29 April 2011

Satu Lagi Pergi

Walau sudah menjadi kepastian bahwa setiap pertemuan selalu diakhiri dengan perpisahan, namun tetap saja aku sulit menepis rasa kehilangan saat hukum alam itu berlaku. Apalagi ketika yang harus pergi adalah orang-orang yang seide dan sepemahaman. Kenangan atas kebersamaan itu terasa sekali menusuk dalam hati. Bahkan tak jarang aku sampai merasa putus asa sesaat ketika pertama kali mendengarnya.

Seperti saat ini. Seorang kepala workshop, teman baikku selama disini bilang akan mengajukan surat pengunduran diri ke perusahaan. Walau aku paham dengan carut marutnya suasana kerja disini, tetap saja aku kaget dengan keputusannya. Selama ini dia aku anggap teman yang akan mampu bertahan dan bisa merubah jalannya perusahaan menjadi lebih baik. Semenjak dia datang 3 bulan lalu, aku langsung bisa dekat dengannya. Dengan dialah aku bisa banyak bertukar pikiran tentang pekerjaan.

Memang ada satu pemeo disini. Seorang karyawan yang mampu bertahan lewat dari 3 bulan, berarti dia berhak menyandang gelar jagoan. Semenjak kedatanganku 4 bulan lalu, entah berapa orang teman baruku yang datang dan pergi. Aku sendiri terhitung sudah 3 kali kabur dan selalu kembali setelah perusahaan menawarkan negosiasi.

Yang jadi sebab dari semua itu sebenarnya bukan hal yang terlalu prinsip. Jarang sekali masalah teknis yang tak bisa aku tangani. Justru masalah-masalah non teknis yang membuatku harus beberapa kali ngambek. Mungkin karena manajemen perusahaan yang menggunakan sistem keluarga bercampur hukum rimba, makanya banyak karyawan yang tidak tahan. Budaya tulisan belum membudaya disini. Tidak ada notulen rapat yang ditandatangani penguasa perusahaan, sehingga di rapat berikutnya hasil yang sudah matang kembali menjadi mentah. Rapat dan rapat adalah sesuatu yang teramat membosankan disini.

Bila mengikuti kata hati, sebenarnya aku juga berat untuk bertahan. Namun aku berusaha mencari hikmah di balik musibah. Paling tidak bila aku terpaksa hengkang, aku harus bisa membawa sesuatu yang berguna untuk masa depan. Aku melihat banyak peluang disini. Begitu banyak tambang kecil-kecil dan liar tanpa sistem yang bisa jadi lahanku. Apalagi yang sedang aku bangun saat ini adalah sistem informasi manajemen dari hulu sampai hilir. Paling tidak aku harus selesaikan ini agar aku punya sampel saat aku tawarkan ke perusahaan lain.

Satu hal lagi yang tak kalah pentingnya adalah aku harus mendapatkan teman sebanyak mungkin disini. Andai saja aku tak mampu menyelesaikan pekerjaan, minimal ada teman yang tahu bahwa aku bisa sesuatu yang mungkin dia butuhkan di tempatnya yang baru. Selain itu aku juga harus bisa mengumpulkan data segala peluang yang bisa aku kerjakan di sekitar sini. Tapi peluang kerja atau usaha cari rejeki lho ya. Kalo cari-cari yang lain, haduh bisa gawat. Bisa-bisa aku pulang tanpa gagang tar...

Selamat jalan, teman...
Semoga segera menemukan posisi baru yang lebih menjanjikan
Yang penting jangan lupa ajak-ajak temanmu yang masih teraniaya disini


3 comments:

  1. sedih juga ya kehilangan temen seperjuangan.. tapi itu mungkin menurutnya sebagai sebuah keputusan yang dianggap terbaik. ayoo berjuang kang!

    BalasHapus
  2. yAAAh sayang banget ya.. :(
    *sedih

    BalasHapus
  3. ikut berduka mas, moga dateng partner yang lebih essip lagi. Amin

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena