well,,,,gelar haji saja memang tidak cukup untuk mengubah hati seseorang

    BalasHapus
  3. hu um Om...
    kadang koq ya mikir kenapa bisa sebanyak itu yang mengantar dan menjemput... dan kemudian euforia setelahnya seakan hanya sekedar menanyakan oleh-oleh... >.< emang wisata yah >.<

    BalasHapus
  4. oLeh-oLeh seperti barang paLing berharga yang bisa diterima para penjemput dan tetangga dekat, padahaL dibaLik itu ada haL yang Lebih penting dari kepuLangan beLiau. yakni, diharapkan ada perbaikan pada kepribadian bersangkutan dan bermanfaat bagi Lingkungan sosiaL.

    BalasHapus
  5. bener.. berangkat haji tuh berat.. banyak yang akhirnya berubah tujuan jadi piknik dan nyari oleh-oleh plus foto-foto.. yang malah menggugurkan mabrurnya haji itu..

    tapi ya tetep banyak yang ngantri naik haji tuh!

    BalasHapus
  6. ngomongin masalah Haji...

    aku sih paling sebel kalo ada orang yang minta dipanggil dengan embel embel Haji di depan namanya
    padahal aku pikir, titel Haji itu bukan manusia yang berhak memberikan, tetapi Tuhan...

    BalasHapus
  7. tapi memang di Indonesia mah, gelar haji dianggap penting, apalagi buat orang-orang yang mau jadi tokoh masyarakat, orang akan lebih memandang ketika gelarnya haji. mudah2xan kita tidak seperti itu, terima kasih sharenya.

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena