10 September 2013

Tanah Adat

#Bimbingan Orang Tua

Aktifitas tambang kembali terhenti oleh demo masyarakat yang menutup jalan tambang. Kelompok bersenjata yang menamakan dirinya laskar adat memprotes kegiatan tambang telah merusak tanah adat.

Seratus persen aku setuju dengan mereka. Bagaimanapun juga industri tak boleh mengusik budaya warisan leluhur. Situs keramat musti dilestarikan karena pasti ada sejarah panjang yang menyangkut kehidupan masyarakat setempat. Modernisasi apalagi yang berbau kapitalis tak semestinya menggusur kearifan lokal dengan semena-mena.

Andai saja mereka melakukan itu sebelum situs itu dibongkar habis atau menuntut lahan yang termasuk tanah adat jangan digali, kesetujuanku bisa lebih dari 100%. Sayang tuntutannya tidak ke arah sana, tapi minta ganti rugi sebesar 3 M.

Kalo saja kejadiannya baru kali ini, kesetujuanku tak bakal turun sedrastis ini. Kasus semacam ini berulang kali terjadi. Setelah beberapa bulan tanah itu digali, demo baru dilakukan. Padahal sebelum sampai ke tahap itu, ada proses yang teramat rumit melibatkan banyak pihak. 

Bila lahan yang dibebaskan memang ada situs adat, semestinya pemilik lahan atau kepala desa sudah menyampaikan hal itu dari awal. Tak ada pemberitahuan sama sekali, setelah semuanya diacak-acak, baru demo mengatasnamakan adat dengan tuntutan yang selalu berbau duit.

Apakah mereka yang salah..?
Tidak sepenuhnya. Bagaimanapun juga mereka masyarakat tradisional yang sejak dulu hidup bergantung kepada alam. Harmoni alam adalah segalanya bagi mereka. Agar industrialisasi bisa diterima, mereka diracuni dulu dengan budaya konsumerisme. Sehingga mereka mulai belajar mengabaikan keseimbangan alam.

Sayangnya pembelajaran konsumerisme itu tidak diimbangi dengan pelatihan atau peningkatan skill agar mereka mampu menyeimbangkan pengeluaran dan pemasukan. 

Damai saja mereka beli mobil mewah sekelas Fortuner atau Pajero Sport tanpa menghitung beban operasionalnya nanti. Setelah keuangan mepet, segala cara mereka lakukan untuk mendapatkan uang gampang. Termasuk memperjualbelikan adat.

Mungkin ini yang menjadi sebab kenapa industri di pedalaman rawan konflik. Dimana penguasa, pengusaha dan masyarakat rakus berebutan kue dengan kekuatan masing-masing...

Sampai kapan..?


Intinya
Kearifan lokal dijadikan kedok mungkin bisa dianggap sebagai cara masyarakat tradisional melawan seleksi alam efek industrialisasi. Namun arifkah itu..?

Read More

08 September 2013

Balap Karung

#Gambar Bercerita



Beli Satpam dalam Karung
...

Security SEM - Jaweten Barito Timur
Casio EX-S880 | 17-8-2011 15:52


Read More

Blakasuta

#Banyumasan

Nek pengin sehat, nginum susu
Nek pengin seksi, rumat susu
Nek pengin ayu, adus susu
Nek pengin jail, senggol susu
Nek pengin enak, kenyot susu
Nek pengin sukses, aja kesusu

Aja mikir nek kuwe puisi dablongan gaweane bocah dolan. Ngandel apa ora, sing gawe kuwe Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc, mantan rektor Undip.

Masa wong pinter puisine mbajug..?

Dudu mbajug, lik. Kuwe pancen watek asli wong Banyumas sing uripe blakasuta ora kenal sing jenenge kasta. Ngomong meng sapa bae asal pepada menungsa nganggo basa sing pada.

Kleru nek budaya egaliter kuwe dianggep ora duwe tata krama. Malah nek cara nyong, tata krama sing bener kuwe sing memanusiakan menungsa. Wong pada bae mangan sega koh dibedak-bedakaken. Nek kuwe jenenge ewuh pekewuh, dudu tata krama.

Mulane Endonesia Raya dadi kaya kiye, tek pikir ya gara-gara tata krama sing kebablasen kuwe mau. Ngerti ana kanca sing salah dalan ora wani ngomong, alesane ora kepenak. Bener sih, tapi ora pener. 

Mulane bisa diomong Gara Gara tambah perek titi mangsane. Wong jujur siki ora kanggo gawe. Wong sing ngomong apa anane dicap ora sopan. Jere wong urip sing penting kejujurane, tapi ana sing cablaka malah  dimungsuih. 

Nek ngandani tanggane kayanu paling pinter nggawani dalil agama pirang-pirang. Tapi nek ketemu polaeh dewek, agamane ndadak bacin kaya tai ngasu. 

Niate golet duit go nyugihna awake dewek, agama digawe tameng. Nek ana sing nguthik-uthik langsung dicap mungsuh agama. Pantesan bae bocah siki nek kon shalawatan monine kaya kiye

Solat ulih ora solat ulih
Deneng china ora solat sugih...

Dadi ngrusak mental bocah
Ujar-ujare ngibadah kuwe ana hubungane karo rejeki pa..?
Kepriben jal..?


Pokoke
Kabeh agama prentah menungsa jujur, tapi nyatane akeh sing ora teyeng. Wis mangsane siki dewalik. Bocah diwaraih jujur apa anane dimin. Nek wis teyeng blakasuta, nembe diwei ngerti apa kuwe agama...




Read More

07 September 2013

Kereta Ke Pangandaran

Jembatan Putrapinggan 2008
#Semua Umur

Ada teman baru yang nyamperin di YM nanya-nanya cara mewarnai foto hitam putih sebagaimana aku tulis di jurnal Duotone

Siapa sangka beliau seorang railfans dan ilustrasi jurnalnya aku pake gambar kereta api. Jadilah obrolan soal foto cuma sebentar, tapi memanjang di bahasan perkeretaapiannya dengan topik jalur mati Banjar - Cijulang.

Kenangan terakhirku dengan jalur kereta ini terjadi sekitar tahun 98 - 99 waktu jadi teknisi di Kancatel Pangandaran. Sebenarnya di unit telepon umum, namun kalo orang jaringan butuh tenaga aku suka bantu-bantu.

Saat itu ada satu saluran telpon ke wartel Kalipucang yang kabelnya menggunakan tiang eks PJKA. Dan saat itu penjarahan aset PJKA sangat marak. Bantalan, rel, tiang telpon sampai jembatan saja dipretelin maling. Jadilah jalur telpon itu sering gangguan.

Kalo saja kabel telponnya ada di tepi jalan raya sebagaimana umumnya, cari gangguannya enak bisa pakai mobil. Ini melalui jalur kereta yang sudah puluhan tahun tak dipergunakan. Tiap ada gangguan musti jalan kali 10 kiloan menerobos hutan penuh semak.

Namun justru di situ asiknya...
Jalur rel Kalipucang - Pangandaran meliuk-liuk di daerah berbukit dengan pemandangan pantai yang sangat indah. Hanya saja kenikmatan itu musti ditebus dengan nyali tinggi. Masuk terowongan Sumber sepanjang 1200 meter yang gelap dan kadang dicegat ular. Lalu meniti jembatan Cikacepit sepanjang 1250 meter setinggi 100 meter sambil memanggul tangga. 

Jembatan Cikacepit 2009


Mending kalo kaya jembatan layang yang jelas aman dilalui. Tau sendiri lah jembatan kereta api itu kaya apa. Plus sudah berkarat habis dan sebagian besinya mulai dijarah orang.

Sensasinya jauh banget dibandingkan waktu aku melalui jalur itu 20 tahun sebelumnya. Sekali-kalinya seumur hidup aku naik kereta ke sana sebelum jalur ditutup. Berangkat dari Banjar sehabis subuh dan butuh 3 jam perjalanan sampai Pangandaran.

Itu perjalanan paling kereta api paling keren yang aku rasakan. Menggunakan lokomotif uap yang penuh asap dan musti tutup hidung waktu masuk terowongan. Percikan bara tak jarang ikut masuk bikin bolong pakaian. Namun begitu keluar terowongan tak ada orang yang bersedih. Semua tertawa terbahak-bahak melihat wajah-wajah yang kadang menghitam kena jelaga.

Spoorbrug op Tjikatjepit - 1925


Paling berkesan justru di perjalanan pulang. Makan nasi bungkus waktu berhenti di stasiun Banjarsari, kebetulan pedesnya minta ampun. Jadilah isi perutku berontak sampe hampir nangis menahannya. Kereta masih pake gerbong kayu mana ada toiletnya. Jadilah aku ga berani berdiri sampai ke Banjar gara-gara kentut tapi ampasnya kebawa banyak banget...
#Najis...

Masa lalu yang indah...
Ada pengalaman serupa..?


Intinya
Cuma bisa sedih tiap kali ingat jalur kereta api yang indah itu. Andaikata bisa diaktifkan kembali...

gambar dari flickr dan tropenmuseum.nl


Read More

Aku Ingin Bahagia

#Dewasa

Aku bukan orang filsafat. 
Makanya rada repot waktu di jurnal Gandhung Becak ada yang nanya, "Masa sich ketidaktahuan malah jadi sumber kebahagiaan. Bukannya harus banyak pengetahuan kalau ingin bahagia?"

Sebenarnya bisa saja aku bilang itu salah kutip dimana kalimat aslinya adalah, "Ketidaktahuan seringkali lebih potensial menjadi sumber kebahagiaan ketimbang kebanyaktahuan..."

Resiko beropini di blog. Berani nulis musti mau cari jawaban memuaskan setiap ada pertanyaan atau sanggahan, walau mungkin penanya tak nyamperin lagi. Tapi ini bakal rada panjang dan menyebalkan. Yang tak suka berpanjang-panjang, silakan dilewat saja.


Kembali ke laptop...
Saat baca pertanyaan itu, aku langsung ingat jurnal lama yang nyerempet kata-katanya Descartes, "Cogito Ergo Sum."

Menurut Descartes, rasio adalah sumber kebenaran. Namun rasio ini seringkali terganggu oleh banyak hal. Itu sebabnya saat mencari kebenaran, dia akan meragukan keberadaan semua hal di sekelilingnya agar bebas dari segala prasangka. Keterbebasan itu yang jadi modal untuk dia berpikir menuju kebenaran.

Implementasi sederhananya bisa kita contohkan begini. 

Kita seringkali mengambil kesimpulan hanya karena opini sepintas dari teman tanpa mau crosscheck atau cari data pembanding. Belum kenal dekat, baru dengar kalo mang Lembu itu tua langsung mikir, "ah pasti peot tidak menarik blas..."

Orang yang berpikir seperti ini, aku mengatakan baru sampai ke tahap banyak tahu. Tahu banyak, namun cuma di permukaan saja dan tidak obyektif bermodal prasangka.

Beda dengan yang banyak pengetahuan. Segala prasangka itu dilupakan kemudian cari tahu seperti apa mang Lembu dari dekat. Sehingga bisa ngerti kalo beliau itu masuk kategori tua-tua kelapa, makin tua makin banyak santannya. Selebritis sekelas Parah Kuin saja ngefans, masa yang biasa saja macam kita tidak mau..?


Rumit ya..?
Ada contoh yang lebih ringan nyomot dari cerita teman Buddhist. Tentang seseorang yang bertanya kepada Buddha, "aku ingin bahagia..."

Untuk meraih kebahagiaan, Buddha hanya memintanya melakukan dua hal.

Pertama buang kata "aku". 
Ini adalah tentang ego. Seseorang yang egois cenderung memikirkan diri sendiri sehingga seringkali terjebak dalam frase, "senang kalo liat orang susah. Susah kalo liat orang lain senang..."

Langkah kedua, buang kata "ingin". 
Keinginan atau hasrat seringkali menjadi liar membuat kita tak pernah merasa kecukupan. Contohnya aku saja. Dari awal kerja dapat gaji 60 ribu perbulan sampai sekarang yang entah berapa kali lipatnya, tetap saja merasa kurang dan ingin cari yang lebih banyak lagi. Efeknya sering galau musti jauh dari anak istri.

Aku ingin bahagia
Setelah dibuang kata aku dan ingin, tersisa satu kata saja. Bahagia...

Trus hubungannya dengan banyak tahu apa..?
Sudah jelas lah. Saat kita banyak tahu gemerlapnya dunia, keakuan dan keinginan makin menjadi-jadi. Hanya dengan pengetahuan yang rasional kita bisa memahami bahwa banyaknya duit itu tidak berbanding lurus dengan tingkat kebahagiaan seseorang.


Masih terlalu rumit juga..?
Aku kutipkan cerita dari Annie Dillard, penulis Pilgrim At Tinker Creek, peraih penghargaan Pulitzer tahun 1975, tentang orang Eskimo yang bertanya kepada seorang pendeta.

Eskimo : "Jika saya tak tahu apa-apa tentang Tuhan dan dosa, apakah saya akan masuk neraka?" 
Pendeta : "Tidak, jika kamu memang tidak tahu."
Eskimo : "Lalu kenapa kamu memberi tahu saya?"


Kalo belum mudeng juga
Ya sudah, aku juga mumet mikirin filsafat
Ngomonginnya saja sudah repot, apalagi ngejalanin
Betul..?


Intinya
Setidaknya kita bisa tentukan 3 tingkat pemikiran. Tidak tahu, banyak tahu dan banyak pengetahuan. Banyak pengetahuan paling positif. Banyak tahu itu negatif dan tidak tahu itu netral. Kembalikan saja ke hati nurani masing-masing, di level mana kebahagiaan kita paling besar saat memandang orang lain.


Read More

06 September 2013

Ketuaan

#Semua Umur

Beberapa hari lalu, ada teman di Samarinda yang nelpon-nelpon mulu minta aku masukin lamaran ke perusahaan tempat dia kerja. Alasannya sih macem-macem. Tapi kayaknya ga bakal jauh dari dia butuh temen ngaco di sana.

Merasa ga punya ijasah, aku tuh paling males disuruh bikin lamaran. Biasanya kalo dilamar paling nyerahin CV doang, wawancara, udah selesai. Sayangnya temanku itu malah ga mau ketauan pihak perusahaan kalo aku kenal dia. Cuman ngasih jaminan aja akan usahain pake gerakan bawah tanah.

Ketika akhirnya aku kirim lamaran, pertimbangannya cuma satu. Samarinda cuma dua jam perjalanan darat dari Balikpapan dan Balikpapan ada penerbangan langsung ke Jogja. Biar lebih jauh namun menyingkat waktu mengingat di kerjaan sekarang aku musti menempuh perjalanan darat 6 jam menuju bandara di Banjarmasin.

Di situ begonya aku...
Email sudah terkirim, baru cari informasi tentang lokasi tambangnya. Dan siapa yang ga bete setelah tahu Melak itu butuh perjalanan darat 8 jam lewat darat atau 18 jam menyusuri sungai Mahakam. Berarti kalo total pake darat, aku butuh waktu tempuh 10 jam dari bandara Sepinggan Balikpapan.

Masih bengong tentang itu, ada telpon masuk. Namanya lagi bete, dengan spontan tanpa basa-basi aku langsung jawab, "engga ah, aku ga minat. Kejauhan, pak..."

Yakin aku ga kepikiran sama sekali apa yang penelpon itu pikirkan. Ada yang ngelamar, begitu ditelpon malah bilang engga minat. 
#mondol...

Aku pikir selesai sampai di situ dan lupakan saja. Eh, sorenya ada email masuk yang intinya berbunyi begini, "lamaran tidak diterima karena ketuaan. Yang kami butuhkan maksimal usia 30 tahun..."

Ketuaan..?
Hahaha semprul...
Suer langsung kepikiran lik Zach vs mang Lembu...


Intinya
Namanya oon dipiara ya begini. Katanya blogger, tiap hari ngelonin laptop, internet dan google, tapi melupakan slogan teliti sebelum membeli. Payah...


Read More

Panggilan

#Semua Umur

Di rumah aku membiasakan anak untuk tidak memanggil nama tanpa embel-embel. Setiap hari Citra aku panggil mbak dan Cipta aku panggil dede tanpa nyebut nama. Alhamdulillah tetangga juga mendukung ikutan manggil sebagai mbak Citra dan dek Cipta

Tapi ga tau kenapa anak-anak malah bikin panggilan sendiri. Ncit menyebut diri sendiri sebagai Tita, sedangkan Ncip nyebut dirinya sebagai aku. Ncit manggil adiknya de Encip sedangkan Ncip manggil mbaknya mbak Cit Cita.
#piyejal..?

Di kampung doang yang agak dikacaukan oleh cara sepupu-sepupunya manggil. Si Ncip sih bener dipanggil mas Encip. Si Ncit yang masih terbawa suasana lalu gara-gara dulu rambutnya kriwil abis sehingga dipanggil mbak Iwil. Bagusnya ini tidak berpengaruh ke anak-anak.

Secara normal mereka manggil aku dan ibue sebagai ayah dan ibu. Sempat sedikit error waktu rada lama di kampung kemarin. Gara-garanya semua sepupu Ncit manggil bapaknya pake sebutan ayah. Sayang istilah pakdhe budhe ga masuk dalam kamus mereka. Untuk ngebedain mereka bikin aturan sendiri. Aku dipanggil ayah O, adikku dipanggil ayah I dan adik iparku dipanggil ayah Tut.

Gara-gara itu, begitu balik ke Jogja Ncit dan Ncip sempat ikutan manggil aku ayah O. Dasar anak mbuh, panggilan itu melebar kemana-mana. Ibue dipanggil ibu O. Ncit manggil Ncip dede O dan sebaliknya Ncip panggil Ncit mbak O.
#mumet...

Tak cuma itu...
Waktu anak-anak keranjingan serial Pingu. Ncit bikin ulah seisi rumah dianggap keluarga pinguin. Panggilannya jadi ayah pingu, ibu pingu dan dede pingu...
#kacaw...

Untungnya selalu bisa segera dikembalikan ke jalan yang benar...
Ada pengalaman serupa..?


Intinya
Kreatifitas anak sekarang memang luarbiasa dan seringkali tak terduga. Untuk mengembalikannya pun musti hati-hati dan menghindari kata "jangan" atau malah makin menjadi-jadi...


Read More

05 September 2013

Gandhung Becak

#Bimbingan Orang Tua

Gara-gara Pacul nyebut nama Gandhung, aku jadi terkenang plesetan lagu Bang Iwan yang cukup merakyat di kalangan seniman Jogja.

...jalan ke Gampingan
tak pernah ada tujuan
membelah malam
Gandhung yang slalu datang...

Gandhung yang tenar ini bukannya Gandung Pardiman atau tokoh yang sering masuk tipi lainnya. Beliau yang unik ini hanyalah seorang tukang becak yang sejak lahir sudah mangkal di komplek ISI Gampingan yang sebelumnya bernama ASRI. 

Begitu eksisnya Gandhung di kampus ISI sampai dia menganggap dirinya lebih loyal dibanding rektor ISI sekalipun. Sudah beberapa kali rektor ISI berganti, Gandhung belum juga berganti profesi.

Puluhan tahun mangkal di komplek kampus membuat popularitas Gandhung lumayan tinggi. Seniman ngetop kelas dunia asal Jogja bisa dibilang pasti kenal  beliau. Tak heran bila jejak-jejak tokoh kelas dunia ikut akrab, minimal di kaos yang dikenakannya.

Pernah waktu nyamperin ke tempatku, dia pake kaos bergambar Che Guevara. Ditanya tentang tokoh itu, dengan bangganya cerita kalo dia pernah bareng bahkan bersalaman waktu ada acara di Mandala Krida. Yang penting jangan ditanya itu foto siapa, karena jawabnya pasti, "Bang Haji Rhoma Irama..."
#mondol...


Biarpun menurut pengakuannya, pernah ditumpangi banyak seniman tenar atau angkut karya seni bernilai ratusan juta, becaknya tetap sederhana. Banyak stiker galeri yang nempel adalah ciri khasnya. Makanya tak aneh kalo dulu aku cetak stiker, pasti ilang lumayan banyak sebelum aku distribusikan.

Tapi yang paling menarik adalah tulisan di atap becaknya, hanter...

Kirain dulu dia mau sok-sokan ga mau kalah dengan becakers Malioboro yang pinter ngomong bule. Mau nunjukin kalo dia seorang pemburu rejeki, makanya nulis hanter tanpa tahu kalo tulisan seharusnya adalah hunter.

Aku pikir ini bikin malu bangsa ke tamu mancanegara. Sifat sok keminterku muncul dan berniat mengguruinya dengan pelajaran bela negara. Pas mampir ke galeri, aku samperin dengan semangat 45.

"Tulisan di becakmu maksute opo, ndhung..?"
"Keren tho, mas..?"
"Keren gimana wong kamu ngawur gitu."
"Lha kok ngawur..?"
"Maksudmu opo..?"
"Maksudnya, kalo mase butuh transportasi tinggal sms aku saja. Kemana tujuannya, aku hanterrr..."
#semprul...

Langsung klakep ga bisa ngomong aku...
Suer...

Lama tak jumpa, gimana kabarmu, Ndhung..?


Intinya
Seringkali kita terjebak pemikiran tentang konsep kehidupan ideal yang muluk-muluk, sampai melupakan bahwa hidup bahagia itu lebih mudah dipelajari dari kesederhanaan pola pikir orang kecil. Ketidaktahuan seringkali lebih potensial menjadi sumber kebahagiaan ketimbang kebanyaktahuan...


Read More

04 September 2013

Wani Piro

#Gambar Bercerita



Ncip Style
...

Ncip - Singaparna Tasikmalaya
16-08-2013 | 14:29


Read More

03 September 2013

Nama Gadis Ibu Kandung

#Bimbingan Orang Tua

Ada teman yang misuh-misuh waktu isi aplikasi dari bank. Katanya rempong amat selalu nanyain nama gadis ibu kandung...

Aku sendiri ga tau kenapa bank mensyaratkan itu. Namun kalo lihat pengalaman saat menggunakan kartu kredit untuk belanja online, aku bisa menduga itu merupakan bagian dari verifikasi keamanan. Kalo cuma konfirmasi tentang tanggal lahir atau nomor KTP bisa repot, orang fotokopi KTP begitu mudah beredar.

Dijelasin gitu, teman malah jawab, "itu dia yang bikin malu, soalnya nama ibuku ndeso tenan.." 
*anak durhaka :D

Aku pikir ga harus nama asli, karena bank jarang mensyaratkan dokumen yang menyebut nama ibu semacam kartu keluarga kecuali di aplikasi kredit personal. Kayaknya sama dengan pertanyaan rahasia kalo kita bikin akun email. Asal bisa jawab sesuai dengan yang kita masukan pertama kali akan dianggap sah.
*mungkin...

Kenapa harus nama ibu..?
Sepertinya ini yang jadi poin penting, setiap orang pasti punya ibu. Secara biologis bapak juga pasti punya, tapi kan banyak yang statusnya meragukan. Soalnya ada anak teman yang aku tanya tentang bapaknya, tuh anak malah nunjuk ke komputer.
*kok bisa gitu, Cul..? :))


Waktu masih sering ngurus event, banyak teman SPG yang sering main ke kantor. Mereka kadang jadi SPG kartu kredit dimana komisi dihitung berdasarkan aplikasi diterima yang dimasukan lewat mereka. 

Ketika rayuan agar aku ajukan aplikasi tak mempan, ada satu dua orang yang berbuat nakal. Bermodal fotokopi KTP-ku yang sering berserakan di meja, mereka isi aplikasi sendiri. Ketahuannya pada waktu pihak bank ngecek keabsahan datanya lewat telpon. Data lain-lain kebanyakan benar, namun nama ibu kandung tak pernah ada yang benar. 


Kalo ini foto ibue Ncip waktu gadis
*siapa yang nanya..?

Mengapa harus nama gadis..?
Mungkin banyak orang yang tahu nama ibu kita. Namun tidak demikian dengan nama ibu waktu masih gadis atau suka disebut mother maiden name. Ini terbawa kebiasaan sebagian masyarakat kita dimana perempuan itu istilahnya suwargo nunut neroko katut. Setelah menikah namanya sering nebeng nama suaminya. Lebih banyak yang ngertinya ibu Rawin, ketimbang ibu Pipit

Ada lagi kebiasaan lain yang mengganti namanya mengikuti marga. Misal namanya Pipit Tuitjreng, setelah menikah berganti jadi Pipit Mumet. Repot lagi kalo sampe ganti suami, misalnya dari marga Mumet menjadi marga Satwa. Namanya bakal berubah lagi.


Jadi kalo nemu dompet ada kartu kredit berikut KTP, contoh tandatangan dan dokumen lain, jangan langsung bersenang hati bisa menggunakannya untuk belanja. Setelah pemilik kartu melaporkan kehilangan ke bank yang bersangkutan, begitu kartu digesek pada mesin EDC nya bakal muncul pesan verifikasi. Petugas akan menanyakan beberapa hal yang musti dijawab benar agar transaksi bisa diproses. 

Kira-kira begitu praduga tak bersalahku
Teman yang kerja di bank mungkin bisa kasih pencerahan...



Intinya
Kalo punya urusan dengan bank macam kartu kredit, hati-hati dengan nama gadis ibu kandung. Simpan baik-baik dalam hati sebagaimana mereka menyimpan kasih sayangnya hanya untuk kita. Dan satu lagi, jangan jadi anak durhaka...

Read More

Bangun Tidur

#Bimbingan Orang Tua

bangun tidur kuterus mandi...
tidak lupa menggosok gigi...

Seremonial pagi yang ditanamkan sejak kecil, namun sudah mulai lenyap ditelan jaman. Buktinya si Ncip kalo disuruh melanjutkan lagu, "bangun tidur kuterus...?"
"makaaaaan...." begitu jawabannya.

Itupun tidak kompak walau sama-sama ditanyakan ke anak-anak. Karena sepupunya yang di kampung bakal protes dan tereak, "manciiiing...."

Agak parah mungkin yang aku baca di web berita pagi ini. Bangun tidur terus mati. Sudah tahu tidur dengan istri orang, bangunnya pake acara kesiangan.


Aku sendiri sendiri punya rutinitas yang melenceng dari pakem. Biar habis subuh baru tidur, tiap jam 6 atau 7 musti bangun buka laptop untuk cek kondisi jaringan dan server. Kalo semua dalam posisi aman, langsung tarik selimut melanjutkan mimpi.

Bila ada masalah, kemungkinannya jadi dua macam. Pertama langsung mandi, pake seragam sarapan, baru cabut. Ini terjadi bila gangguannya mengharuskan aku ketemu orang-orang kantoran.

Tipe kedua, ga pake mandi langsung ambil peralatan tempur dan siap-siap mandi keringat. Setelah kerjaan beres baru puas-puasin mandi.


Wacana bangun tidur ini sempat memunculkan anekdot berbau rasial. Sebuah tebak-tebakan yang berbunyi, "kenapa cewek Sunda lebih banyak yang cakep daripada cewek Jawa..?"

Katanya, "cewek Jawa bangun tidur yang dicari sapu, kalo cewek Sunda nyari cermin..."
Halah...

Ada pula petuah lama yang mengatakan, "kalo mau tahu cewek itu cakep beneran apa engga, lihatlah pas dia bangun tidur."

Aku justru kurang sependapat dengan yang itu. Masa mau ambil keputusan jadian apa engga musti bertamu subuh-subuh. Ga ditangkep hansip saja sudah untung. Lagian menurutku, cewek terlihat cakep apa engga lebih penting sebelum tidur daripada bangun tidur.
#Sambit panci...

Bagaimana bangun tidur anda...?


Intinya
Apapun rutinitas pagiku, asalkan masih rutin bangun berarti kehidupanku masih dalam kategori normal...



Read More

02 September 2013

Malam Amal

#Semua Umur

Ada pesan pendek masuk ke hape siang tadi, "Nanti malam jam 7 ditunggu di XT-Square. Nyawer..!!"

Buruan cek pesbuk dan nemu pengumuman seperti gambar di sebelah dari Presiden PKI. 

Sms semacam ini termasuk salah satu hal yang menyebalkan bila aku menerimanya dalam posisi jauh dari Jogja. Acara sepele namun menyenangkan. Sekedar berbagi kebahagiaan, kumpul-kumpul, corat-coret, jogat-joget dan nyawer. 

Tapi bukan nyawer si Punky yah..
Acara saweran yang sudah beberapa kali dilakukan ini adalah acara amal. Diadakan untuk membantu seniman jalanan yang beberapa waktu terakhir ini mengalami gangguan penglihatan dan kena tumor.


Seniman yang punya nama asli Sujud Sutrisno ini adalah sosok langka. Tak ada yang aneh dengan penampilannya. Sekedar bermain kendang dengan lagu plesetan yang penuh improvisasi. Namun justru itu keunikan Sujud. Spontanitasnya begitu mengalir sehingga syair yang dia nyanyikan berbeda-beda walau lagunya sama. Totalitas yang luar biasa membuat Jaduk Ferianto bos KUAETNIKA memberinya julukan Pengamen Agung.




Musisi jalanan berkendang tunggal yang lebih suka menyebut dirinya sebagai PPRT alias Pemungut Pajak Rumah Tangga ini sering dipanggil dalam acara kampus, launching produk bahkan tampil di acara The First Indonesia International Drum Festival. Beberapa piagam dan penghargaan internasional pun sudah beliau terima.

Namun ketenaran tak membuat Mbah Sujud lupa diri. Setiap hari tetap ngamen door to door dengan santun. Sebelum tampil selalu kulonuwun minta ijin kepada penggemarnya. Saweran tidak dipatok bahkan tak dibayarpun tak apa. Buat Sujud, ngamen bukan semata cari duit. Melainkan sarana menjalin bersilaturahmi dengan sesama.

The Legend of Kendang Tunggal itu berdinas mulai jam 9 pagi sampai siang doang. Tak pernah ngoyo sampai malam dengan alasan tak mau mengecewakan tamu yang datang ke rumah.


image credit kotajogja.com


Orang lain mungkin kasihan melihat Sujud yang hidup sendiri dalam kesederhanaan. Namun tidak demikian yang beliau rasakan. Sujud selalu tersenyum menjalani takdirnya. Karena definisi kebahagiaan menurut Sujud adalah saat mampu membuat orang lain bahagia.

Ini terlihat dari improvisasi lirik-lirik spontan yang diiringi kendangnya. Penuh guyonan, parodi dan kritik sosial yang terkadang vulgar. Dan Sujud menyebutnya sebagai kejujuran alami rakyat jelata.

Keterbatasan fisik yang termakan usia tak menjadi halangan untuk terus menghibur penggemar. Satu-satunya yang mengganggu acara show-nya hanyalah hujan. Alasannya, "saya tidak bisa ngendang sambil pegang payung..."

Ok deh...
Semoga sukses acaranya
Dan Mbah Sujud tetap dikaruniai kesehatan

Penasaran penampilan Mbah Sujud, cari aja di yutub.. 


Intinya
Sujud Kendang, sosok yang seringkali dipuji sebagai figur teladan. Namun sayang, kebanyakan dari kita jarang yang mau meneladani kesederhanaan itu dalam arti kata yang sebenarnya. Termasuk aku...


Read More

Buaya Laki-Laki

#Bimbingan Orang Tua

Gara-gara ngomongin kelinci nyerempet ke pleboi, aku jadi inget koman komen di jurnal Buaya Keroncong yang terpeleset jadi omongin buaya darat.

Tentang analogi buaya ini, aku tak pernah tahu kenapa bisa jadi pemahaman umum di masyarakat. Literatur resmi yang bisa dipertanggungjawabkan belum pernah aku temukan.

Perkenalan pertamaku dengan buaya terjadi waktu Gunung Galunggung meletus dulu. Sungai Citandui menghitam oleh material vulkanik memaksa seekor buaya mengungsi ke kampung dan tertangkap penduduk. Petugas ga tau apa yang datang dari kecamatan bilang kalo yang tertangkap itu buaya betina. Penduduk diminta siap-siap karena ada kemungkinan buaya jantannya bakal datang mencari.

Penjelasan itu dikuatkan oleh seorang pawang saat aku main ke Kaltim yang terkenal dengan buaya muaranya. Katanya buaya adalah binatang paling setia dan tak pernah gonta ganti pasangan.

Mungkin analogi ini yang kemudian dipake orang Betawi, kenapa dalam acara lamaran selalu ada persyaratan kue buaya untuk calon istri.


Sedikit melenceng...
National Geographic mengatakan, rahang buaya sangat kuat dan sekali mengatup bakal sulit untuk dibuka. Tekanan gigitan buaya bisa mencapai 2.000 psi (aligator) - 7.700 psi (buaya muara) tergantung jenis. Bandingkan dengan tekanan angin di ban mobil sekelas Avanza yang cuma 35 psi.

Namun kekuatan otot rahang untuk mengatup itu tak sebanding dengan kemampuannya membuka. Hanya beberapa kali lilitan lakban sudah cukup untuk membuat buaya tak mampu membuka moncong.

Dari kenyataan ini bisa dianalogikan bahwa laki-laki buaya semestinya adalah orang yang kuat menutup mulut dan tidak gampang asal mangap.




Cerita lain aku temukan Sidney Morning Herald tentang penelitian University of Queensland, kebun binatang Australia dan Wildlife Service. Di situ dikatakan bahwa buaya merupakan binatang yang homing instinct, alias selalu kembali ke sarangnya secara naluri.

Tiga ekor buaya di Australia Utara dipindahkan sejauh 400 km menggunakan helikopter. Melalui alat pelacak yang terpasang, peneliti bisa mengetahui bahwa buaya tersebut sudah kembali di tempat asalnya dalam waktu 3 minggu. Kemampuan luarbiasa, mengalahkan bang Toyib yang sudah 3 kali lebaran belum juga ingat jalan pulang...


Pleboi dilambangin kelinci, rasanya pas banget dengan kebiasaan gemar kawin dan beranak sampai ibu dan anaknya sendiri juga diembat. Kenapa di Indonesia dianalogikan pake buaya sih..?

Kalo mau maksa pun tak masalah. Namun buaya kan selalu kembali ke sarangnya. Jadi kalo laki-laki dikatakan buaya, tar bakalan muncul istilah tandingan. 
Lubang buaya...

Salam buaya...


Intinya
Banyak analogi baik yang bisa diambil dari fakta tentang buaya. Tapi namanya juga salah kaprah, kalo dibetulkan malah jadi tidak lumrah...


Read More

01 September 2013

Pipis Kelinci

#Bimbingan Orang Tua

Waktu liburan kemarin, tanaman coklat alias kakao di samping rumah mbahnya Ncip sedang berbuah.

Aku masih ingat, mbahnya nanam coklat itu waktu si Ncip lahir. Bila benar sudah berbuah sejak beberapa bulan lalu, berarti usia tanamnya belum sampai 2 tahun. Padahal aku pernah baca bila kakao mulai berbuah pada usia 2 - 3 tahun.

Penasaran kenapa bisa berbuah lebih cepat, buruan aku korek informasi siapa tahu mbahnya Ncip punya rahasia khusus. Sayang jawaban yang aku dapat kurang memuaskan. "Ga tau orang diurus saja engga. Nanam itu cuma untuk neduhin kolam ikan doang..."

Kampung mbahnya Ncip mungkin sesuai dengan kebutuhan hidup kakao. Ketinggian kurang dari 600 meter dpl dan tanahnya lempung berpasir. Tapi disekitar situ tidak ada yang membudidayakan kakao, makanya informasi tatacara pengelolaannya pun beliau tidak tahu.

Satu-satunya bocoran yang menarik adalah, kebiasaan beliau menaruh bak plastik penampung di kolong kandang kelinci dan kencingnya dipake untuk menyirami tanaman.

Buka google nemu penjelasan di blog Kelinci Indonesia, bahwa urine dan kotoran kelinci itu sangat bagus untuk pupuk. Kandungan unsur haranya adalah sebagai berikut :

Sumber: Trubus (1996). Klaus (1985 dalam Kartadisastra (2001); Baririh, N.R, Wafiatiningsih, I.Sulistyo, R.A. Saptati BPPT Kaltim 2005)

Tentang pipis kelinci itu, aku nemu penjelasan lebih keren di Detik. Pupuk kencing kelinci harganya 20 ribu perak perliter. Jauh lebih mahal ketimbang BBM non subsidi apalagi pipisku.

Satu ekor kelinci dewasa berumur 2 bulan dengan bobot satu kilo bisa menghasilkan 2,5 ons kotoran basah perhari. Kalo 100 ekor berarti 25 kg perhari. Kalikan 20 ribu, dalam sebulan hasilnya bisa singsot ala TKI Korea...


Ada keterangan tambahan begini: "Penggunaan probiotik pupuk kelinci untuk tanaman sayuran berdampak positif dimana rata-rata produksinya lebih tinggi 16,3% (kentang) dan 5% (kubis)"

Dari penjelasan tersebut, bisa dimengerti kenapa tanaman kakao mbahnya Ncip bisa berbuah di usia 1,5 tahun dari semestinya 2 - 3 tahun.


Mungkin itu alasannya kenapa kelinci dijadikan logo Pleboi. Nyata-nyata terbukti anak muda yang dikasih pupuk merk pleboi bisa berproduksi lebih cepat. Baru nikah 3 atau 4 bulan sudah beranak...

Makin kebelet kembali ke desa
Jualan pipis...


Intinya
Jadi sadar kalo di kampung banyak peluang yang menjanjikan asalkan mau kreatif. Ga masalah dibilang kampungan asal ati adem dan dompet tebel. Mau..?



Read More

Ngiklan

#Semua Umur

Sudah diduga...
Ada yang japri tentang jurnal Jualan Ubi kemarin. "Ada apa lu, tumben mau posting iklan..?"

Selama ini, aku memang malas ikutan kontes promo produk. Bukan tak tergiur hadiahnya, melainkan ga nyaman membikin dunia blogging jadi hambar. Ngelayap kesana kemari disuguhin cerita yang sama.

Mendingan kalo kontes sosisal budaya macam tema ASEAN yang sekarang lagi rame. Temanya mudah dikembangkan sehingga sudut pandang berbeda bisa ditemukan. 

Yang nyebelin itu kontes tukang obat atau produk lain yang aku yakin sebagian besar penulisnya modal nyari bahan di google dan belum pernah nyobain sendiri. Tak heran kalo isi jurnalnya jadi seragam. Bahkan kata-kata dalam tiap paragrapnya pun banyak yang kembar siam.


Ide jurnal kemarin berasal dari cerita Mang Lembu tentang tenggelamnya blog beliau di mesin pencari. Menurut beliau, masalah tersebut turut andil menurunkan sedikit omset penjualan. Sekali lagi, sedikit doang turunnya ya...

Saat beliau mengajak bicara tentang SEO, merasa ga ngerti sama sekali spontan aku angkat tangan. Namun aku kepikiran ide viral marketing dengan cara memperalat blogger yang marak belakangan ini. Bahwa, web penjual tak masuk halaman pertama google tidak berbanding lurus dengan efektifitas pemasaran.

Toh saat ini google menerapkan personalisasi pencarian dimana hasil pencarian setiap orang bisa berbeda. Satu blog dapat ranking satu di laptopku belum tentu nongol di halaman pertama komputer tetangga sebelah.

Alternatifnya adalah membanjiri google dengan web tentang produk. Tak peduli web siapa yang nongol di halaman pertama, yang penting contact personnya mengarah ke web penjual itu lebih efektif ketimbang yang disebut backlink url.

Oleh karena itu, tak ada salahnya bila sesekali aku promosikan usaha milik teman-teman. Namanya membantu teman kan tak selalu harus nyumbang duit.




Tak perlu pake kontes.
Sukarela sajalah biar pertemanan terasa lebih tulus. Tak perlu juga pake itung-itungan macam, lu polow gua polbek. Nanti pertemanannya malah kurang mengalir, berasa lagi arisan promo.

Kemarin aku promoin ubinya Mang Lembu. Mungkin minggu depan aku nulis kemampuan musik Lik Zach. Siapa tahu ada produser yang nyari musisi di google dan berkenan mengangkat beliau jadi anggota boyband. Sudah ada yang liat klip beliau kan..? Yang nyanyi, "aku tak mau jikalau aku dimadu, ooowghhh..."

Kira-kira begitu pembenaranku
Ada yang berkenan ikutan..?


Intinya
Semoga aku bisa rutin bikin jurnal senada. Sehingga aktifitas ngeblog tak hanya untuk hahahihi. Tapi juga bisa membantu kelancaran bisnis teman di mesin pencari. Ga perlu iming-iming hadiah. 
Gusti Allah yang bales...

NB
Tidak melayani pertanyaan tentang Parah Kuin di Cilembu, apalagi tentang kaosnya. Yang penasaran, liat aja videonya di TransTV. Kalo mau nanya tentang asistennya, hubungi Mang Lembu saja...


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena