30 Juni 2010

Selamat Bermuktamar Muhammadiyah

Hiruk pikuk manusia di jalanan depan kantor awalnya aku pikir merupakan rutinitas yang dialami kota Jokja setiap musim liburan. Baru siang tadi aku ingat kalo tanggal 3 besok mau ada pembukaan Muktamar satu abad Muhammadiyah di Stadion Mandala Krida tak jauh dari kantorku.

Panitia sempat menyambangi kantorku dan menyampaikan permintaan maaf bila selama beberapa hari aktifitasku akan terganggu oleh banyaknya massa yang menghadiri acara Muktamar. Salut neh untuk yang satu ini. Perasaan baru kali ini ada pengerah massa yang mau berbuat seperti itu. Biasanya sih damai-damai saja menutup jalan sampai aku susah mau ke kantor.
Read More

29 Juni 2010

Malas Pengajian

Banyak orang mencibir ketika ada yang bilang "malas mengaji..."

Seringkali kita memvonis orang tanpa mau tahu masalah sebenarnya. Dan itu seringkali digeneralisir sehingga dengan mudah kita mencap orang secara negatif. Padahal bila kita mau melihat lebih jauh, kita akan bisa mengerti bahwa orang yang malas itu kadang lebih baik dari kita.

Seperti bekas manager galeriku dulu pernah berucap begitu. Setelah aku tanya latar belakangnya, aku bisa mengerti bila itu malas yang baik. Anaknya sekolah di SD Muhammadiyah Sapen yang merupakan sekolah nomor satu di negeri ini untuk urusan kualitas. Begitu besar perhatian sekolah terhadap anak didiknya, sampai-sampai setiap malam guru akan mengunjungi siswa secara acak untuk melihat siswanya belajar atau tidak.
Read More

Khataman

Karena sudah masuk bulan rajab kali, sepanjang perjalanan kemarin seringkali terhalang pawai khataman atau abid-abidan yang merupakan salah satu prosesi ketika seorang anak sudah khotmil qur'an.

Dari segi edukasi, acara semacam itu sebenarnya bagus juga untuk merangsang anak giat mengaji dan bisa memberikan kebanggaan tersendiri pada si anak. Aku sendiri merasakan hal yang sama saat kecil dulu. Yang biasanya ngaji malas-malasan, sehari paling selembar. Menjelang juz juz terakhir jadi semangat 45 sehari bisa 5 lembar lebih. Tapi ya itu, motivasinya bukan lagi untuk memperdalam pembelajaran tentang agama, melainkan ingin segera khataman agar bisa balik mengejek teman yang belum khatam.
Read More

28 Juni 2010

Surveyor

Mondar-mandirku belakangan ini, lama kelamaan memancing istri untuk bertanya, "Katanya kerja di galeri lukisan, kok keluyurannya malah urusan pertambangan...?"

Aku pikir memang benar banget tuh pertanyaan. Akhir-akhir ini lebih banyak pekerjaan yang sebenarnya di luar job descriptionku di galeri. Walau posisiku di general affairs tapi bukan berarti bisa menggeneralisir pekerjaan apalagi untuk membuat affairs.

Tugas-tugas itu sebenarnya pekerjaan dari kantor Jakarta sebagai induk perusahaan dimana galeriku berposisi sebagai anak perusahaan. Tukar menukar orang antar anak perusahaan sudah teramat biasa terjadi. Sehingga orang-orang yang terlibat mau tak mau harus bisa menguasai banyak bidang kerja. Seperti pekerjaanku di galeri sebenarnya sangat jauh dari basic awal aku bekerja sebagai IT. Makanya ketika banyak rolling pekerjaan, aku harus bisa memposisikan diri sebagai marketing, HRD, trainer dan tugas lain yang berbeda akar kemampuannya.
Read More

27 Juni 2010

Cari Makan di Perjalanan [Tips]

Perjalanan kali ini benar-benar di luar perencanaan. Tidak ada angin tidak ada kabar burung, tahu-tahu si bos nyuruh ke Cilacap untuk survai pasir besi. Namanya juga mendadak, makanya bekal perjalanan pun tidak kumplit seperti biasanya. Tak heran bila baru jalan paling sejam, pasukan cacing dah mulai demo minta jatah. Warung makan sepanjang jalan memang banyak, cuma kadang kalo nasib kurang baik kita suka salah parkir dan berakhir kecewa. Tapi aku punya satu tips dari teman untuk masalah cari tempat makan ini.

Cari rumah atau warung makan yang didepannya banyak truk berhenti. Dijamin masakannya enak dan harganya murah. Kalo banyak mobil pribadi parkir, mungkin enak tapi harganya belum tentu murah. Apalagi kalo tempat parkir bus, susah diprediksi karena memang rumah makan itu bekerjasama dengan perusahaan bus untuk memaksa penumpang makan disitu.
Read More

23 Juni 2010

Rindu Kampung Halaman

Di saat otak penuh begini, keinginan untuk pulang ke kampung halaman nan permai selalu muncul. Udah gitu istri rajin nelpon nyuruh pulang dengan alasan yang konsisten, anaknya kangen. Trus jagoan yang hampir setahun dipingit, tahu-tahu dah boleh sms lagi. Eh, temen-temen masa kecil yang baru ketauan jejaknya di internet pada manas-manasin pengen ketemu di kampung.

Kampungku terpencil di ujung Jawa Tengah bagian barat, dikelilingi hutan karet yang senantiasa hijau. Banyak orang bilang tidak bikin betah, tapi selalu bikin kangen. Apalagi bila kenangan-kenangan masa kecil bermunculan dalam benak. Wah, hati serasa dibetot segera pulang. Walau harus menempuh perjalanan panjang membajak jalan berlumpur naik ojek.

Ingat waktu kecil yang lebih banyak dijalani di tepi sawah berteman kambing. Atau di hutan karet mencari kayu bakar biar sering diuber-uber Polsus dianggap mencuri kayu. Membuat segalanya tentang sawah dan hutan menancap tajam susah dihilangkan sampai aku besar.
Makanya ketika mulai belajar merantau dulu dan pulang kampung menemui yayang yang setia menunggu, target pertama adalah janjian melepas kangen di tepi sawah. Memandang gemericik air di sungai sambil mencoba mencari cara untuk melepas rindu bak anak kota. Nasib baik datang ketika melihat kambing ortu yang aku tungguin saling bercengkrama menggesek-gesekan muka. Akupun bilang begini, "kambing kalo lagi kangen begitu ya..?"

"Iya kali. Maksudnya apa..?"
"Aku kan juga kangen kamu.."
"Trus..?"
"Boleh engga kalo aku ikutan seperti yang dilakukan kambing kasmaran itu..?"
"Ya boleh aja lah. Emang siapa yang melarang..?"
"Eh, beneran neh, say..?"
"Suer... Lagian itu kan kambing ortu kamu, mau kamu apain juga terserah kamu. Kecuali kamu mau cium kambing tetangga, sebaiknya ngomong dulu ke yang punya..."

Baru saat itu aku sadar bahwa cewek kampung pun perlu rayuan romantis dan tidak bisa todepoin. Mulailah serangan lembut melalui kata-kata klise aku mulai, copas dari novel Freddy S yang ngetop jaman dulu selain Wiro Sableng dan Eny Arrow.

"Yang, jika kau jadi bunga aku rela deh jadi kumbangnya. Kalo aku jadi ikan..?"
"Ya aku rela jadi lautan, mas..."
"Kalo aku jadi monyet..?"
"Aku rela, mas... Suerrr, relaa... relaaa banget nonton topeng monyet gratisan..."
Read More

Teman Pede

Saat santai di Balikpapan kemarin, sempat ada obrolan ngalor ngidul tentang anak dan pendidikan. Aku sempat bertanya kepada pak Andi, kenapa ketika orang lain berlomba-lomba menyekolahkan anak ke luar negeri, beliau merasa cukup anaknya kuliah di Surabaya. Jawabannya cukup sederhana. Anak butuh teman dan rasa percaya diri selepas sekolah.

Aku jadi ingat dengan juragan Volvo jaman orba dulu yang sekarang jadi juragan lukisan. Beliau sempat mengeluh tentang sulitnya mengelola galeri dan balai lelang. Anaknya disekolahkan di Amerika dengan harapan apa yang diperoleh disana bisa menjadi modal bagus untuk mengembangkan usaha yang memang sejak awal disiapkan untuk anaknya itu. Tapi tetap saja si anak sulit untuk bisa bergerak cepat.
Read More

22 Juni 2010

Tepat Waktu

Pagi-pagi dah pengen ngomel. Staf datang kesiangan, pas ditanya kenapa telat kok jawabnya, "kirain belum pulang dari Balikpapa, mas.."

Aku sendiri biasa telat atau bolos sekalian. Tapi paling tidak aku tidak mengharapkan alasan yang tidak cerdas begini. Walau mungkin tidak bisa dibenarkan, kalo bilang habis nonton bola atau ban motor kempes di jalan, kayaknya lebih mudah untuk menerima. Jawaban seperti itu seolah mencerminkan, mau rajin kalo lagi ditungguin doang.

Walau soal jam karet kayaknya sudah umum banget di sekitar kita, tapi aku berusaha untuk belajar tepat waktu. Seperti pulang dari Balikpapan kemarin. Walau pesawat delay katanya sudah bukan keanehan lagi, tetap saja aku berusaha tiba di bandara satu jam sebelum pemberangkatan.
Read More

21 Juni 2010

Balikpapan Trip

Perjalanan ke Balikpapan kali ini, sepertinya tidak ada yang terlalu istimewa. Apalagi untuk penerbangan berangkatnya, tidak ada yang aneh sama sekali. Kecuali Lion Air bisa terbang tepat waktu, baru aku berani bilang ajaib. Untuk sekedar bertanya ke kru kabin pun sudah enggan rasanya. Paling banter jawabannya belum berubah, "Kalo cuma telat setengah atau satu jam, belum bisa dikatakan delay, pak..."

Penerbangan pulangnya kali yang sedikit menarik. Soal ketepatan waktu, Mandala memang lumayan bagus. Cuma kayaknya baru kali ini di tengah penerbangan pilot menyampaikan informasi cuaca dan penerbangan pakai kata asalamu'alaikum. Biasanya kan lempeng aja, kecuali bulan puasa.
Read More

19 Juni 2010

Yahoo! Answers

Ada satu lagi tempatku bermain di internet selain ngeblog, milis atau forum, yaitu di Yahoo! Answers. Tempat ini biasa aku sambangi disaat otak mulai jenuh dan butuh penyaluran segera, namun waktu tak mencukupi untuk ngeblog atau sekedar blogwalking. Dengan menjawab satu dua pertanyaan yang ada, cukup sudah bagiku untuk bisa melanjutkan lagi pekerjaan tertunda.

Y!A merupakan salah satu layanan gratis Yahoo yang memberikan tempat buat kita saling bertanya jawab dengan teman. Bentuknya hampir mirip forum pada umumnya, hanya saja di Y!A urutan pertanyaan tetap berdasarkan waktu post. Tidak bisa disundul agar masuk halaman satu seperti yang ada di forum.
Read More

Antara Koper dan Ransel

Ketika akan bepergian, ada satu hal yang aku ga pernah kompak dengan istri. Istri lebih suka bawa koper, sedangkan aku tetap setia dengan ransel. Aku mengakui sih, kalo pendapat istri banyak benarnya. Lebih mudah mencari sesuatu, pakaian ga kusut dan tak perlu digendong. Kalo pergi bareng biasanya aku nurut. Tapi ketika harus pergi sendiri, tetap saja aku kembali ke habitat lama. Menjadi backpacker bersandal jepit dan kaos oblong.

Aku sendiri ga tau, kenapa aku nyaman dengan caraku itu. Bepergian seolah menjadi tanpa beban. Walau sebenarnya ribet juga. Apalagi kalo acaranya meeting di luar kota. Otomatis kemeja dan sepatu harus masuk ransel yang artinya menambah barang bawaan. Sampai tujuan kadang dilarang masuk oleh satpam karena bersandal jepit. Padahal niatnya mau numpang ganti baju dulu di toilet.

Menjadi backpacker menurutku nyaman banget. Aku tak merasa punya beban bila harus duduk di lantai stasiun atau terminal. Ketika harus beli sesuatu harganya suka dikasih lebih murah sama penjualnya dibanding ketika aku pakai kemeja menyeret koper. Terlebih karena aku tak bisa menawar. Apalagi kalo dah ditanya, "di Jokja ngapain mas..?"

"Kuliah, bu..."

Wah, suka dapat tarif pelajar tuh. Walau maksudku kuliah tuh sebenarnya kuli payah...

Tapi kebiasaan ini sempat juga dapat teguran dari sibos. Awalnya sih selain aku nyaman banget dengan gaya itu, aku bisa dapat uang saku tambahan. Jatah akomodasi dari kantor untuk ke Jakarta dua hari satu malam misalnya 2 juta. Untuk tiket pesawat pergi pulang plus hotel saja sudah 1,5 juta. Sisa 500 ribu pas pasan untuk taksi dan makan. Kalo aku naik kereta ekonomi, tiket ke Jakarta cuma 25 ribu, patas ke Kebayoran Lama 5 ribu tambah mikrolet 2 ribu perak. Makan di warteg dan tidur bareng satpam di kursi kantor. Sisanya lumayan...

Ketauan si bos trus ditegur. Ketika aku bilang yang penting kan nyampe kerjaan beres, dijawab gini, "Tapi kamu kan ga nyaman. Keburu cape di jalan nanti kerjaan ga maksimal..."

Jadinya trus nurut. Kemana-mana naik pesawat dan taksi. Kalo terpaksa naik kereta pun pake yang argo, biar ga gelagapan kalo ditanya bukti tiketnya. Cuma ya gitu deh. Ransel dan sandal jepit tetap ga bisa ilang. Sampai sampai sok kena diskriminasi sosial karena penampilan. Masa tetangga sebelah ditanya mau pesen makan sama pramugari, aku dilewatin. Apa dari baunya dah kecium yah, kalo perbekalan makan di ranselku dah banyak..? Lagian makanan di kereta harganya keterlaluan buat kantongku.

Biarin dah dianggap gelandangan kucel. Yang penting aku nyaman. Dan bila di jalan ada cewek yang naksir, minimal aku sudah bisa menilai kalo dia bukan cewek matre. Cuma sayangnya kok ga ada yang bilang naksir yah..?
Read More

18 Juni 2010

Pencitraan Diri

Membaca di kompas cetak tentang biaya pencitraan untuk calon kepala daerah, mau ga mau aku geleng-geleng kepala. Hanya untuk pencitraan calon gubernur saja makan dana sampai 40 milyar rupiah. Itu hanya biaya ke konsultan politik, belum termasuk biaya lain-lain untuk tim sukses atau kegiatan fisik di luar konsultan.

Apa ya akan bisa berjalan lurus bila kebutuhan modalnya saja sudah sedemikian besar..? Apalagi setelah banyak pengusaha yang masuk ke bidang eksekutif, otak dagang mereka aku tak yakin bisa pupus secepat kilat. Yang ada malah dianggap bisnis baru yang menggairahkan.

Yang lebih parah lagi, ada konsultan yang menjamin bisa memulihkan nama baik seseorang asalkan tidak sedang dipenjara. Jadi bila statusnya masih sekedar tersangka, masih bisa dicuci bersih tuh segala kotorannya.
Read More

16 Juni 2010

Merokok Untuk Kesehatan

Semenjak keranjingan lagi naik kendaraan umum, aku mulai banyak persiapan ketika merencanakan bepergian untuk mengantisipasi gesekan-gesekan tak nyaman dengan penumpang lain. Seperti dulu aku jarang bawa headset dan bermusik di hape, sekarang jadi rajin isi lagu sebelum berangkat. Jadi ketika kanan kiri depan belakang mulai rame adu musik di hape masing-masing, aku bisa tidur nyaman dibuai lagu-lagu Buddha Bar melalui headsetku tanpa terganggu polusi suara tetangga.

Dulu aku juga suka banget kalo duduk di sebelah cewek yang cakep atau anak-anak SMA. Tapi sekarang aku mudah terganggu oleh musik-musik dari hape yang kebanyakan disetel anak-anak muda. Makanya aku lebih suka duduk dekat orang tua yang lebih anteng. Tapi tetap pilih-pilih juga kalo memang masih memungkinkan.
Read More

Mandala Air Payah

Masih ribut acara cukuran dan aqiqah anak, tiba-tiba ingat kalo aku belum pesan tiket pesawat buat ke Balikpapan. Jadinya bermodal koneksi GPRS yang aduhai lelet, aku bisa booking walau makan waktu setengah jam lebih.

Pembayaran aku pilih smsbanking agar ga perlu keluyuran 30 kilo ke kota untuk cari atm. Pakai internet banking aku sedikit ragu mengingat kondisi internet yang mirip selebritis, putus nyambung.
Read More

14 Juni 2010

Memilih Jodoh 3D atau 3B..?


Dalam seminggu ini sudah dua orang teman cowok yang mengeluh tentang sulitnya mencari istri, sementara usia sudah semakin melambung. Temanku yang pertama sebenarnya cukup ideal ukuran casingnya untuk kategori cowok. Pacarnya juga banyak. Tapi entah kenapa ketika harus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dia selalu gagal. Sampai-sampai dia kehilangan rasionalitasnya dengan mengatakan, "pasti ada mantanku yang sakit hati lalu main dukun neh..."

Kalo aku sendiri justru melihat kegagalannya itu karena prinsip hidup dia yang terlalu hati-hati. Memilih jodoh dianggapnya seperti memeriksa keaslian uang. Dia pakai prinsip 3D, dilihat, diraba, dicoba. Bisa jadi dia batal menikah hanya karena gagal mencoba. Atau karena gagal meyakinkan calon istrinya setelah percobaannya tidak memuaskan.


Dia juga tak sepenuhnya percaya jodoh di tangan Tuhan semata. Karena menurutnya hansip pun bisa jadi biro jodoh alternatif. Tapi jangankan berjodoh dengan perempuan, dengan hansippun dia tak juga berjodoh. Tak ada hansip yang mau mengurus keinginannya itu. 

Sampai-sampai dia ikut audisi yang diadakan oleh orang tua kaya yang anaknya cantik jelita. Ada tiga orang peserta audisi dan ditanya satu persatu tentang apa yang dimiliki untuk membahagiakan anak perempuannya. Yang pertama menjawab punya jabatan, rumah, mobil dan segala yang serba mewah. Yang kedua mengatakan sudah punya NPWP. Dan temanku itu menjawab, "Saya tak punya jabatan atau NPWP. Tapi saya punya benih dalam perut anak bapak..."

Tetap saja gagal oleh peserta pertama. Matre loe...

Temanku kedua perilakunya lebih baik dan tidak sejahat yang pertama dalam urusan perkelaminan. Dia bisa dikategorikan orang baik-baik. Tapi nasib dan jodohnya tetap saja jauh. Dia pernah mengeluh tentang prinsipnya dalam urusan perjodohan. Sama sih dalam 3 kategori seperti temanku pertama, tapi bukan 3D, melainkan 3B sesuai dengan budaya Jawa. 

Katanya secara bibit atau keturunan dia merasa tak bermasalah. Keluarganya tidak ada yang eks tapol atau ikut aliran sesat. Secara bebet atau lingkungan juga oks banget, karena dia hidup di lingkungan pesantren yang jauh dari penyakit masyarakat. Terakhir secara bobot atau nilai pribadi, dia tak merasa ada kekurangan yang teramat sangat walau tak bisa dikatakan berlebihan. 

"Masa sih pengen cari istri yang cantik aja susahnya minta ampun..." begitu keluhannya di akhir curhatnya.

Walau aku bukan adiknya malaikat pembagi jodoh, tetap saja aku harus mau menanggapi agar ga dianggap tidak setia kawan. Kadang aku bingung juga harus berkata apa, tapi tetap saja tak boleh terucap. Dan akhirnya aku bilang, "3B mu salah, ndol..."
"3B kan bibit bebet bobot. Emang yang bener gimana..?"
"Kalo buatku artinya ga gitu. B yang pertama artinya berusaha.."
"Wah, aku ga kurang-kurang tuh. Asal ada yang menarik hati pasti kukejar. Gunung kudaki lautan ku seberangi..."
"Berarti harus melakukan B yang kedua, berdoa..."
"Aku sudah berdoa setiap waktu. Sampai bermacam-macam wirid dan puasa sudah aku lakukan. Tetap saja Luna Maya ga jatuh hati kepadaku..."
"Hmmm... Berarti B yang ketiga belum kamu lakukan kali..?"
"Apa itu..?"
"Bercermin deh..."

Ngaca loe taplak..!

Just for fun teman...
Sekalian ijin libur ngeblog beberapa hari
Mau pulang kampung untuk aqiqah anak
Trus bablas ke Balikpapan urusan kerjaan
Sampai ketemu minggu depan deh...



Read More

13 Juni 2010

Keceplosan

Pernah dengar sebuah anehdot tentang dua orang hidung belang yang mengkomentari pelacur yang baru dipakainya secara bergantian..?

Si A : Sialan ga enak. Enakan istriku...
Si B : Bener banget, enakan istrimu deh...

Kasus keceplosan seperti kata si B, mungkin pernah terjadi dalam kehidupan kita walau kasusnya beda. Orang keceplosan seringkali kita tanggapi negatif, terutama untuk hal ga enak yang menyangkut diri kita. Padahal kalo dipikir, itu adalah ungkapan yang paling jujur dari hati yang paling dalam. Atau sering dikatakan sebagai ungkapan dari alam bawah sadar yang tidak dikendalikan oleh hati dan pikiran.

Banyak orang mengatakan menyukai kejujuran dan tidak suka dibohongi. Tapi ketika kejujuran itu dirasa tidak enak, dengan mudah kita melupakan slogan yang kita ucapkan sendiri. Seperti ketika masa-masa pacaran. Jarang banget orang mau ngomong jelek tentang pasangannya, walau kita semua tahu manusia pasti ada sisi baik dan buruknya. Seringkali kita menutupi sebuah keburukan kita agar selalu tampak baik. Hanya sayangnya kita lebih suka untuk menutupi tanpa mau memperbaiki.

Di lain sisi, kita juga suka takut untuk mengkritik yayang dengan alasan takut dia tersingung dan memberikan ultimatum putus. Seperti ketika pacar nanya tentang cantikan mana dia dengan sandra dewi misalnya. Dengan enteng kita akan menjawab, "ya pasti cantikan kamu dong, say..."

"Masa sih mas..? Yang bener..?" biasanya dijawab gini sambil kedip-kedip mirip orang cacingan.
"Orang boleh bilang Sandra Dewi cewek paling cantik. Tapi di mataku kamu yang terindah..."

Jawaban paling jujur tuh. Di mata mungkin benar dia yang terindah. Tapi dalam hati tetap bilang gini, "Ya jelas cantikan si Sandra laaah..."

Budaya belajar tidak jujur dari hal yang paling kecil membuat kita makin lama makin mudah untuk membuat kebohongan yang lebih besar. Apalagi ada yang dinamakan efek domino, dimana satu kebohongan akan melahirkan kebohongan lagi. Makanya ketika ada yang keceplosan atau ngoceh pas ngelindur, orang seringkali shock.

Menuntut dan melakukan kejujuran sangat mudah untuk diucapkan tapi berat banget tuh dalam prakteknya. Selalu membuat dilema dan dilema yang tak pernah habis, apalagi bila berhubungan dengan pasangan atau atasan. Mungkin sama beratnya dengan ketika seorang istri disuruh milih oleh suaminya, "kamu lebih suka dimadu atau diracun..?"

Aku sendiri bersyukur banget jadi orang yang jarang keceplosan, karena memang udah bawaan bayi kalo ngomong suka ceplas-ceplos. Tak heran kalo apa yang menurutku ucapan biasa, orang lain ada yang tersingung atau bilang aku jutek, sinis, dll dll...

Dan kebiasaanku itu susah banget untuk dirubah. Secara kultural aku adalah orang Banyumas yang punya prinsip kehidupan manusia pinggiran yang jauh dari anggah-ungguh keraton, blakasuta atau apa adanya. Dalam budaya Banyumas aku akan menyebut aku madhang, bapake madhang, luraeh madhang sampai bupatine pun tetap madhang. Beda dengan kultur keraton yang membedakan madhang hanya untuk diri sendiri atau yang lebih rendah. Kepada yang lebih tua atau lebih tinggi akan dikatakan dhahar.

Lalu secara basic pendidikan dan pekerjaan, aku selalu di bidang teknik yang selalu mengurusi benda mati. Makanya untuk masalah basa basi aku kadang sulit banget. Beda dengan yang kerjaannya memang mengurus orang lain seperti resepsionis atau public relation yang lagi ngambek pun tetap harus bisa tersenyum.

Kadang aku pengen juga sih belajar ga jujur. Seperti pas istriku masak keasinan. Aku sedikit ga tega melihatnya pontang-panting ke pasar lalu sibuk di dapur sementara aku masih tertidur lelap selepas begadang. Makanya begitu istriku nanya, "enak ga, mas..?"

"Wah enak banget, sapa dulu dong yang masak..." begitu aku jawab walau sambil melotot-melotot nahan asin di lidah.

Dijawab gitu, istriku malah memandangku cemas, "Sakit ya, mas..?"
"Engga, emang kenapa..?"
"Kok ga bisa merasakan kalo sayurnya keasinan..."


Read More

12 Juni 2010

Aku Mesum Juga

Belajar menjadi orang konsisten ternyata susah juga. Beberapa kali aku sampai berteriak tentang rasa bosenku melihat headline news media akhir-akhir ini. Tapi kenyataannya, otakku tetap terbawa mesum walau hanya secara tersirat. Kalo sudah begini biasanya alibinya berubah, "ah, itu kan bawaan bayi dari makhluk yang bernama manusia..."

Ketertarikan kepada lawan jenis sampai dengan hubungan seksual memang basic instict yang tidak mungkin bisa hilang selama masih dalam kategori normal. Permasalahannya hanya pada penyalurannya di jalan yang benar atau tidak, walau ini pun masih rancu. Karena batasan benar atau salah setiap orang berbeda.

Sayangnya perbedaan ini kebanyakan bukan karena keyakinan akan kebenaran yang hakiki, melainkan  karena perbedaan nasib. Sehingga sangat wajar bila keyakinan orang berubah ketika nasib juga berubah. Contohnya adalah aktivis mahasiswa yang gencar berteriak di jalanan atas sebuah ketidakadilan yang dilakukan negara. Ketika teriakan itu mengubah nasibnya menjadi anggota hewan, nyatanya dia lupa dengan sesuatu yang dulu diteriakan haram jadah.

Soal permesuman pun kayaknya sama. Bisa saja aku yang katanya orang baik-baik ini, sekarang ikut menghujat si Apriel Waterpen dengan mengatainya bejat dan bodoh sampai berbuat begitu saja divideokan. Tapi siapa yang menjamin bila nasibku baik dan punya kesempatan bareng sekamar dengan si Lupa Mayar aku tidak melakukan hal yang sama..? Paling banter aku mikirnya, "Aji mumpung dah, ga bakalan nemu setahun sekali..."

Toh bila kemudian di halaman depan koran muncul tulisan gede, "Video mirip rawin mesum tersebar di internet" Aku masih pinjem mulut si Linggis walau bayarnya mahal untuk menjawab, "Itu tidak benar... Tidak mungkin mirip rawin, wong itu dia sendiri kok..."

Untuk apa sih kita menghujat dan membicarakan kejelekan orang lain yang katanya ghibah dan dosa, bila kuncinya hanya pada kata kesempatan..?

Aku yakin, penghujat yang lebih bobrok juga banyak. Mereka bisa berbuat begitu pun karena masalah yang sama. Belum ada kesempatan membuat videonya. Atau sudah buat tapi belum sempat belajar mainan hape, jadi tombol send sama del ga bisa bedain.

Ada temenku yang berteriak keras sekali di sebuah forum. "Memalukan nama bangsa, merusak moral generasi muda..." 

Apa iya sih sampai sebegitu dahsyatnya bawa-bawa bangsa segala. Orang koruptor yang merugikan rakyat dan negara saja masih kita ikutin jejaknya kok. Walau sekedar korupsi jam dan internet kantor buat ngeblog. Lagian terlalu berlebihan membebankan moral anak bangsa hanya kepada dua atau tiga orang yang iqnya sedikit jongkok itu.

Aku juga ketawa ketika mendengar polisi ikutan heboh sampai mau mencekal agar tidak menghilangkan barang bukti. Ya ga akan lah, bos. Barang bukti kesayangan yang dicelanain masa sampai dihilangkan. Emangnya mau disimpen di laci Kabar eskrim biar ga digondol Jayus.

Mereka juga ribut mencari pelaku yang menyebarkan, masih dengan embel-embel atas nama moral generasi muda. Kenapa lagi harus sok sibuk bersusahpayah mencari-cari, orang udah jelas yang bertanggungjawab tuh media masa.

Sampe males liat tipi yang headline nya tak pernah berubah dari itu ke itu. Sampai anak SD pun apal berita ga jelas semacam itu. Bubarin aja deh tipi tipi gosip yang suka mengaduk-aduk masalah pribadi orang lain. Pokoknya impoTAImen najissss...

Buset...
Malah aku yang sewot..?

Pokoknya buat aku gitu aja deh. Kalo suka sama permesuman ya monggo, tapi jangan cari sensasi pake ngasih tau wartawan segala. Yang ga suka juga silakan, tapi ga perlu menghujat kesialan orang lain setelah bersusah payah mencari link donlotnya.

Aku sendiri sih suka aja berteori yang begituan. Yang penting prakteknya selalu bersama istri. Sekali-kali ngelamunin si Lupa Mayar sih wajar aja. Soalnya aku belum berani bilang dia jelek dan tidak menarik. Minimal untuk aku yang masih senang mengaku sebagai laki-laki normal...

Huuuh...
Malah jadi kepikiran kalo 40 hari tuh lama...


Read More

Otak Porno

Ada temen di kampung yang menjadi pengajar IT di sebuah SMA swasta. Sudah beberapa kali temanku minta bantuan untuk memblokir situs-situs yang katanya kurang pantas untuk diakses anak sekolah. Sempat aku sarankan untuk menggunakan add on parental control di firefox browser. Tapi katanya lama kelamaan bobol, karena siswa mulai mengerti cara mendisable atau dengan cara menginstal browser lain.

Lalu aku sarankan untuk menggunakan open dnsnya nawala. Ketauan juga cara ganti dnsnya dibalikin ke auto. Trus aku suruh setting DNSnya di modem ADSLnya, jadi tidak bisa dibuka setiap orang. Lagi pula lebih simpel karena tidak harus disetting di setiap PC. Payahnya modem bawaan dari Telkom terlalu sederhana dan tak bisa setting DNS secara manual. Aku suruh ganti modem yang bagus - paling 500 ribuan - dia malah ngeluh. "Sekolah swasta didesa, ga punya anggaran untuk itu. Kamu nyumbang aja sini..."

Akhirnya aku saranin untuk pakai site blockernya ahlul. Tapi dengan tool ini, situs yang akan diblok harus disetting manual. Jadi agak ribet juga karena tidak ada site definition yang otomatis terupdate seperti pada nawala. Apalagi kalo ingat, website aneh aneh itu selalu bermunculan setiap hari.

Masalah lainnya adalah situs semacam itu semakin sulit dilacak dari sekedar nama domain atau word contentnya. Dulu orang memang terang-terangan membuat domain yang mengarah kesitu, juga banyak menulis word content yang spesifik untuk mengejar kata kunci mesin pencari. Tapi setelah banyak yang terblokir, mereka membuat domain yang normal-normal saja. Word content yang aneh-aneh pun makin jarang dipakai. Jadinya pemblokiran akan semakin sulit, karena harus memilah secara manual memisahkan antara web esek-esek dengan web kesehatan, edukasi atau psikologi yang menggunakan kata-kata sama.

Sayangnya anak sekarang pun mulai cerdas memilih kata kunci. Tak lagi mereka menggunakan kata seks, porno, bugil dan yang semacamnya. Cukup ketik kata yang normal seperti cewek sma misalnya. 

Merasa kehabisan akal, ketika temanku minta tolong lagi aku cuma bilang. "Percuma ga usah diblok sekalian internetnya. Tapi kendalikan otak anak-anakmu. Kalo perlu arahkan ke website pendidikan seks agar mereka bisa belajar memahami seks secara benar. Kalo dah sering liat gambar orang telanjang, tar juga bosen dan tak menganggap itu sebagai sesuatu yang luar biasa..."

Apapun upayanya, istilah man behind the gun tetap paling efektif. Toh ketika internet di sekolah diblok, siswa masih bisa buka secara bebas di hape atau warnet. Aku pikir jika dibuka sekalian, anak malah akan lebih mudah memahami secara benar. Bahwa seks itu bukan sekedar hubungan badan semata, tapi meliputi banyak cabang kelimuan yang lumayan tebal bila harus dibukukan.

Mungkin ada baiknya sekolah mengadakan diskusi dengan orang tua tentang cara mengkomunikasikan seks kepada anak sejak dini. Cuma masalahnya, apalagi di kampung, orang masih saja menganggap itu hal yang terlarang. Jadinya apa yang disampaikan ke anak cenderung sepotong-sepotong dan banyak hal yang ditutup-tutupi karena ketakutan mereka anaknya mengenal seks terlalu awal.

Padahal bila aku mengingat apa yang ada di keluargaku, seharusnya mereka tak perlu ketakutan soal itu. Aku dibesarkan di keluarga yang sangat terbuka walau orang tuaku termasuk tokoh agama. Dalam banyak hal, orang tuaku lebih banyak memposisikan diri sebagai teman daripada orang tua yang otoriter. Banyak hal dengan mudah aku diskusikan dengan mereka termasuk soal seks sejak aku masih SMP.

Tak pernah ada larangan untuk pacaran atau bergaul dengan banyak lawan jenis. Anak-anaknya jadi tak sungkan ketika membicarakan habis ciuman dengan pacarnya misalnya. Karena pengungkapan itu berasal dari si anak, orang tua akan lebih mudah untuk menjelaskan tentang ciuman dan akibatnya bila sampai kebablasan. Mengenai kehamilan dan tanggungjawabnya juga disampaikan secara gamblang dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Di akhir obrolan baru disampaikan soal aturan-aturan secara keagamaan.

Pelarangan atau pengendalian secara ketat tanpa diberikan gambaran yang jelas dalam bahasa yang dipahami, menurutku justru memancing rasa penasaran mereka. Ketika orang tua tak bisa diajak bicara tentang itu, akhirnya mereka mencari jawaban di luaran. Dan payahnya suka salah informasi dan menganggap seks itu sekedar soal rekreasi. Bukannya sebagai sarana reproduksi yang bertanggungjawab untuk meneruskan kelangsungan hidup manusia. Apalagi dengan adanya luberan informasi katrok dari media masa seperti saat ini, bukannya mendidik menjadi benar. Tapi justru memancing mereka untuk mencoba arah yang salah.

Penanaman nilai agama secara ketat pun menurutku tidak menjamin. Terutama bila mengingat lingkungan dan media kurang mendukung secara penuh. Teramat banyak bukti di sekitar kita, anak yang di rumah begitu penurut dan baik-baik saja, tapi begitu di luar rumah bagai kuda lepas dari ikatan. Tak heran bila orang tua seringkali shock begitu anaknya ketahuan penggemar narkoba atau hamil. Yang disalahkan selalu orang lain yang dianggap mengajak berbuat tidak baik. Padahal kesalahan itu dominan di orang tua yang tidak mampu komunikatif terhadap anak, termasuk hal-hal yang sensitif.

Padahal seharusnya kita menyadari bahwa manusia selalu memiliki rasa penasaran terhadap hal-hal yang belum kita ketahui. Seperti halnya aku dulu suka cewek pakai jilbab, bukan karena masalah agamanya. Melainkan karena rasa penasaran itu. Ketika melihat cewek pakai bikini, aku akan cuek bebek orang dah kelihatan wujud aslinnya begitu. Tapi ketika ada cewek yang tertutup rapat, imajinasiku akan liar membayangkan kayak apa sih dalemannya. Rambutnya panjang atau gundul. Kulitnya mulus atau panuan. Dan sebagainya. Maaf bukan sara. Hanya sebagai contoh tentang rasa penasaran.

Jadi kesimpulannya, tak perlulah pusing-pusing blokir ini itu selama orang tua masih bisa menjadi teman bicara anak. Jadilah pendengar pertama ketika anak mulai memikirkan sesuatu yang berubah tentang dirinya. Kuncinya ga sulit kok. Mau terbuka dan tidak kagetan ketika mendengar cerita yang dianggap tak pantas.

Dan keterbukaan itu bisa mulai dipelajari bersama pasangan sejak awal menikah. Sehingga bila punya anak nanti, kita tak akan kesulitan untuk memulainya. Buktinya aku sudah terapkan bersama istri, rumah tangga jadi damai-damai saja tanpa konflik yang besar-besaran. Termasuk ketika aku buka-buka situs porno dan istri lihat. Tak akan istriku ngambek. Paling banter komentar pendek, "lagi cari inspirasi ya...?"

Hal yang tabu mending dipelajari di rumah dalam pengawasan.
Daripada dilakukan di luar rumah entah dengan siapa.
Itu saja...
Read More

10 Juni 2010

ML Di Kolong Mobil

Beberapa hari menjadi kaum FB (terbaca fakir bandwith), membuatku hanya bisa antap intip doang ke blog temen melalui hape. Selain itu, tema yang diangkat aku lihat kebanyakan seragam dan tidak menarik, tentang gosip mesum.

Mungkin fenomena ini yang membuat kita menjadi manusia hebohan tapi juga lupaan. Ketika ada satu topik yang dianggap hangat, semua berlomba-lomba menuju kesana tanpa ada tendensi yang pasti, selain menghanyutkan diri ke arena narcis. Sehingga tak terlalu berlebihan ketika ada gosip baru, cerita lama itu langsung tenggelam tanpa bisa kita tahu kelanjutannya seperti apa.

Lihat saja ketika satu kasus muncul, semua mendukung sampai membuat gerakan sejuta umat. Ketika cerita lain muncul, semua membuat gerakan menghujat tanpa ampun sampai cap jempol darah segala. Tapi sayangnya semua itu hanya anget anget tai ayam semata dan tak pernah dikawal sampai tuntas. Akibatnya ketika seseorang terkena kasus, cara terbaik untuk segera lenyap dari benak semua orang adalah membuat kasus baru yang sama hebohnya. Tak heran bila seseorang hari kemarin masih jadi penjahat, hari ini berubah jadi pahlawan bertopeng.

Kita kadang lupa bahwa dalam segala hal selalu ada sisi gelap terangnya. Seperti ketika kita rame-rame menghujat Israel, kita seakan lupa bahwa Israel itu terdiri dari negara dan rakyatnya. Kenapa kita harus menghujat secara total dengan menggeneralisir kata Israel, bila kenyataannya banyak rakyat yang berbeda pendapat dengan apa yang dilakukan negaranya.

Ketika ada gosip mobil pribadi dan sepeda motor dilarang menggunakan premium, tanpa mengorek data lebih jauh, dengan mudah kita menghujat pemerintah bilang tidak setuju. Padahal banyak hal yang dapat kita ambil hikmahnya dari kebijakan itu. 32 trilyun pertahun subsidi BBM kebanyakan lari ke mobil yang tidak sepantasnya disubsidi. Kontras dengan kenyataan kereta api sebagai angkutan massal yang harus membeli BBM industri. Padahal di sisi lain kita harus mendukung angkutan massal agar tingkat kemacetan dan polusi dapat ditekan.

Sebelum menghujat, apakah tidak sebaiknya kita telaah dulu manfaat dan mudharatnya secara jangka panjang dan demi kemaslahatan umat. Sampaikan opsi dan bila tidak didengar baru kita demonstrasi. Sebagai contoh ketika program minyak tanah diganti gas. Seperti apa sih hujatan kita waktu itu. Tapi kenyataannya sekarang kita bisa damai menjalaninya. Dan subsidi minyak tanah bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain.

Kenapa kita jarang mau mencoba melihat dari lain sisi untuk diangkat dalam tulisan. Sehingga sebagai blogger kita ikut mendukung pemberdayaan informasi ke masyarakat yang kebanyakan asal copas dan memvonis itu sebagai suatu kebenaran. Pandanglah sisi yang lain dan biarkan masyarakat menimbang-nimbang sebelum memutuskan dalam hatinya masing-masing. Apakah mungkin kita bisa menimbang bila informasi yang masuk kebanyakan hanya dari satu sisi saja..?

Buat aku sendiri, ketika banyak yang heboh mengangkat satu tema, yang ada hanyalah kejenuhan otak melihat bahan bacaan. Ketika Ariel vs Luna Maya jadi hot topic, cerita lain seolah lenyap. Ketika ada cerita baru, bukannya pencerahan yang ditampilkan, tapi kemesuman lain yang sepertinya terus dicari-cari agar bisa menjadikan diri seolah topic starter handal paling up to date.

Kalo memang mau dianggap terkini, kenapa tidak numpang anget misalnya memposting video sendiri. Jadinya orang tidak merasa jenuh dengan berita seragam dan kita terhindar dari dosa menggosipkan keburukan orang lain.

Aku sendiri bingung. Ada teman yang selama ini begitu banyak mengangkat tema agama di blognya, bisa-bisanya kirim pesan lewat japri minta dikirim link untuk dunlut video ga jelas itu. Sampai dia bersusah-payah mendunlut file besar kirimanku mengandalkan koneksi IM2 yang leletnya luar biasa. Padahal yang aku kirim tuh video kucing kawin yang akhirnya membuat dia misuh misuh berkepanjangan.

Kapan yah, kita mulai belajar mengubah pola pikir kita terhadap hot topic berbau mesum..?

Dan kalo ada yang nanya kenapa aku juga post judul yang mesum..? Karena aku pun suka numpang anget terhadap tren. Cuma aku tak ingin seragam dengan yang lain. Biarin ga nyambung juga, yang penting ada gambar bukti sehingga judul tulisanku ga dianggap hoax.

Puas dah, membikin orang ngebut membuka blog ini dengan pikiran ngeres.
Makan tuh kucing kawin...
Read More

09 Juni 2010

Rewel

Ketika aku balik Jokja beberapa hari lalu, ada satu hal yang berbeda dari kebiasaan nelpon istriku. Biasanya setiap sore aku selalu sempatkan nelpon barang satu jam untuk menjaga komunikasi dengan istriku yang sementara harus berjauhan.

Setelah istri melahirkan, obrolan di telepon tak pernah bisa berlangsung lama. Baru sebentar sudah harus diputus oleh tangisan si kecil. Ngompollah, pengen nenenlah, dll dll. Apapun itu, aku harus bisa menerima sebagai sebuah kenyataan atas kata tanggung jawab terhadap anak.

Selain itu, ada lagi yang turut berubah. Bila dulu, istriku memintaku pulang dengan alasan kangen. Sekarang alasannya anak rewel. Demi anak, aku harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan bolos.
Read More

07 Juni 2010

Ayesha Citra

Apalah artinya sebuah nama akan bersebrangan dengan nama adalah doa. Demikian pula bila dikatakan nama anak adalah hak prerogatip orang tua, kadang harus dibumbui kompromi dengan beberapa pihak yang mungkin tak terlalu berkepentingan.

Seperti ketika orang tua menyarankan nama yang agamis dalam artian berbau arabian, sementara aku lebih suka nama yang berbau lokal. Banyak nama yang disodorkan sebagai harapan akan masa depan anak yang kadang menurutku terlalu berat. Karena dalam falsafah Jawa ada istilah "kaboten jeneng" alias terlalu berat oleh nama. Sehingga dianjurkan untuk membuat nama yang sekiranya akan kuat dibawa oleh si anak sampai akhir hayatnya nanti. Apalagi bila nama berbau arab itu terlalu panjang, bisa-bisa dikira tahlil atau wiridan. Nanti pas anak dipanggil, bukannya menoleh malah jawab amiiin..

Ketika anakku lahir, yang sering kepikiran adalah sosok ibu mertuaku. Makanya aku bilang istriku, bagaimana kalo nama ibu yang dipakai. Itung-itung sebagai ucapan terima kasihku, telah mau membesarkan anaknya hanya untuk aku. Juga sesuai dengan harapan beliau agar berbau arabian, Aisyah. Tapi istriku sempat komplen, ya ga asyik kalo namanya sama. Tar kalo dah gede ada cowok ngapel manggil anakku yang nengok malah neneknya...

Akhirnya harus kompromi ulang. Aku ambil saja versi Parsi nya, Ayesha. Toh masih mirip-mirip dan artinya sama, perempuan. Deal, bu..?

Satu kata sudah terselesaikan dengan mengkompromikan antara istriku dan orang tua. Trus masih ada permintaan lanjutan dari istri. Mengingat aku dan istriku kenal dan janjian untuk menikah di dunia global bernama internet, harus dibawa juga tuh sebagai pengingat kenangan cinta orang tuanya. Halah...

Walau kata maya cocok untuk perempuan, tapi aku kurang suka konotasinya yang cenderung negatif. Apalagi istilah semu mengarah kepada hal yang tidak nyata. Tidak bagus untuk dijadikan harapan. Trus aku juga takut istriku cemburu menganggap aku membawa-bawa nama mantan yang sekarang lagi heboh sama vokalis waterpen itu.

Jadinya aku kepikiran memilih nama citra. Walau artinya identik dengan bayangan, tapi tidak mengkiaskan hal semu yang bernada miring. Lebih dekat dengan kata gambar atau gambaran yang cenderung nyata. Dalam arti kata bayangan pun, tidak diartikan sebagai bayangan benda yang gelap di tembok yang terang. Tapi pencitraan gambar di tempat gelap seperti bioskop misalnya. Jadi bisa dianggap citra merupakan sebuah penerangan indah memapar kegelapan.

Sampai sini, deal lagi neh sama keinginan istri tentang kenangan awal cinta di dunia maya.

Nah, tinggal kepikiran si bos. Beliau orangnya kejawen banget dan hobi untuk urusan hitung-hitungan semacam ini. Seperti ketika istriku hamil tua, aku dikasih berbagai wejangan tentang weton yang baik untuk masa kelahiran saat ini. Aku disuruh rikuwes setiap habis shalat agar anakku lahir hari kamis. Walau merasa ga percaya hari lahir bisa dipesan, aku jalanin aja. Niatku cuma ingin menyenangkan orang lain aja kok. Dan ternyata beneran tuh anakku lahir kamis. Langsung malemnya aku laporan si bos dan dijawab ngakak. Oks banget, ko...

Aku pun inget lagi tentang itungan nama menurut honocoroko dari si bos juga. Aku sempatin hitung juga nama yang sudah deal itu  untuk mengkompromikan pendapat dengan bos Sapto. Toh maksudnya baik juga walau beliau mengambil dari sudut pandang budaya Jawa.

Aku hitung Ayesha jatuhnya 7. Lumayan bagus tuh artinya, karena jatuh pada itungan lungguh. Citra juga jatuhnya 7. Kata per kata itungannya bagus. Tapi kalo digabung kok ketemunya 14. Haduuh... jatuhnya di kata lara alias sakit. Jadinya aku cari-cari lagi. Ingat buntut namaku juga jatuhnya 7. Bila ditambahin kan jadi 21, itungan totalnya jadi bagus banget, karena jatuhnya sri.

Memang dalam budaya Jawa tidak ada istilah nama keluarga atau marga. Tapi gapapalah namaku ikut nebeng disitu. Yang penting wejangan si bos bisa dikompromikan di situ. Lagian siapa tahu anakku nanti harus sekolah ke luar negeri yang suka ditanya nama keluarga.

Ok deh...
Deal dengan Ayesha Citra Nugraha.
Anugrah yang akan menggambarkan sosok perempuan yang sebenarnya.

Semoga...
Read More

Musik Bayiku

Dulu...
Seorang ibu bersalin cukup dibantu oleh seorang dukun bayi dengan peralatan apa adanya. Tidak ada obat perangsang kontraksi apalagi gunting steril untuk menyobek jalan lahir agar persalinan lebih cepat. Untuk memotong tali pusar saja masih menggunakan kulit bambu yang tajam (cara jawanya welad / sundanya hinis..) Tidak ada obat merah untuk menutup luka bekas potongan tali pusar. Cukup menggunakan ludah dukun bayi setelah komat kamit entah baca apa.

Namun cara tradisional semacam itu kadang memiliki nilai tambah yang tak dimiliki oleh petugas medis. Seperti ketika posisi bayi sungsang, ibu tak perlu dioperasi cesar. Cukup dipijat bagian perut oleh dukun bayi untuk mengatur posisi bayi agar bisa keluar. Selain itu, ibu dan anak mendapat fasilitas pijat khusus. Setelah dipijat anak menjadi tidak rewel dan perkembangan otot-ototnya bisa lebih cepat karena terus dirangsang. Ibu juga menjadi nyaman pasca melahirkan. Dan tak lupa ada pijat khusus payudara untuk merangsang air susu ibu agar segera keluar dengan lancar.
Read More

06 Juni 2010

Berita SMS

Jaman memang cepat berubah...

Dulu pesan pendek melalui hape hanya digunakan untuk mengirim pesan yang bersifat biasa. Pesan penting dianggap tak aman. Apalagi yang bersifat undangan atau permintaan, bisa dianggap tak sopan.

Tapi kini semua telah berlalu. Sekarang orang mau ngutang sampai undangan nikah pun cukup lewat sms. Sampai-sampai temenku yang bisnis percetakan kecil-kecilan harus gulung tikar. Dulu orang mau nikah bisa cetak sampai seribu lembar undangan. Sekarang paling 100 biji untuk kalangan tertentu, sisanya cukup lewat pesan seluler.

Read More

Aprilia Hospital Cilacap

Aprilia Hospital, begitu tulisan besar di gedung 4 lantai tempat anakku lahir. Milik dokter spesialis kandungan yang sudah punya cukup nama di Cilacap. Dari gedungnya yang lumayan mewah, aku bisa menilai ada kenyamanan lebih untuk istriku dibanding harus melahirkan di bidan desa atau rumah sakit pemerintah.

Ketika pertama kali menginjakan kaki di lobi yang mirip hotel, aku harus lepas sandal karena melihat banyak sandal dan sepatu berserakan di depan pintu. Jadinya serasa masuk masjid neh...

Karena istriku di lantai dua, aku langsung masuk ke lift dekat loket pendaftaran. Sapaan ramah aku terima di pintu lift dari OB yang sedang ngepel lantai. "Lewat tangga saja, mas. Nanti bingung makainya..."

Buset. Tampang kucelku membuat mereka ga percaya kayaknya neh. Dan selama dua hari di situ, tiga kali aku ditegur petugas karena bolak-balik masuk lift. Dan ketika aku tanya kenapa, jawabnya, "Ini untuk pasien dan emergensi..."

Baru kali ini aku dengar lift hanya boleh digunakan untuk kondisi darurat. Bukannya kalo darurat malah harus lewat tangga..?

Beberapa jam saja di situ, aku mulai menilai kondisi pelayanannya tak ubahnya rumah sakit pemerintah dimana wajah-wajah jutek mendominasi bidan dan perawatnya. Untung saja dokternya begitu baik dan ramah. Tapi tetap saja tak memupus kekecewaanku tentang standar pelayanan.

Sudah pesan ruangan ber Ac, tapi ACnya mati, remotenya entah dimana. Ketika laporan ke petugas jaga, AC baru dinyalakan. Tapi remotenya di bawa lagi. Jadinya ketika malam makin dingin plus hujan, aku harus naik turun cari petugas bagian remote. Ketika aku tanya kenapa remotenya diumpetin, jawabnya, "Takut ilang, pak. Nanti salah pencet malah error..."

Ruang melahirkan terlihat cukup rapi dan bersih. Bahkan di pintu masuk ada tulisan besar, "Ruang Steril". Sampai aku agak ragu ketika mau ikut masuk kesana mengingat pakaian kucelku yang mungkin mengandung banyak virus penyakit. Tapi setelah melihat banyak orang non petugas keluar masuk dengan bebasnya, aku ikut masuk juga. Walau bingung dengan makna kata ruang steril itu.

Di ruang melahirkan ada 4 tempat tidur yang hanya dibatasi tirai plastik. Waktu aku masuk mengantar istri, kebetulan sudah ada satu pasien siap melahirkan. Jadinya aku masuk harus dengan membuang muka sesuai instruksi bidan yang disana. "Ga boleh nengok ke kiri, pak..."

Padahal kalo dipikir ngapain aku liat perabotan orang lain, sementara istriku juga punya. Paling-paling bentuknya ga jauh beda. "Udah ga aneh bu," gitu doang komentarku.

Dua orang melahirkan dalam satu ruangan hanya dibatasi tirai, ternyata tidak baik juga untuk psikologi orang yang mau melahirkan. Jerit kesakitan dari sebelah sempat membuat istriku bilang takut, apalagi ini pengalaman pertamanya. Apalagi pasien sebelah mengalami masalah dan bayinya harus disedot. Aku harus terus mengajak istriku ngobrol dan menguatkan hatinya agar tetap tenang.

Ketuban istriku pecah ketika kondisinya berbaring miring, sehingga air ketuban muncrat ke ruangan sebelah. Karena tirainya tidak sampai lantai, tingginya sekitar setengah meter dari lantai, jadinya ketuban istriku menyiram alat-alat kebidanan tetangga. Eh, kok cuma dilap dan ga diganti baru tuh. Bukan masalah ketuban istriku mengandung banyak penyakit, tapi kesannya kan jadi ga higienis.

Payahnya lagi, ada bidan yang sudah cukup berumur kelihatan judes banget dengan keluhan-keluhan istriku. Meletakan alat dan kursi di samping tempat tidur saja sampai bersuara keras. Untung ada dua bidan muda yang cantik dan kelihatan sabar. Jadinya bisa lumayan menghibur ketegangan istriku. Aku juga jadi rada betah melihatnya. Sayang ketika menangani persalinan, si ibu bidan masih sempat smsan segala.

Malah sampai nelpon juga. Hape diselipkan dalam kerudung deket telinganya dan terus ngoceh sambil sibuk menjahit bekas luka jalan lahir. Pertanyaan tentang dibius apa tidak sebelum menjahit tidak digubris. Padahal tadinya aku mau sekalian pesen, agar jahitnya jangan dihabisin. Sisain buat aku nanti pasca nifas...

Masalah terakhir ketika mau pulang. Bolak-balik ke loket pembayaran, hanya dijawab, "belum beres. Nanti kesini lagi ya..."

Padahal apa susahnya bikin nota secara cepat. Bila memang rinciannya belum lengkap, apa sulitnya mengatakan, "Silakan ditunggu di ruangan. Setelah beres kami akan antar..." Padahal ini mau bayar lho, bukannya mau minta pembayaran BLT.

Menjelang pulang, ibu-ibu yang melahirkan saat itu dikumpulkan di ruang dokter beserta suami-suaminya. Diberi pengajian terlebih dulu dan berbagai nasehat tentang amanat anak. Sayang isinya tak ubahnya copy paste dari pengajian ibu-ibu tiap hari jumat. Dan di akhir acara, tidak ada permintaan untuk memberikan sumbang saran atau kritik terhadap pelayanan rumah sakit.

Walau begitu, aku tak ingin berpanjang kata. Yang penting, anakku lahir dengan selamat dan ibunya juga sehat. Aku tetap mengucapkan terima kasih kepada dr Sutiyono dan seluruh kru yang bertugas. Semoga amal ibadahnya diterima di sisinya.

Semoga tidak ada koin rawins deh dengan tulisan ini...

Read More

04 Juni 2010

Anakku Lahir

Aku cuma menjawab, malas, ketika seorang teman di YM bertanya kenapa beberapa hari aku tidak posting blog. Temanku itu malah menyuruhku pulang kampung, "anaknya udah manggil manggil tuh berarti. dah ingin dijemput ke dunia..."

Aku tak begitu merespon, karena memang perkiraan lahirnya sekitar tanggal 10 - 12 Juni. Tapi belum juga terlelap, istriku nelpon katanya pendarahan. Tapi tanpa mules tanpa sakit. Aku minta periksa ke bidan sebelah rumah dan katanya harus dirujuk ke Rumah Sakit.
Read More

01 Juni 2010

Posting Kok Borongan

Awal bulan yang seharusnya penuh harapan, aku malah pengen ngomel. Beberapa hari ngurus event disambung ngrekap macam-macam untuk laporan bulanan, otak jenuh masuk blog maksudnya untuk cari penyegaran. Nemunya malah posting-posting borongan. Perasaan baru kemaren contactku aku sisain 50 biji, sekarang dah bengkak 60 lebih...

Masa sekali posting bisa menuhin inbox. Mending kalo itu blog yang bisa dibaca-baca sampai detail, ini sekedar quicknote yang kadang terasa ngambang maksudnya. Masih mending juga kalo itu merupakan hasil pemikiran sendiri yang bisa membuat aku membaca ide-ide cemerlang temen. Ini mah cuma kopi pastean dari tempat lain.
Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena