30 April 2011

Tuan Tanah

Namanya Uweldi. Seorang petugas keamanan di kantor yang sebenarnya tak perlu sampai begitu. Waktu perusahaan tambang belum berdiri, beliaulah tuan tanah tempat kantor ini dibangun. Begitu luas kebun karet yang dia kelola. Namun tertarik memiliki uang hampir 300 juta secara instan, lahan usahanya itu berpindah tangan dengan nilai penggantian sekitar 15 juta per hektar.

Tak lagi memiliki usaha, dia melamar menjadi karyawan tambang. Kurangnya skil yang dia miliki membuatnya harus merelakan diri menjadi seorang satpam. Posisi itupun sebenarnya sedikit dipaksakan karena tidak ada dasar pengetahuan keamanan sama sekali, selain modal sebagai yang punya kawasan. Dia termasuk rajin dalam bekerja dan tak pernah aku lihat bolos. Namun dia memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan tak jarang main hajar saat terjadi salah komunikasi. Tak heran ketika latihan rutin, ada polisi instruktur yang digamparnya. Kadang diapun tak pernah merasa bersalah ketika ngantor sambil bertelanjang dada.

Di mataku, Uweldi adalah simbol budaya lokal yang jarang berpikir panjang tentang status. Bukan bermaksud rasialis, namun aku melihat begitu banyak perbedaan kebiasaan penduduk setempat dengan pendatang. Bila kita jalan-jalan di daerah Danau Salak yang didominasi pendatang dari Jawa, perkebunan karet rakyat begitu teratur dan terawat. Berbeda dengan perkebunan karet di seputaran tambang yang dikelola penduduk setempat, tanaman karet seperti tumbuh liar dan tak ubahnya hutan penuh belukar.

Padahal dengan dirawat teratur, satu hektar lahan karet bisa menghasilkan sekitar satu kuintal getah karet mentah perbulan dengan harga perkilonya saat ini mencapai 17 ribu perak di tempat. Tanpa perawatan yang baik, wajar bila menjual tanah dianggap lebih menghasilkan uang karena hasilnya tak seberapa. Seolah tak pernah ada rasa kehilangan atas tanahnya, karena setelah tak punya lahan dia bisa buka hutan untuk mendapatkan lahan baru. Mungkin itu sangat masuk logika ekonomi. Toh dia juga bisa maksa kerja di perusahaan yang membeli tanahnya daripada sekedar jadi pekebun. Bisa jadi dia berpikir jadi karyawan berseragam lebih terhormat daripada petani karet yang dekil. Melupakan bahwa dengan profesi petaninya itu dia berhak menyandang gelar sebagai seorang entrepreneur.

Walau pilihan hidup merupakan hak masing-masing orang, tetap saja aku merasa iba dengan pola pikir semacam itu. Kapan penduduk lokal bisa maju bila mereka lebih suka menjadi warga jajahan di tanah airnya sendiri. Sementara kekayaan alam dari perut buminya dikeruk habis-habisan dan uangnya diboyong ke Jawa atau bahkan keluar negeri hanya menyisakan sedikit saja di kantong penguasa setempat.

Kapan Uweldi dan Uweldi yang lain bisa diberdayakan agar mereka menjadi penguasa ekonomi di tanahnya sendiri..?
Read More

Penampakan Hantu

Bicara tentang hantu sebenarnya sama saja kita bicara mengenai sesuatu yang remang-remang antara ada dan tiada. Aku sendiri tak pernah bisa mendefinisikan penampakan itu sebagai hal yang nyata atau sekedar ilusi. Bisa dibilang nyata, karena memang keberadaan mereka diakui oleh semua agama dengan nama yang berbeda-beda. Dibilang ilusi, karena orang awam bisa melihat mereka seringkali setelah dia mendengar cerita tentang keberadaannya di tempat itu. Berbagai efek seperti merasa dingin atau merinding jarang terasa oleh orang yang belum tahu sama sekali cerita tentang hantu disitu. Jadi bisa saja unsur sugesti yang membuat penampakan itu ada. Karena banyak orang bilang disitu ada hantunya, rasa takut berlebihan mulai mengganggu jaringan otaknya sehingga apa yang sebenarnya tidak ada serasa ada.

Di areal tambang, orang sering mengatakan seputaran toilet sebagai daerah angker. Orang-orang baru kiriman dari Jawa yang seringkali sakit setelah beberapa hari di tambang, suka dihubungkan dengan dia buang air di toilet tanpa permisi. Biasanya akan sembuh setelah diobatin oleh tetua adat setempat dengan telur ayam dan dia disuruh minta maaf sekaligus mengenalkan diri mau ikut cari rejeki disini.

Sepintas rada masuk akal. Tapi bila melihat pengalamanku sendiri yang begitu datang tidak langsung ke tambang tapi tetap sakit dan beberapa hari kemudian sembuh, aku pikir sakit itu hanya karena kaget atas perubahan cuaca atau suasana hutan. Namun biar begitu, aku pikir apa salahnya aku menghormati kebiasaan setempat. Setiap kali mau kencing di tempat asing, aku suka bilang dulu. "Mbah, minggir bentar aku mau kencing. Tar kalo udah, boleh deh boboan lagi disini..."

Di jalur pengangkutan batu bara, tak jauh dari tambang ada tempat yang disebut simpang BGH. Disitu katanya ada sosok serem yang suka bikin kendaraan celaka. Memang bila melihat data kecelakaan, disitu termasuk tinggi angkanya. Bisa jadi sopir kaget dengan adanya penampakan lalu mobilnya tergelincir ke selokan atau nubruk kendaraan lain. Namun bisa juga sebenarnya dia meleng. Agar tidak terlalu disalahkan, sopir mengkambinghitamkan hantu penunggu simpang.

Trus satu lagi di cempedak tunggal, di jalur arah pelabuhan yang dihuni oleh kuntilanak. Kalo disini aku punya pengalaman sendiri. Saat itu belum terlalu malem, sekitar jam sebelasan. Nyopir seorang diri dengan kondisi badan teramat lelah karena sebelumnya sempat terperosok di kubangan sampai 2 jam baru bisa naik. Karena sering dengar orang cerita, sebelum sampai tempat itu rasanya sudah merinding. Spion depan sampai aku balik, takut tiba-tiba ada penumpang gelap di kabin belakang.

Lagi sibuk mewaspadai kabin belakang, tahu-tahu ada sosok berambut panjang duduk manis di jok samping. Engga sampai histeris sih, cuman njimprak doang. Tapi yang jelas jantung mpot-mpotan ga karuan. Boro-boro pengen minta kenalan dan nanya nomer hape, mau nengok ke kiri saja ga berani blas. Ga jelas berapa jauh dia ngikut, soalnya sedetik saja serasa sejam. Yang pasti sesudah merasa jagoan dan mencoba curi-curi pandang, tuh mahluk sudah ga ada. Jadinya aku tak pernah bisa meyakini itu nyata atau sekedar buah dari ketakutanku saja. Soalnya begitu aku sudah merasa tak takut lagi, sosok itu sudah tak ada lagi. Atau mungkin dia kabur karena sebel ya..? Niatnya ngecengin orang jelek, tapi nemunya orang cakep walau baunya kecut..?

Namun ada benang merah dari beberapa penampakan yang pernah aku rasakan sepanjang hidup. Aku jadi bisa menyimpulkan bila dunia perhantuan pun megikuti kondisi dimana dia berada. Soalnya kalo lihat drakula begitu keren pake jas, karena memang dia tinggal di Eropa. Atau hantu dari negara berkebudayaan tinggi semacam China, vampirnya pun pakai pakaian bangsawan tradisional yang antik.

Nah kalo hantu Indonesia, buset dah...
Dari aku kecil sampe setua gini, tetep saja pake baju putih lusuh dan rambut awut-awutan. Apa susahnya sih buka-buka internet liat tren mode jaman sekarang. Kayaknya keren tuh kalo ada kuntilanak direbonding atau pocong pakai tank top...

Foto diambil dari sini


Read More

29 April 2011

Mister Amblas

Benar-benar hari yang menyebalkan untuk urusan bahasa. Sedih juga kalo ingat pepatah, bahasa menunjukkan bangsa. Bahasa yang aku temukan disini benar-benar ancur. Apakah ini juga menunjukkan bahwa bagian dari bangsa kita disini juga dalam kondisi ancur..?

Seperti beberapa hari lalu ketika ibu dapur ribut air mampet. Aku minta tolong karyawan bagian pembelian untuk membeli filter air. Ketika dia kembali dan menyerahkan bungkusan, sontak aku komplen. Yang aku minta filter air tapi dibawakan filter udara. Setelah diskusi pendek campur cekcok, akhirnya aku temukan akar permasalahannya. Dia bilang ke tokonya sok gaul, air filter bukannya filter air. Pantes...

Hari ini ceritanya lain lagi. Datang rombongan tamu dari Malaysia, kayaknya investor yang digandeng perusahaan untuk pembangunan PLTU. Di tengah perjalanan, ndilalah mobilnya selip dan terperosok. Yang dalam bahasa orang sini disebut amblas. Karena sopir ditanya bahasa Melayu malah bingung, beliau kemudian nanya pakai bahasa Inggris. "What happen..?"

Sambil celingukan sopir jawab, "emyu spik amblas ser..?"
Aku tanya ngomong apa barusan, dia jawab, "apa kamu ga tahu kalo amblas..?"
Buset dah..

Sopir lalu sibuk bermanuver agar mobil bisa keluar kubangan. Mungkin karena sedikit ngeri dengan gaya sopir, si mister itu nanya lagi, "what are you doing..?"

Sopir melirik sambil berbisik, "nanya apa dia..?"

"Kamu lagi ngapain, mobil diendut-endut begini..?"

"Enjoy aja mister, litel bekstrit, its oke deh.."

Aku tanya lagi, "Ngomong apaan lo..?"

"Tenang, mundur dikit juga beres..."

Halah...
Dasar mister amblas...
Read More

Anyang-anyangen

Gara-gara begadang dan kayaknya kebanyakan ngopi semalem, pagi-pagi di kantor kena anyang-anyangen. Sakitnya minta ampun di perut bagian bawah dan bolak-balik ke kamar mandi tapi keluar pipisnya cuma dikit.

Selama ini, yang ada dalam benakku tentang sakit ini adalah minum air yang kurang matang atau direbus ga sampe mendidih. Atau minum air panas campur air dingin. Ini memang sering aku lakukan karena dispenser yang ada di mess tidak ada dingin normal. Adanya dingin es dan panas, jadi kalo mau minum segera suka aku campur. Pengobatan tradisional ala Jawa sih biasanya cukup dengan mengikat jempol kaki dengan ijuk. Aku cari-cari sapu ijuk disini ga nemu. Nanya ke orang sini resep tradisionalnya malah bingung menjelaskan arti kata anyang-anyangen.

Cari refrensi medis di google malah nemunya sedikit mengerikan. Mengutip dari sini, sebagai berikut :

Secara medis anyang-anyangen adalah radang kandung kemih dan saluran kencing. Radang ini disebabkan oleh kuman (infeksi) yang menyerang lapisan lendir pada permukaan dalam kandung kemih dan saluran kencing tersebut. Apabila tidak segera diobati dengan tepat akan menjadi infeksi kronis (menahun) yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi.

Komplikasi tersebut, diantaranya:
1. Dapat merangsang timbulnya batu pada kandung kemih.
2. Saluran kencing dapat tersumbat yang penanganannya memerlukan operasi.
3. Kuman dapat menjalar ke atas dan menyerang ginjal.
4. Pada laki-laki dapat menyebabkan sumbatan saluran sperma yang dapat menyebabkan kemandulan.

Dari milis kesehatan mengatakan begini :

Saran sih cek dulu ke lab, yg diperiksa:
-urine lengkap
-preparat gram bakteri n jamur
-darah lengkap, gula darah sewaktu, n ureum creatinin.

Min point 1 n 2 wajib kalau mau tau sebabnya

Kaget juga bila memang segawat itu. Baru ngerti bila pengobatannya harus pakai antibiotik segala. Tapi mau ke rumah sakit sekarang rada males oleh jaraknya ke kota. Pertolongan pertama aku pakai cara kampung aja deh. Perbanyak minum air putih. Semoga bisa menolong.

Ada sumbang saran atau pendapat..?
Yang penting jangan nyuruh pulang kampung cepet-cepet ya...
Read More

Satu Lagi Pergi

Walau sudah menjadi kepastian bahwa setiap pertemuan selalu diakhiri dengan perpisahan, namun tetap saja aku sulit menepis rasa kehilangan saat hukum alam itu berlaku. Apalagi ketika yang harus pergi adalah orang-orang yang seide dan sepemahaman. Kenangan atas kebersamaan itu terasa sekali menusuk dalam hati. Bahkan tak jarang aku sampai merasa putus asa sesaat ketika pertama kali mendengarnya.

Seperti saat ini. Seorang kepala workshop, teman baikku selama disini bilang akan mengajukan surat pengunduran diri ke perusahaan. Walau aku paham dengan carut marutnya suasana kerja disini, tetap saja aku kaget dengan keputusannya. Selama ini dia aku anggap teman yang akan mampu bertahan dan bisa merubah jalannya perusahaan menjadi lebih baik. Semenjak dia datang 3 bulan lalu, aku langsung bisa dekat dengannya. Dengan dialah aku bisa banyak bertukar pikiran tentang pekerjaan.

Memang ada satu pemeo disini. Seorang karyawan yang mampu bertahan lewat dari 3 bulan, berarti dia berhak menyandang gelar jagoan. Semenjak kedatanganku 4 bulan lalu, entah berapa orang teman baruku yang datang dan pergi. Aku sendiri terhitung sudah 3 kali kabur dan selalu kembali setelah perusahaan menawarkan negosiasi.

Yang jadi sebab dari semua itu sebenarnya bukan hal yang terlalu prinsip. Jarang sekali masalah teknis yang tak bisa aku tangani. Justru masalah-masalah non teknis yang membuatku harus beberapa kali ngambek. Mungkin karena manajemen perusahaan yang menggunakan sistem keluarga bercampur hukum rimba, makanya banyak karyawan yang tidak tahan. Budaya tulisan belum membudaya disini. Tidak ada notulen rapat yang ditandatangani penguasa perusahaan, sehingga di rapat berikutnya hasil yang sudah matang kembali menjadi mentah. Rapat dan rapat adalah sesuatu yang teramat membosankan disini.

Bila mengikuti kata hati, sebenarnya aku juga berat untuk bertahan. Namun aku berusaha mencari hikmah di balik musibah. Paling tidak bila aku terpaksa hengkang, aku harus bisa membawa sesuatu yang berguna untuk masa depan. Aku melihat banyak peluang disini. Begitu banyak tambang kecil-kecil dan liar tanpa sistem yang bisa jadi lahanku. Apalagi yang sedang aku bangun saat ini adalah sistem informasi manajemen dari hulu sampai hilir. Paling tidak aku harus selesaikan ini agar aku punya sampel saat aku tawarkan ke perusahaan lain.

Satu hal lagi yang tak kalah pentingnya adalah aku harus mendapatkan teman sebanyak mungkin disini. Andai saja aku tak mampu menyelesaikan pekerjaan, minimal ada teman yang tahu bahwa aku bisa sesuatu yang mungkin dia butuhkan di tempatnya yang baru. Selain itu aku juga harus bisa mengumpulkan data segala peluang yang bisa aku kerjakan di sekitar sini. Tapi peluang kerja atau usaha cari rejeki lho ya. Kalo cari-cari yang lain, haduh bisa gawat. Bisa-bisa aku pulang tanpa gagang tar...

Selamat jalan, teman...
Semoga segera menemukan posisi baru yang lebih menjanjikan
Yang penting jangan lupa ajak-ajak temanmu yang masih teraniaya disini


Read More

Malam di Tambang

Menikmati malam di tambang memang susah diungkap dengan kata-kata. Apalagi setelah hujan turun yang membuat aktifitas mesin-mesin penggeruk isi bumi terhenti. Suasana berubah sunyi dan hanya suara-suara binatang malam yang terdengar keluar dari hutan di sekelilingku. Belum lagi panorama syahdu sang bulan yang mengintip malu-malu dari balik mendung kelabu.

Wah, pemandangan ini benar-benar mengingatkanku pada apa yang pernah aku tinggalkan sejak 10 tahun lalu. Dulu hampir setiap minggu aku mendaki puncak-puncak pulau Jawa hanya untuk menemukan kesunyian semacam ini. Walau banyak orang membenci rasa sepi, namun aku selalu merindukan duduk termenung di alam yang sunyi. Sengaja menjauh dari hiruk pikuk peradaban atau mungkin lebih tepat disebut kebiadaban kota.

Selalu ada rasa dekat dengan sesuatu yang tak terjangkau akal logika saat berada di alam bebas seperti ini. Keheningan malam selalu membawaku hanyut dan tersadar betapa kotornya kehidupan yang aku jalani. Di saat seperti ini, begitu besar angan untuk segera lari dari kubangan itu. Namun begitu kebeningan malam terpecahkan lagi oleh gegap gempitanya ambisi manusiawi, angan itu segera terlupakan dan tak pernah berubah menjadi harapan.

Modernisasi jaman telah mendekatkan malam-malamku dengan alam semu bernama dunia maya. Bertahun-tahun aku melupakan bahwa malam-malam indah di alam bebas masih ada. Malam yang tak sekedar indah dalam pandangan mata semata, namun teramat indah ketika kita cari resapan maknanya kedalam hati. Baru saat aku berada di Bumi Dayak ini, aku temukan lagi keindahan yang sempat lenyap dari kehidupanku selama ini.

Mampukah aku mengembalikan makna malamku seperti dulu lagi, bila sekarang aku menikmatinya bukan dengan hati saja. Tapi ditemani selembar papan ketik bermonitor dan garis-garis sinyal yang telah membuka sekat kesendirianku dengan dunia lain yang penuh ilusi. Aku ingin kembali menjadi diri sendiri seperti di masa lalu. Tapi bisakah itu terwujud bila aku tak lagi mampu menyepi sendiri di hadapan semesta dan penciptanya.

Hei...
Kenapa aku jadi mumet begini..?
Mbuhlah...
Read More

28 April 2011

Terperosok Di Lubang Yang Sama

Sebuah cerita umum yang selalu terjadi disini adalah kendaraan terperosok atau terbalik. Kalo cuma selip atau ngesot bukan lagi menu sehari-hari, tapi setiap saat. Jalanan tanah tidak rata yang licin waktu hujan menjadi penyebab semua itu. Orang bisa saja berhenti berlalu lintas saat hujan turun, namun bagaimana dengan urusan cacing perut. Bisakah mereka memaklumi turunnya hujan sebagai alasan untuk berpuasa..?

Tidak meratanya penyebaran warga negara berperan banyak dalam ketimpangan pembangunan. Padahal bila dipikir, kekayaan bumi Kalimantan tiap waktu dikeruk. Namun bisa dikatakan sebagian besar uangnya lari ke Jawa bahkan keluar negeri mengingat pemerintah setempat gemar sekali mencari investor asing.

Generasi muda lokal yang diharapkan menjadi tulang punggung peningkatan kesejahteraan rakyat, sekolah jauh-jauh ke Jawa, banyak yang kemudian enggan kembali ke kampung halamannya. Tak terhitung banyaknya teman dari luar Jawa yang numpang kuliah di Jogja kemudian memilih menetap menjadi warganegara Ngajogjokarto Hadiningrat setelah selesai sekolah. Sangat wajar bila SDM lokal yang ada tingkat pendidikannya relatif rendah. Sehingga ketika investor datang membangun perusahaan disini, warga setempat jarang yang bisa berada di posisi agak tinggi. Kebanyakan hanya jadi staf atau tenaga lapangan level bawah karena kurangnya ketrampilan mereka.

Jalanan yang rusak juga membuat ekonomi disini berbiaya tinggi. Barang-barang konsumsi menjadi mahal, sementara hasil bumi harus dijual murah karena tengkulak harus memperhitungkan ongkos jalan agar harganya bisa masuk pasar di Jawa. Belum lagi faktor listrik yang byar pet dan setiap terjadi gangguan seringkali lambat penanganannya akibat mobil dinas gangguan tak bisa bergerak cepat. Susah sekali usaha kecil menengah bisa berkembang tanpa kemampuan modal untuk membeli genset. Genset itupun berbiaya tinggi karena harga solar disini mengikuti harga BBM industri yang mencapai 9000 perak perliter.

Makanya tak bisa kita memaksakan pepatah yang mengatakan keledai tak pernah terperosok di lubang yang sama disini. Kita justru seringkali memilih lubang dimana kita pernah terperosok agar kita bisa tahu cara keluarnya lebih cepat. Terperosok di lubang baru justru membuat upaya keluar kubangannya menjadi lebih membutuhkan waktu.

Sulitnya transportasi juga membuat sebagian orang berpoligami baik resmi maupun tak resmi. Jauh dari anak istri sementara hasrat biologis tak bisa berkompromi dengan lamanya perjalanan pulang menjadi penyebabnya. Ini juga masih berkaitan dengan pepatah di atas. Beristri lagi disini karena tak mau dianggap lebih bodoh daripada keledai yang tak suka terperosok di lubang yang sama.

Pepatah yang fleksibel
Berarti beda di dua kasus hampir mirip
Antara jalan berlubang dan lubang berjalan

Pintar atau bodoh kah..?
Read More

27 April 2011

Ngesot Lagi

Hujan yang sebenarnya rahmat bagi dunia, seringkali kita terima secara berbeda. Seringkali kita lupa bahwa bencana yang dibawa sang hujan sebenarnya buah karya kita juga. Kita yang telah dengan sengaja merusak keseimbangan alam namun kita juga tanpa rasa dosa menghujat sang hujan.

Seperti saat hujan disini, yang berwenang seringkali hanya menghitung berapa nilai dolar yang batal didapatkan. Dalam otak mereka yang ada hanya sekian ribu ton batubara tidak bisa dikeruk dari perut bumi hanya karena hujan sehari. Sementara reklamasi lahan, kelestarian lingkungan, kesejahteraan warga sekitar dan karyawan seringkali diabaikan.

Seperti aku yang harus ngesot menerobos hutan dalam gelap malam, semata-mata karena kesewenang-wenangan perusahaan dalam memberi target pekerjaan tanpa mau tahu kondisi lapangan. Sebenarnya tugasku tidak terlalu sulit. Hanya mengambil data absensi dalam mesin sidik jari di masing-masing unit kerja. Tapi karena jalanan yang berubah menjadi kubangan lumpur di kala hujan, untuk menjamah wilayah sejauh 40 kilometer saja diperlukan waktu sehari penuh. Aku tak bisa menunda tugas sederhana itu apapun alasannya karena hanya akan disambut dengan kata-kata, kalo karyawan gajian telat, emang lu mau tanggung jawab..?

Andai saja alasan tak mau gaji telat memang benar demi kesejahteraan karyawan, mungkin aku bisa lebih berlapang dada dengan tugas ini. Alasan utama mereka adalah tak mau kegiatan coal getting berhenti karena karyawan mogok kerja akibat gajian telat. Bagaimana mungkin karyawan mau sedikit mengerti dengan keterlambatan gaji, bila gaji mereka sebulan benar-benar habis di akhir bulan. Undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan masih saja mereka sembunyikan dari karyawan agar bisa dikutak-katik. Aku sendiri yang sedikit tahu aturan masih saja tak boleh menuntut bayaran lembur untuk kerja yang hampir tak kenal waktu semacam ini hanya dengan alasan statusku all in.

Hanya dengan niat agar mereka yang teraniaya tak sampai miring periuk nasinya saja aku berusaha ikhlas menjalaninya. Walau petugas safety sudah memperingatkan agar aku tidak masuk ke tambang dalam kondisi cuaca begini, dengan alasan takut gajian  telat aku bisa mencabut larangan mereka dan merubahnya menjadi saran. Apa yang akan terjadi di jalanan menuju tambang sudah aku pikirkan dari awal. Mobil ngesot berputar-putar di jalanan licin sampai beberapa kali tergelincir ke kubangan atau menumbuk gundukan tanah. Perlu waktu sejam lebih untuk menempuh jarak 5 kilometer. Makanya begitu bisa sampai ke tambang dan mengambil data absensi, aku sudah bisa bernafas sedikit lega. Tapi tetap saja lelah seharian dalam perjalanan dari pelabuhan sampai terperosok di tengah hutan belum boleh aku rasakan.

Sekarang tinggal menyiapkan diri untuk berkubang lagi saat perjalanan pulang ke kantor nanti. Mau istirahat berlama-lama rada merinding neh. Di tambang sepi nyenyet tidak ada satu orang pun. Aku hanya bisa komat-kamit agar si manis penunggu simpang tak lagi ngikut di mobil. Tak pernah ikut sampai keluar tambang memang. Tapi tahu-tahu duduk di kursi sebelah tanpa bilang-bilang siapa yang tidak kaget. Jangankan ajak kenalan, mau nengok saja tidak ada keberanian. Bagaimana kalo dia tersenyum sambil pamer giginya yang tak direbonding..?

Haduuuh, amit-amit dah.
Dah ah, jadi tambah merinding neh.
Siap berjuang lagi mumpung hujan belum kembali turun.
Eh, eksen dulu bentar ah.
Semoga ga ada yang ikutan narsis tanpa permisi...
Read More

Hujan Tengah Hari


Sebenarnya awan hanya ingin berbagi
Mencium bumi dengan kasihnya

Mengusik keheningan
Pada debu yang berderu
Pada pohon yang tersisa
Pada insan yang kehilangan arah

Mencoba merengkuh waktu
Berteduh berhenti berpacu
Berusaha pahami alunan iramanya

Tik tik tik

Tik tik tik

Bunyi hujan diatas genting
Airnya turun tidak terkira

Cobalah tengok
Dahan dan ranting
Pohon dan kebun
Basah semua

Haaaah
Payah...

-------------------------

Mencoba mengasah hati di bawah hujan tanpa pelangi
Sebelum memutuskan untuk ngesot lanjutkan perjalanan
Atau berhenti di tengah sepinya belantara Bumi Dayak

Belajar berpuisi dengan kemampuan pas-pasan
Mumpung nemu sinyal yang pas-pasan pula...

Mobile Post via XPeria

Read More

Mending ke Lapangan

Datang ke Kalimantan status pekerjaan sebagai maintenance. Sampai di tengah jalan berubah misi menjadi IT. Kenyataan di lapangan malah mondar-mandir lintas departemen. Masih mending bila diperbantukan di pekerjaan lapangan, minimal kondisi lapangan sesuai dengan kondisi diri.

Paling males itu bila di perbantukan di pekerjaan HRD. Lebih enak ngurus alat-alat daripada manusia. Apalagi kondisi disini dimana hukum rimba masih dipaksakan berlaku dengan dalih yang punya kawasan. Orang memasukan lamaran kerja suka menganggap dia bisa langsung kerja besoknya. Perlu proses ngotot panjang untuk menjelaskan perbedaan kalimat "diterima kerja" dengan "berkas lamaran kami terima dan apabila perusahaan membutuhkan, saudara akan kami hubungi.."

Ada juga yang aneh. Ketika orang memasukan lamaran dan belum bisa diterima, saat pamitan orang itu minta uang untuk ganti bensin dia datang ke kantor. Ga banyak sih, paling sepuluh ribu perak. Tapi kalo terus terusan ya bikin bangkrut kantong.

Saat karyawan bermasalah, dipanggil ke kantor untuk menyelesaikan masalah suka dianggap mau dipecat. Makanya datang ke kantor sudah pasang tampang beringas. Tak jarang pakai gebrak meja, banting kursi atau bawa mandau. Herannya walau tindakannya suka sedikit biadab, otak komersilnya sudah sangat beradab. "Silakan pecat saya, tapi bayar dulu 20 juta.."

Banyak juga yang ndablek seperti OB yang berangkatnya senen kemis. Dikasih surat peringatan sampai 3 kali, tetap saja dia cuek. Aku ajak ngobrol tentang SP yang dia terima, dia malah nanya, "SP tuh apa sih pak..?"

Ketika aku jelaskan SP tuh surat peringatan yang dia terima, dengan damai dia jawab, "ada di rumah, belum saya buka. Itu peringatan apa, pak..?"

Untuk memotivasi karyawan beprestasi, perusahaan kadang memberikan surat penghargaan yang biasanya diserahkan pada saat meeting besar. Ada juga penerima piagam yang bertanya, "ini ditukarnya ke kantor atau ke bank, pak..?"

"Ditukar gimana..?"
"Ditukarkan duit"
"Ga bisa ditukar uang, pak. Itu piagam penghargaan. Bukan cek.."
"Bukan penghargaan dong kalo tidak ada harganya. Untuk apa kertas ginian..?"

Harga tuh emang tentang uang ya..?
Mending ke lapangan lagi ah...
Read More

25 April 2011

Bermusik

Mendengar musik memang asik. Mengawali kerja pagi dengan musik energik, menikmati kopi saat istirahat dengan musik ringan, mengantar tidur dengan musik lembut, wah jian asik tenan. Sayangnya selera musik masing-masing orang berbeda, demikian juga moodnya. Lebih sayang lagi, orang kadang bermusik hanya mikir udele dewe. Dianggapnya kalo dia suka orang lain juga suka. Tengah hari yang panas nyetel musik brang breng brong kenceng banget. Dimohon dengan hormat mengganti lagunya, malah geleng-geleng kepala sambil berdendang, "sik asiiik... sik asiiik.."

Walau tidak sampai tawuran, tetap saja bikin bete kalo denger musik yang tidak sesuai dengan isi hati. Makanya aku lebih suka denger musik asal kedengeran sendiri. Kalo pas lagi pengen denger musik kenceng di tengah banyak orang, pake headset saja biar aman. Apalagi kegemaranku musik-musik new age yang pasti jarang orang suka. Kegemaran lain, musik campursari tentu agak susah diterima disini karena orang Jawa memang hanya beberapa orang. Entah kalo musik campursaru...

Ada lagi yang bikin bete. Ada beberapa teman yang bila tak suka dengan musik yang diputar orang lain, dia akan putar musik tandingan tak kalah kencengnya. Kantor biar di tengah hutan, tiba-tiba jadi berasa di pusat pisidi bajakan Glodok. Kalo sudah susah didamaikan gitu, aku cuma bisa matikan internet dan genset lalu nongkrong di pos satpam. Payahnya kalo 2 orang satpam yang suka balapan musik kenceng dari hape, ternyata lagi dines bareng. Huuh..

Masalah lainnya saat meeting kemarin. Malemnya aku begadang bikin presentasi sampe pagi. Buat nahan ngantuk, sambil kerja aku muter musik dugem dengan volume gas pol. Pagi-pagi ketika jemputan datang, letop tidak sempat dishutdown dan cuma ditutup flipnya doang. Begitu masuk ruang meeting, semua orang sudah siap sedia dan aku langsung mempersiapkan proyektor untuk presentasi. Begitu tutup letop aku buka, musik dugem menggelegar di ruang yang sunyi. Untung big bos ga ngomel dan cuma nyeletuk, "bisa rikuwes dangdut koplo ga..?"

Begadang jangan begadang...
Kalo tiada ceweknya...
Sungguh terlalu...
Read More

23 April 2011

Tambah Bandel

Tak jelas rasa yang bercampur aduk setiap kali ibue Citra kirim mms atau cerita tentang kelakuan Citra yang semakin bandel. Satu sisi aku memang lebih suka anak yang bandel daripada cengeng atau pendiam. Dilain sisi aku suka kasihan ke ibunya yang pasti super sibuk mengawasinya sendirian.

Kemarin ibue cerita harus muter-muter cari si bandel yang ternyata ngumpet di dalam mesin cuci yang pintunya didepan. Mungkin waktu ngidam pernah pengen naik komedi putar ga keturutan, jadinya nekat bermain disitu. Hari ini ibunya cerita dapur banjir karena anaknya mandi di bawah kran dispenser. Untungnya dispenser ga pernah dicolokin listriknya.

Citra kayaknya punya bakat petualang alam bebas juga. Soalnya dia ga betah diam didalam rumah. Kalo dulu paling ngesot sampai teras, sekarang dia sudah bisa naik teralis pintu pagar. Ibue waktu muda suka ngecengin cowo lewat kali, jadinya nurun ke anak. Hehehe...

Boleh kamu bandel, nak...
Tapi kasih kesempatan ibu ngerjain yang laen dan ngurus adikmu ya. Tar aja bandelnya diabisin kalo pas ayah pulang. Biar kalo ibu ngomel, ayah bisa kasih alesan, "ketularan Citra, bu..."

Mobile Post via XPeria

Read More

22 April 2011

Ulin

Hidup di daerah Kalimantan yang berawa-rawa memang memiliki keunikan tersendiri. Rumah-rumah panggung menjadi satu ciri khas daerah yang bahkan masih dipertahankan oleh mereka yang rumahnya tidak di atas rawa. Awalnya aku sempat heran melihat rumah berlantai keramik berdinding tembok dibangun di atas panggung kayu tanpa pondasi batu dan semen. Namun setelah dijelaskan oleh teman tentang kehebatan kayu ulin, sedikit banyak aku mulai bisa mengerti.

Tanah rawa yang lembek membutuhkan biaya mahal bila harus pasang pondasi sebagaimana umumnya rumah-rumah di Jawa. Apalagi bila ditambah dengan biaya pengurukan, jauh lebih mahal dibandingkan dengan penggunaan tiang rumah dari kayu ulin. Apalagi katanya, rumah temanku itu sudah berumur 10 tahun lebih dan belum pernah diganti tiang-tiang panggungnya. Bisa dibayangkan kekuatan kayu ulin menahan beban dinding tembok, lantai keramik dan segala perabotan di atasnya.

Ulin atau disebut juga kayu besi adalah pohon kayu khas Kalimantan. Kayu hutan liar ini juga dimanfaatkan sebagai bahan  konstruksi jembatan, tiang listrik, dan perkapalan. Ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di Kalimantan dan katanya di wilayah Sumatera bagian selatan.

Ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm. Pohon ini tumbuh pada dataran rendah, terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di habitat rawa-rawa. Kayu Ulin tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut sehingga sifat kayunya sangat berat dan keras. Pertumbuhannya termasuk lambat. Untuk mencapai diameter 20 cm saja diperlukan waktu antara 20 - 25 tahun. Itulah sebabnya ulin jarang dibudidayakan termasuk oleh pengelola HPH. Maunya tinggal tebang dan pembudidayaannya diserahkan sepenuhnya kepada alam. Tanpa ada perhatian pemerintah dan masyarakat atas kesemena-menaan akan kayu ulin, kayaknya suatu saat kekayaan alam khas kita ini bisa habis dari bumi Borneo.

Alam memang seringkali membuat kesukaran bagi kita. Namun dilain sisi, alam juga selalu memberikan solusi untuk kita mengatasi masalah tersebut. Masalahnya adalah, mampukah kita membaca tanda-tanda alam untuk menemukan solusi itu plus menjaga agar tidak punah.

Stop pembalakan liar
Anak cucu kita juga berhak warisan khas Kalimantan ini
Agar mereka tak hanya tahu "ulin" nya orang Sunda semata...
Read More

21 April 2011

Lowongan Kerja Admin Website

Sekilas info saja...

Dibutuhkan segera tenaga admin website, penempatan di Jakarta.
Lulusan apa aja boleh asal bisa maintenance website dan berjenis kelamin cewek.
Mau tulen apa palsu terserah, asal pas interview penampilannya cewek

Kirim lamaran dan CV ke alamat email xxxx

Penting..!!!
Aku cuma kasih info doang
Sapa tahu ada temen yang butuh kerjaan
Soal gaji, fasilitas dll silakan nego sendiri
Hal lain-lain aku tidak ikut-ikutan
Silakan berurusan langsung dengan HRD

NB
Kali aja perlu baca sebelum melamar kerja di perusahaan ini :
- Negosiasi Kerja di Pertambangan
- Lowongan Kerja di Tambang Batubara

Terima kasih

---- update 12-7-2011
CLOSED----

Read More

Di Tengah Keterasingan

Di tengah-tengah hutan
Di bawah langit biru
Tenda berkibar ditiup sang bayu...


Jauhlah dari kampung
Menurut kata hati
Damainya hati di pangkuan pertiwi...

Di tengah keterasingan begini, mendadak aku ingat lagu jaman pramukaan dulu. Sekian lama di lapangan jauh dari kantor yang berarti juga jauh dari internet, telah merubah damai hati di bumi pertiwi menjadi hati yang luka meninggalkan dunia maya. Lebay bulusss...

Di saat pekerjaan dan masalah menumpuk, biasanya blogging jadi ngebut. Tapi kondisi sekarang, aku cuma bisa bilang apa daya sinyal tak sampai. Jangankan bisa posting dari letop, dari hape saja ndut-ndutan. Makanya penyaluran isi otak cuma bisa numpang lewat di notepad. Mumpung nemu koneksi begini, pengennya bales dendam blogging. Apa daya juga waktunya mepet.

Hidup tanpa pelampiasan bagaikan hidup tanpa cinta. Tapi jangankan bisa secara nyata, bercinta lewat udara saja susah. Di depan mata hanya ada penghuni belantara saja. Kelembutan sosok wanita pun lama tak terasa. Andai saja ada, mungkin bisa sedikit meredam kekerasan manusia-manusia dekil yang mulai jenuh dengan suasana rimba ini.

Hihihi..
Cuma bisa berhayal doang
Tapi kalo ada cewek yang mau ikut
Kayaknya boleh juga tuh
Aku jamin aman deh keselamatannya

Kalo kehormatannya...
Berani janji gak yah..?
Read More

12 April 2011

Jangan rewel ya...

Pusing dengan bos baru yang kayaknya anggota gang mancing mania tapi spesialis mancing kerusuhan, sabtu kemaren aku kabur ke Jogja. Sayang hujan turun sehari-hari sehingga kebersamaan itu hanya bisa dinikmati di rumah saja.

Namun sayang, kemarin Citra dan ibunya sama-sama rewel. Rupanya proses menyapih yang seharusnya bisa berjalan lebih cepat, sedikit terganggu karena tak tahan kerewelan masing-masing. Citra banyak nangis karena harus berhenti nenen, sedangkan ibunya mengeluh nenennya bengkak dan sakit. Akibatnya suka ngalah memberikan ASI lagi.

Kemarin aku sedikit paksain agar ibunya tidak kasih nenen lagi. Kasihan adik yang dalam kandungan takut ga kebagian nutrisi. Juga biar Citra lebih membiasakan diri minum susu dari gelas dan mengenal makanan padat.

Tiga hari terlewati dengan segala kerewelan keduanya. Apalagi kalo dua-duanya sudah mewek, bingung beneran dah. Apalagi kalo Citra dah nangis ga mau tidur, dia ga mau digendong selain ibue. Makanya pas mau berangkat ke bandara tadi pagi, tumben aku merasa sedih banget ninggalin mereka. Kayaknya kok tega bener membiarkan istri sibuk sendiri ngurus segalanya, walau aku pun pergi bukan untuk jalan-jalan.

Cepet baikan ya, nak...
Jangan nakalin ibu dan adek
Belajar seperti mamas Adi ya
Yang bisa mandiri tanpa ayah...
Ayah merindukan kalian...

Dari ruang tunggu Adi Sutjipto
Mobile Post via XPeria
Read More

08 April 2011

Cerita Sial

Ada sepotong pertanyaan teman nongol via GTalk, "kenapa sih suka banget nulis hari-hari sial lo..? Cari belas kasihan ya..?"

Ga terlalu penting sih. Apalagi aku ngeblog memang buat buang unek-unek doang. Daripada disimpan dalam hati bikin dongkol, kan lebih enak dikeluarin di blog. Perasaan isi blogku tuh campur aduk mengangkat banyak masalah yang aku temukan dalam keseharian. Tapi kenapa malah tema kesialan itu yang jadi trade mark..?

Namanya unek-unek kan bermacam-macam. Respon dari yang baca juga beranekaragam. Cuma yang aku lihat, orang tuh kayaknya lebih seneng melihat kesusahan orang tapi dengan label sial bukannya sedih. Ketika kita cerita kesedihan, kadang dibilang lebay. Cerita lagi sial, malah diketawain. Sama-sama cerita ga enak, tapi yang satu menyebalkan dan yang satu bisa menghibur orang. Mendingan pilih yang mana..?

Selain itu, sudah beberapa teman mengatakan hanya menyukai ending dari tulisanku. Untung aku nulis memang diniatkan untuk diri sendiri. Kalo nawaitunya buat orang lain, ya jelas sebel dong. Nulis panjang-panjang cuman dibaca buntutnya doang. Kaya cewek aja sukanya buntut...

Terserah deh apa kata orang. Aku cuma pengen mencatat sepotong waktu yang aku jalani setiap hari. Merasa terhibur, alhamdulillah. Merasa sebel, awasss...

Lagian...
Kalo nulis yang enak-enak
Misalkan abis jual tambang emas
Suka banyak yang datang mau ngutang..
Read More

Kesan Pertama

Kepergianku ke Jakarta berawal dari laporanku ke komisaris perusahaan yang datang ke tambang tentang pekerjaanku yang jalan di tempat, karena terbentur masalah standar operational procedure di lapangan yang tumpang tindih. Karena pihak-pihak terkait di lapangan tidak bisa memberi keputusan, aku minta saran beliau untuk mengambil jalan tengah. Dan jawaban beliau, "silakan jadwalkan ke Jakarta. Kemarin saya meeting dengan direksi, sudah ditunjuk penanggungjawab proyek anda di kantor pusat..."

Dengan jawaban semacam itu, asumsi dalam otakku adalah, permasalahanku sudah dibahas di tingkat direksi dan sudah ada yang bisa memutuskan. Sampai di Jakarta, pagi-pagi sudah dipanggil ke ruang meeting. Aku duduk di sebelah direktur keuangan baru yang juga menjadi bos baruku di proyek IT. Beliau langsung menyuruhku pasang proyektor dan presentasi tentang segala pekerjaanku. Karena tidak ada perintah untuk presentasi dari awal, aku memang tidak membuat slidenya. Aku pikir semua masalah sudah dibahas dan aku tinggal terima keputusan dan perintah.

Di pertemuan pertama sebelum sempat kenalan itu, beliau malah berceloteh tak enak di forum didepan jajaran direksi. Dibilang ga beres, ga siap, ga ngarti, dst dst... Aku coba sampaikan, kalo dokumen pekerjaan semuanya aku bawa di letop. Tapi kan ga mungkin semua detail itu aku presentasikan. Apalagi ketika aku serahkan sebuah dokumen yang sudah aku cetak, dengan arogan dibanting ke meja. "Saya ga ngerti kenapa you bisa jadi IT disini. IT tuh harus selalu siap dengan data yang bisa dipresentasikan. Apaan yang begini disodorkan ke direksi, you bisa mikir ga sih..?"

Masih bersabar aku sampaikan ini cuma salah paham. Aku kasih segepok kertas hanya ingin menunjukan kalo dokumen pekerjaan aku bawa. Tapi kalo harus presentasi, aku minta waktu sebentar untuk bikin rangkuman di power point. Aku sampaikan juga bahwa semuanya memang baru aku susun ulang, karena data lengkapnya ada di laptop yang hilang di tambang. Langsung disamber juga, "you jangan mengeluh disini. Disini you harus tunjukin you bisa kerja..."

Panas hati, aku pamit ke forum untuk bikin presentasi. Sampai di lift, aku dirangkul oleh manager keuangan dan malah diajak ke minibar. "Sabar, pak. Mending kita ngopi dulu. Sekalian saya mau pamit, akhir bulan ini saya sudah tidak disini. Pusing, pak.."
Halah...

Habis ngopi, aku menghadap ke direktur HRD untuk minta pertimbangan agar cari orang lain yang jadi penanggungjawab proyek. Beliau malah jawab, "Saya sudah tidak bisa memutuskan lagi, ini hari terakhir saya di kantor ini. Kita saling doakan saja dan semoga suatu saat bisa kerjasama lagi..."

"Maksudnya, pak..?"

"Saya sama dengan kamu. Pada waktu bergabung, saya merasa idealis dan tertantang melihat kekacauan di perusahaan ini. Tapi nyatanya saya tak pernah bisa membuat perubahan apa-apa. Orang-orang yang bisa membuat perusahaan ini menjadi baik tak pernah bisa bertahan lama. Yang awet justru orang-orang aneh yang sering bikin masalah. Kamu sabar dulu deh..."
Haduh...

Dari situ aku menghadap ibu big bos. Mempertanyakan apakah perlu proyekku ini ditinjau ulang dari awal. Kalo memang tidak memungkinkan untuk dilanjutkan, mendingan aku cabut dan pasukanku di Kalimantan aku tarik pulang, daripada mereka tak bisa kerja disana dan gaji bulan ini masih dipending oleh bos baru. Beliau minta tetap dilanjutkan karena memang itu keinginan beliau. Tapi disitu aku sempat dikecam dengan lambatnya pekerjaanku. Aku coba menjelaskan, bahwa yang membuat lama itu bukannya di pekerjaan coding, tapi di pengumpulan data yang selalu dihambat orang. Juga oleh SOP yang tak jelas dan tumpang tindih di lapangan. Bagaimana aku bisa ujicoba programku, minta pengadaan server saja sampai saat ini belum terealisasi. Aku minta supaya ditunjuk satu penanggungjawab di kantor pusat. Agar aku hanya memiliki satu pintu dan tidak keluyuran kemana-mana seperti saat ini. Beliau setuju dengan satu pintu itu, tapi sialnya yang ditunjuk tetap direktur baru itu.

Nongkrong lagi di minibar. Eh, disitu ada manager yang ngomel akan sikap bos baru yang sangat tidak mengenakan. Sampe sore malah jadi curhat disitu dan lupa harus menghadap bos dengan membawa slide presentasi. Emang gua pikirin, mau dipecat juga silakan saja dah. Mumet oleh pekerjaan sih bukan masalah, tapi kalo mumet oleh orang lain yang seharusnya mendukung pekerjaan, kan nyebelin banget.

Suer, aku dah ga mikirin kerjaan lagi. Aku malah telpon agen travel pesan tiket pesawat ke Jogja. Mending pulang kelon di rumah biar otak fresh. Eh, tiba-tiba si Mr Crab nongol, "Besok jam 1 kita meeting ya..."

Buset dah...
Semoga berakhir baik
Dan aku ga perlu nyantet orang...

gambar nyomot di google

Read More

06 April 2011

234din Noor

Kemarin turun perintah untuk meeting di Jakarta pada hari rabu sore. Karena terlalu mendadak, aku ga bisa booking mobil sarana untuk antar ke bandara. Jadi aku pesan travel yang berangkat dari Tamianglayang jam 9 malem untuk mengejar penerbangan pagi. Sudah beres packing, kode booking tiket juga sudah dismsin oleh orang kantor, berangkatlah aku ke Banjarmasin.

Naik travel sebenarnya nyaman. Cuma sayang, semalem aku kebagian tempat duduk di belakang. Persis didepanku ada ibu-ibu yang melarang sopir menyalakan AC dan memilih buka jendela lebar-lebar. Beberapa penumpang komplen alus minta jendela ditutup sedikit. Suer, cuma minta sedikit. Tapi jawaban didapat begitu panjang lebar, dari sekedar alasan suka mabuk kalo tidak kena angin sampai menyebut-nyebut dirinya sebagai orang desa yang sederhana dan tak perlu memboroskan diri dengan AC.

Ketika gerimis turun dan kaca mobil mulai berkabut, sopir minta menyalakan AC biar pandangan ga bureng. Eh, tetep si ibu keukeuh mengeluarkan argumen kalo sampe dia mabuk, kasian penumpang yang lain bisa mabuk semua. Sopir beberapa kali melindas jalan berlubang pun seolah tak membuat dia berubah pikiran.

Jadilah aku harus merelakan diri terhembus angin malam selama 6 jam perjalanan. Sedikit ngomel dalam hati dan berharap si ibu tidak satu penerbangan denganku. Bisa kacaw kalo dia sampe minta pilot mematikan AC dan menyuruh buka jendela biar bisa meludah dengan nyaman. Modarrrooo...

Menjelang subuh sampe bandara. Aku tunggu konter rajasinga buka untuk mencetak tiket. Begitu terima tiket, aku "ngahuleung" agak panjang melihat jam tertera, 14:35...

Males nunggu seharian di bandara, aku telpon orang logistik. Aku pikir mendingan istirahat di mess logistik yang di Banjarbaru. Agak siangan aku nelpon ke bagian pemesanan tiket di kantor menanyakan jam penerbangan yang mundur terlalu jauh. Dan katanya, "meeting diundur hari kamis. Jadi saya pesankan penerbangan sore. Kasihan bapak kalo nunggu kelamaan di Jakarta..."

Hmmm nunggu kelamaan..?
Hasemmm tenan ki. Lebih hasem lagi, begitu agak siang, kamar yang aku tempati panasnya minta ampun. Tidak ada AC, kipaspun terlalu kecil untuk mengusir sumuk. Akhirnya aku putuskan untuk balik lagi ke bandara biar bisa ngadem.

Dan begitulah...
Aku kembali ngleseh...
Di teras Syamsudin Noor...

Mobile Post via XPeria

Read More

05 April 2011

Gagal Pijat

Tanggal muda yang ceria seharusnya bisa membuat karyawan lebih semangat kerja. Namun kenyataan di lapangan, setelah gajian, etos kerja karyawan malah sedikit kendor. Mumetnya pekerjaan mengejar setoran di akhir bulan membuat mereka merasa perlu untuk sekedar melonggarkan isi otak.

Apalagi untuk warga hutan seperti aku dan teman-teman, awal bulan biasanya enggan mikir kerjaan. Yang ada dalam otak hanyalah pesiar ke kota untuk cari hiburan. Kalo yang suka ngejablai sih ga bingung, karena di pinggiran kampung juga ada. Yang sedikit baik-baik inilah yang rada pusing, karena cafe, diskotik atau panti pijat cuma ada di kota.

Masalahnya disini tidak ada angkot, jadinya susah untuk keluar malam. Pakai kendaraan sarana juga susah karena harus ada alasan yang bisa dibenarkan dan disahkan secara tertulis oleh pimpinan. Makanya kalo mau jalan-jalan, paling tidak harus ngerayu orang yang rada penting. Makanya tak heran kalo awal bulan gini, orang suka kasak-kusuk minta SPJ (surat perintah jalan) dan SPL (surat perintah lembur) untuk sopirnya. Aku sih enjoy aja dimintai surat penipuan jalan-jalan semacam itu, asalkan aku ikut.

Seperti semalem anak-anak bilang pengen krimbat dan pijat ke kota, langsung saja aku teken persyaratan yang mereka butuhkan. Soalnya aku juga sudah suntuk kebanyakan kerjaan beberapa hari ini. Sampai tujuan, anak-anak langsung berhamburan ke acaranya masing-masing. Aku mampir ke ATM karena gajiku memang tidak dibayar tunai. Melalui transfer bank, itupun langsung rekening istri dan biasanya istri akan mengisi jatah bulananku setiap awal bulan.

Sayang ATMnya error. Bolak balik tarik duit, selalu keluar peringatan saldo tidak mencukupi. Jebul istri memang belom sempat transfer karena lagi sibuk pindahan. Saldo tersisa tinggal 50 ribu perak yang tak bisa diambil. Mau ngutang ke temen, mereka dah pada sibuk dengan urusan masing-masing. Jadinya cuma bisa bengong nungguin urusan mereka beres.

Udah bete dengan represing yang gagal, pagi-pagi aku dipanggil orang HRD. Beliau mempertanyakan SPL sopir yang aku tanda tangani tanpa aku baca dulu semalem. Biasanya tertulis belanja komputer atau periksa fingerprint tambang. Disitu tertulis, "mengantar pak rawin pijat..."

Semprulll..!!!
Read More

Printer Infus Pabrikan - Epson L100

Bosen bolak-balik ganti cartridge printer akibat anak-anak kalo nyuntik suka overdosis, aku putuskan untuk pasang infusan biar praktis. Jalan ke toko komputer cari selang dan tabung infus, malah nemu printer infus built up dari pabrikan Epson dengan judul L100.

Diproduksinya printer infus pabrikan ini, bisa jadi merupakan inovasi Epson untuk memperluas pasar. Bisa juga karena frustasinya pihak marketing melihat tingkah polah konsumen Indonesia yang dengan santainya merusak printer mereka dengan suntikan dan infus. Peringatan hilangnya garansi tak pernah berpengaruh terhadap pengguna printer. Dan kondisi ini mungkin memang hanya ada di Indonesia, karena di printer tersebut diberi label "Khusus Indonesia."

Akhirnya aku putuskan untuk mencoba printer tersebut dan batal mencari tabung infus. Karena aku lihat pemasangan selang-selangnya cukup rapi dan aman karena memang didesain untuk itu. Resiko selang terjepit atau tinta tidak tersedot cartridge kayaknya bisa dihindari. Harganya 1,5 juta di pedalaman Kalimantan. Untuk di Jawa mungkin bisa lebih murah. Dalam paket pembelian sudah termasuk kabel-kabel dan tinta warna masing-masing 1 botol plus tinta hitam 3 botol sebagai cadangan.

Setelah instal driver dan aplikasi MyPortal, aku temukan permintaan validasi tinta. Ternyata di bagian samping bawah tinta ada kode-kode validasi semacam CD key yang harus kita masukan agar printer bisa berfungsi. Aku telpon ke tokonya tentang kode itu. Katanya pada saat tinta dalam tabung hampir habis, akan muncul peringatan dan tabung harus diisi dengan tinta resmi yang memiliki kode tersebut pada kemasan botolnya. Tanpa memasukan kode, printer tidak akan berfungsi. Dengan kata lain, kita tidak bisa menggunakan sembarang tinta untuk mengisi printer saat habis. Harga tinta resmi tersebut disini 100 ribu rupiah per botol.

Sedikit ribet dalam pengisian ulang tapi kayaknya lebih aman dari sisi desain saluran infusnya. Dalam waktu dekat, printer ini mungkin ini bisa jadi musuh penjual tinta sembarang. Tapi bisa juga jadi lahan bisnis baru, karena temen di sebelah bilang tertarik dengan sistem itu dan berniat mempelajari algoritma kodenya. Bisa jualan voucher tinta neh kalo temen sudah bisa bikin keygennya.

Kasihan juga kalo terobosan baru Epson ini tidak bisa bertahan lama
Indonesia Raya dilawan...


Read More

04 April 2011

Jorok

Hidup bareng dengan banyak orang di tengah hutan begini memang membutuhkan kesabaran ekstra. Sifat orang dengan bawaan bayi yang berbeda-beda seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Sampai-sampai aku pernah mengajukan surat permintaan pendepakan orang dari mess gara-gara kamar mandi yang jorok. Pihak rumah tangga perusahaan sempat mempertanyakan permintaanku dengan alasan, kehidupan di areal tambang memang begitu karena memang lingkungannya kotor. Aku pun meminta beliau untuk mendefinisikan ulang perbedaan makna kotor dan jorok.

Sebenarnya aku tidak ingin bersikap rasial. Tapi aku sendiri bingung melihat kenyataan disini, bahwa orang-orang jorok itu didominasi oleh satu etnis yang sebenarnya dari tingkat pendidikan dan ekonomi, secara umum golongan itu paling mapan. Aku tak bisa menerima itu dan kedekatan dengan kekuasaan di perusahaan bukan alasan untuk sembarangan di lapangan. Dasar chiken...

Menurutku masih wajar bila kita harus berbagi beberapa hal dengan teman satu mess. Tapi sebel juga bila mereka suka main embat barang orang tanpa mau ngomong dulu. Siapa ga sebel, sepatu sudah aku cuci bersih dan ditaruh di kamar, pas mau aku pake sudah ada di depan pintu dalam kondisi belepotan lumpur. Mengingat timku tiap hari begadang, aku suka nyetok logistik agar tidak kelaparan di tengah malam. Mangkel engga bila tahu-tahu sudah ludes dijarah orang. Lebih jengkel lagi setelah lihat sikat gigi atau celana dalam juga dimasukan dalam share folder. Susah untuk menghemat kebutuhan pribadi kecuali dimasukan koper dan langsung digembok. Makanan, minuman, shampo apalagi sabun. Borose pol, ga tau buat apa...

Sebulan sudah mess ini damai dan nyaman untuk ditinggali. Soal mandi dengan air penuh tanah itu sih force majoure. Trus beberapa hari ini banyak orang-orang baru berdatangan sampai ruangan overload. Parahnya datang lagi satu orang baru yang kacaw dan sepertinya semau gue dalam kebersamaan ini. Ngoroknya seperti excavator kehabisan oli, kalo tidur senengnya telanjang dada, sudah gitu keteknya bisa dimanfaatkan untuk relaksasi aroma terasi. Lagi mulai enek, tau-tau dia ngerokok di kamar. Aku tegur malah pindah ke kamar mandi dan seenaknya melempar puntung rokok di lantai. Saat makan semalem, kalo orang lain mengambil sambal di mangkok pakai sendok dan ditaruh di piring masing-masing. Dia dengan damai langsung menyocol lalapan ke mangkok sambel. Biar aku ga pernah menyentuh sambal, tetap saja mendadak dengkulku mual melihatnya.

Pagi ini seperti biasa, saat orang lain bangun, aku baru mulai bersiap-siap tidur. Begitu buka pintu kamar mandi, sepotong celana dalam tergeletak di lantai berikut beberapa biji puntung rokok. Saat dia mau ke lapangan, aku samperin dan minta tolong.

"Ko, tar kalo balik ke kantor, beliin racun tikus ya.."
"Emang ada tikus..? Buat apa..?"

Aku tak sempat jawab pertanyaan itu
Keburu diseret teman kekamar

Gagal dah pagi-pagi nyerpis orang...
Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena