Di saat otak penuh begini, keinginan untuk pulang ke kampung halaman nan permai selalu muncul. Udah gitu istri rajin nelpon nyuruh pulang dengan alasan yang konsisten, anaknya kangen. Trus jagoan yang hampir setahun dipingit, tahu-tahu dah boleh sms lagi. Eh, temen-temen masa kecil yang baru ketauan jejaknya di internet pada manas-manasin pengen ketemu di kampung.
Kampungku terpencil di ujung Jawa Tengah bagian barat, dikelilingi hutan karet yang senantiasa hijau. Banyak orang bilang tidak bikin betah, tapi selalu bikin kangen. Apalagi bila kenangan-kenangan masa kecil bermunculan dalam benak. Wah, hati serasa dibetot segera pulang. Walau harus menempuh perjalanan panjang membajak jalan berlumpur naik ojek.
Ingat waktu kecil yang lebih banyak dijalani di tepi sawah berteman kambing. Atau di hutan karet mencari kayu bakar biar sering diuber-uber Polsus dianggap mencuri kayu. Membuat segalanya tentang sawah dan hutan menancap tajam susah dihilangkan sampai aku besar.
Makanya ketika mulai belajar merantau dulu dan pulang kampung menemui yayang yang setia menunggu, target pertama adalah janjian melepas kangen di tepi sawah. Memandang gemericik air di sungai sambil mencoba mencari cara untuk melepas rindu bak anak kota. Nasib baik datang ketika melihat kambing ortu yang aku tungguin saling bercengkrama menggesek-gesekan muka. Akupun bilang begini, "kambing kalo lagi kangen begitu ya..?"
"Iya kali. Maksudnya apa..?"
"Aku kan juga kangen kamu.."
"Trus..?"
"Boleh engga kalo aku ikutan seperti yang dilakukan kambing kasmaran itu..?"
"Ya boleh aja lah. Emang siapa yang melarang..?"
"Eh, beneran neh, say..?"
"Suer... Lagian itu kan kambing ortu kamu, mau kamu apain juga terserah kamu. Kecuali kamu mau cium kambing tetangga, sebaiknya ngomong dulu ke yang punya..."
Baru saat itu aku sadar bahwa cewek kampung pun perlu rayuan romantis dan tidak bisa todepoin. Mulailah serangan lembut melalui kata-kata klise aku mulai, copas dari novel Freddy S yang ngetop jaman dulu selain Wiro Sableng dan Eny Arrow.
"Yang, jika kau jadi bunga aku rela deh jadi kumbangnya. Kalo aku jadi ikan..?"
"Ya aku rela jadi lautan, mas..."
"Kalo aku jadi monyet..?"
"Aku rela, mas... Suerrr, relaa... relaaa banget nonton topeng monyet gratisan..."
Kampungku terpencil di ujung Jawa Tengah bagian barat, dikelilingi hutan karet yang senantiasa hijau. Banyak orang bilang tidak bikin betah, tapi selalu bikin kangen. Apalagi bila kenangan-kenangan masa kecil bermunculan dalam benak. Wah, hati serasa dibetot segera pulang. Walau harus menempuh perjalanan panjang membajak jalan berlumpur naik ojek.
Ingat waktu kecil yang lebih banyak dijalani di tepi sawah berteman kambing. Atau di hutan karet mencari kayu bakar biar sering diuber-uber Polsus dianggap mencuri kayu. Membuat segalanya tentang sawah dan hutan menancap tajam susah dihilangkan sampai aku besar.
Makanya ketika mulai belajar merantau dulu dan pulang kampung menemui yayang yang setia menunggu, target pertama adalah janjian melepas kangen di tepi sawah. Memandang gemericik air di sungai sambil mencoba mencari cara untuk melepas rindu bak anak kota. Nasib baik datang ketika melihat kambing ortu yang aku tungguin saling bercengkrama menggesek-gesekan muka. Akupun bilang begini, "kambing kalo lagi kangen begitu ya..?"
"Iya kali. Maksudnya apa..?"
"Aku kan juga kangen kamu.."
"Trus..?"
"Boleh engga kalo aku ikutan seperti yang dilakukan kambing kasmaran itu..?"
"Ya boleh aja lah. Emang siapa yang melarang..?"
"Eh, beneran neh, say..?"
"Suer... Lagian itu kan kambing ortu kamu, mau kamu apain juga terserah kamu. Kecuali kamu mau cium kambing tetangga, sebaiknya ngomong dulu ke yang punya..."
Baru saat itu aku sadar bahwa cewek kampung pun perlu rayuan romantis dan tidak bisa todepoin. Mulailah serangan lembut melalui kata-kata klise aku mulai, copas dari novel Freddy S yang ngetop jaman dulu selain Wiro Sableng dan Eny Arrow.
"Yang, jika kau jadi bunga aku rela deh jadi kumbangnya. Kalo aku jadi ikan..?"
"Ya aku rela jadi lautan, mas..."
"Kalo aku jadi monyet..?"
"Aku rela, mas... Suerrr, relaa... relaaa banget nonton topeng monyet gratisan..."
Haha sama mas, saya juga Rindu akan kampung halaman saya di Madiun, dah 3 tahun lebih merantau, (2 thun di Batam, di Samarinda udah 1 thun lebih, yah ampe sekaranglah) kangen Romo biyung ^^,
BalasHapusEh ternyata dapet pertamax, hahaha
BalasHapusWah jauh juga yah. tar bulan depan kalo jadi ke samarinda tak mampir dah. kalo aku sih deket sebenarnya cuma ke cilacap, cuma jalannya itu loh..
BalasHapuskampung halaman adalah menjadi satu tempat yang takkan pernah ditinggalkan sepenuhnya ^^
BalasHapuswahahahaha9
BalasHapuskok ya ini postingan kompak amat ya, udah isinya lucu, pictnya juga lucu.. :D
itu kambing apa kabarnya, bang? :p
hooh inge...
BalasHapuspadahal aku ga lahir disana. cuma numpang dibesarkan saja...
rosa...
BalasHapussalam balik dari kambingku...
Ada-ada aja ngrayu pake baca any arrow Kang ...Xixi...
BalasHapushaaaah...
BalasHapustenar juga si eny
kayaknya semua orang yang berada di perantauan bakal ngerasaain hal yang sama. kangen kampung halaman. saya juga kadang gitu mas. padahal saya sekarang masih di Bali tapi tetep aja homsick. apalagi ntar,. semoga kita bisa bertahan deh di negeri orang.:D
BalasHapuskalo ga tahan di negeri orang, pindah ke negeri binatang yok. hahaha...
BalasHapusaku juga rela nontonya bro
BalasHapusjiahahahahaha
Jawa Tengah sebelah barat? Di mana tuh?
BalasHapusOya, acara nyuim kambing-nya jadi?:D
dimana nya bang? tu t4
BalasHapushihihihih Eny arrow nya ga kuat ah... kekekek
BalasHapustega ah ngomomg rela...:-D
BalasHapuswah attaya... teganyah..?
BalasHapusmilati & umy... di cilacap
BalasHapuseeeeh achen ga buleh nakal yah...
BalasHapusaku juga rela kalo buwe getoh...
BalasHapushehehe