Hidup bareng dengan banyak orang di tengah hutan begini memang membutuhkan kesabaran ekstra. Sifat orang dengan bawaan bayi yang berbeda-beda seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Sampai-sampai aku pernah mengajukan surat permintaan pendepakan orang dari mess gara-gara kamar mandi yang jorok. Pihak rumah tangga perusahaan sempat mempertanyakan permintaanku dengan alasan, kehidupan di areal tambang memang begitu karena memang lingkungannya kotor. Aku pun meminta beliau untuk mendefinisikan ulang perbedaan makna kotor dan jorok.
Sebenarnya aku tidak ingin bersikap rasial. Tapi aku sendiri bingung melihat kenyataan disini, bahwa orang-orang jorok itu didominasi oleh satu etnis yang sebenarnya dari tingkat pendidikan dan ekonomi, secara umum golongan itu paling mapan. Aku tak bisa menerima itu dan kedekatan dengan kekuasaan di perusahaan bukan alasan untuk sembarangan di lapangan. Dasar chiken...
Menurutku masih wajar bila kita harus berbagi beberapa hal dengan teman satu mess. Tapi sebel juga bila mereka suka main embat barang orang tanpa mau ngomong dulu. Siapa ga sebel, sepatu sudah aku cuci bersih dan ditaruh di kamar, pas mau aku pake sudah ada di depan pintu dalam kondisi belepotan lumpur. Mengingat timku tiap hari begadang, aku suka nyetok logistik agar tidak kelaparan di tengah malam. Mangkel engga bila tahu-tahu sudah ludes dijarah orang. Lebih jengkel lagi setelah lihat sikat gigi atau celana dalam juga dimasukan dalam share folder. Susah untuk menghemat kebutuhan pribadi kecuali dimasukan koper dan langsung digembok. Makanan, minuman, shampo apalagi sabun. Borose pol, ga tau buat apa...
Sebulan sudah mess ini damai dan nyaman untuk ditinggali. Soal mandi dengan air penuh tanah itu sih force majoure. Trus beberapa hari ini banyak orang-orang baru berdatangan sampai ruangan overload. Parahnya datang lagi satu orang baru yang kacaw dan sepertinya semau gue dalam kebersamaan ini. Ngoroknya seperti excavator kehabisan oli, kalo tidur senengnya telanjang dada, sudah gitu keteknya bisa dimanfaatkan untuk relaksasi aroma terasi. Lagi mulai enek, tau-tau dia ngerokok di kamar. Aku tegur malah pindah ke kamar mandi dan seenaknya melempar puntung rokok di lantai. Saat makan semalem, kalo orang lain mengambil sambal di mangkok pakai sendok dan ditaruh di piring masing-masing. Dia dengan damai langsung menyocol lalapan ke mangkok sambel. Biar aku ga pernah menyentuh sambal, tetap saja mendadak dengkulku mual melihatnya.
Pagi ini seperti biasa, saat orang lain bangun, aku baru mulai bersiap-siap tidur. Begitu buka pintu kamar mandi, sepotong celana dalam tergeletak di lantai berikut beberapa biji puntung rokok. Saat dia mau ke lapangan, aku samperin dan minta tolong.
"Ko, tar kalo balik ke kantor, beliin racun tikus ya.."
"Emang ada tikus..? Buat apa..?"
Aku tak sempat jawab pertanyaan itu
Keburu diseret teman kekamar
Gagal dah pagi-pagi nyerpis orang...
Sebenarnya aku tidak ingin bersikap rasial. Tapi aku sendiri bingung melihat kenyataan disini, bahwa orang-orang jorok itu didominasi oleh satu etnis yang sebenarnya dari tingkat pendidikan dan ekonomi, secara umum golongan itu paling mapan. Aku tak bisa menerima itu dan kedekatan dengan kekuasaan di perusahaan bukan alasan untuk sembarangan di lapangan. Dasar chiken...
Menurutku masih wajar bila kita harus berbagi beberapa hal dengan teman satu mess. Tapi sebel juga bila mereka suka main embat barang orang tanpa mau ngomong dulu. Siapa ga sebel, sepatu sudah aku cuci bersih dan ditaruh di kamar, pas mau aku pake sudah ada di depan pintu dalam kondisi belepotan lumpur. Mengingat timku tiap hari begadang, aku suka nyetok logistik agar tidak kelaparan di tengah malam. Mangkel engga bila tahu-tahu sudah ludes dijarah orang. Lebih jengkel lagi setelah lihat sikat gigi atau celana dalam juga dimasukan dalam share folder. Susah untuk menghemat kebutuhan pribadi kecuali dimasukan koper dan langsung digembok. Makanan, minuman, shampo apalagi sabun. Borose pol, ga tau buat apa...
Sebulan sudah mess ini damai dan nyaman untuk ditinggali. Soal mandi dengan air penuh tanah itu sih force majoure. Trus beberapa hari ini banyak orang-orang baru berdatangan sampai ruangan overload. Parahnya datang lagi satu orang baru yang kacaw dan sepertinya semau gue dalam kebersamaan ini. Ngoroknya seperti excavator kehabisan oli, kalo tidur senengnya telanjang dada, sudah gitu keteknya bisa dimanfaatkan untuk relaksasi aroma terasi. Lagi mulai enek, tau-tau dia ngerokok di kamar. Aku tegur malah pindah ke kamar mandi dan seenaknya melempar puntung rokok di lantai. Saat makan semalem, kalo orang lain mengambil sambal di mangkok pakai sendok dan ditaruh di piring masing-masing. Dia dengan damai langsung menyocol lalapan ke mangkok sambel. Biar aku ga pernah menyentuh sambal, tetap saja mendadak dengkulku mual melihatnya.
Pagi ini seperti biasa, saat orang lain bangun, aku baru mulai bersiap-siap tidur. Begitu buka pintu kamar mandi, sepotong celana dalam tergeletak di lantai berikut beberapa biji puntung rokok. Saat dia mau ke lapangan, aku samperin dan minta tolong.
"Ko, tar kalo balik ke kantor, beliin racun tikus ya.."
"Emang ada tikus..? Buat apa..?"
Aku tak sempat jawab pertanyaan itu
Keburu diseret teman kekamar
Gagal dah pagi-pagi nyerpis orang...
Sore
BalasHapusYowis mas sing sabar ae ya..
BalasHapusMugiya kancane joroke ical
yucks... sama kayak di kontrakan saya. cowoknya jorok juga, puntung rokok di kamar mandi (saya PUALING BENCI bau rokok campur pesing). Emang deh, faktor pendidikan sama ekonomi beneran ngaruh bikin orang jorok apa nggak.
BalasHapusHuahaa.... aku padahal pengen liat lanjutan yg racun tikusnya tuh wkwkwk... emank bener aku setuju ama Gaphe kayanya faktor pendidikan sedikit banyak ngaruh juga tuh sama tingkat kejorokan soalnya mau dibilang nggak pun yg gitu jg yg kuliat :L
BalasHapusrepot juga kl ketemu orang seperti itu, sangat mungkin racun tikus jadi solusi terahir.
BalasHapusMaklum lah negri ini orang2nya masih banyak yang jorok.
BalasHapusmau yang kaya atau yang miskin
Sewa Alat Berat