Ada temen di kampung yang menjadi pengajar IT di sebuah SMA swasta. Sudah beberapa kali temanku minta bantuan untuk memblokir situs-situs yang katanya kurang pantas untuk diakses anak sekolah. Sempat aku sarankan untuk menggunakan add on parental control di firefox browser. Tapi katanya lama kelamaan bobol, karena siswa mulai mengerti cara mendisable atau dengan cara menginstal browser lain.
Lalu aku sarankan untuk menggunakan open dnsnya nawala. Ketauan juga cara ganti dnsnya dibalikin ke auto. Trus aku suruh setting DNSnya di modem ADSLnya, jadi tidak bisa dibuka setiap orang. Lagi pula lebih simpel karena tidak harus disetting di setiap PC. Payahnya modem bawaan dari Telkom terlalu sederhana dan tak bisa setting DNS secara manual. Aku suruh ganti modem yang bagus - paling 500 ribuan - dia malah ngeluh. "Sekolah swasta didesa, ga punya anggaran untuk itu. Kamu nyumbang aja sini..."
Akhirnya aku saranin untuk pakai site blockernya ahlul. Tapi dengan tool ini, situs yang akan diblok harus disetting manual. Jadi agak ribet juga karena tidak ada site definition yang otomatis terupdate seperti pada nawala. Apalagi kalo ingat, website aneh aneh itu selalu bermunculan setiap hari.
Masalah lainnya adalah situs semacam itu semakin sulit dilacak dari sekedar nama domain atau word contentnya. Dulu orang memang terang-terangan membuat domain yang mengarah kesitu, juga banyak menulis word content yang spesifik untuk mengejar kata kunci mesin pencari. Tapi setelah banyak yang terblokir, mereka membuat domain yang normal-normal saja. Word content yang aneh-aneh pun makin jarang dipakai. Jadinya pemblokiran akan semakin sulit, karena harus memilah secara manual memisahkan antara web esek-esek dengan web kesehatan, edukasi atau psikologi yang menggunakan kata-kata sama.
Sayangnya anak sekarang pun mulai cerdas memilih kata kunci. Tak lagi mereka menggunakan kata seks, porno, bugil dan yang semacamnya. Cukup ketik kata yang normal seperti cewek sma misalnya.
Merasa kehabisan akal, ketika temanku minta tolong lagi aku cuma bilang. "Percuma ga usah diblok sekalian internetnya. Tapi kendalikan otak anak-anakmu. Kalo perlu arahkan ke website pendidikan seks agar mereka bisa belajar memahami seks secara benar. Kalo dah sering liat gambar orang telanjang, tar juga bosen dan tak menganggap itu sebagai sesuatu yang luar biasa..."
Apapun upayanya, istilah man behind the gun tetap paling efektif. Toh ketika internet di sekolah diblok, siswa masih bisa buka secara bebas di hape atau warnet. Aku pikir jika dibuka sekalian, anak malah akan lebih mudah memahami secara benar. Bahwa seks itu bukan sekedar hubungan badan semata, tapi meliputi banyak cabang kelimuan yang lumayan tebal bila harus dibukukan.
Mungkin ada baiknya sekolah mengadakan diskusi dengan orang tua tentang cara mengkomunikasikan seks kepada anak sejak dini. Cuma masalahnya, apalagi di kampung, orang masih saja menganggap itu hal yang terlarang. Jadinya apa yang disampaikan ke anak cenderung sepotong-sepotong dan banyak hal yang ditutup-tutupi karena ketakutan mereka anaknya mengenal seks terlalu awal.
Padahal bila aku mengingat apa yang ada di keluargaku, seharusnya mereka tak perlu ketakutan soal itu. Aku dibesarkan di keluarga yang sangat terbuka walau orang tuaku termasuk tokoh agama. Dalam banyak hal, orang tuaku lebih banyak memposisikan diri sebagai teman daripada orang tua yang otoriter. Banyak hal dengan mudah aku diskusikan dengan mereka termasuk soal seks sejak aku masih SMP.
Tak pernah ada larangan untuk pacaran atau bergaul dengan banyak lawan jenis. Anak-anaknya jadi tak sungkan ketika membicarakan habis ciuman dengan pacarnya misalnya. Karena pengungkapan itu berasal dari si anak, orang tua akan lebih mudah untuk menjelaskan tentang ciuman dan akibatnya bila sampai kebablasan. Mengenai kehamilan dan tanggungjawabnya juga disampaikan secara gamblang dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Di akhir obrolan baru disampaikan soal aturan-aturan secara keagamaan.
Pelarangan atau pengendalian secara ketat tanpa diberikan gambaran yang jelas dalam bahasa yang dipahami, menurutku justru memancing rasa penasaran mereka. Ketika orang tua tak bisa diajak bicara tentang itu, akhirnya mereka mencari jawaban di luaran. Dan payahnya suka salah informasi dan menganggap seks itu sekedar soal rekreasi. Bukannya sebagai sarana reproduksi yang bertanggungjawab untuk meneruskan kelangsungan hidup manusia. Apalagi dengan adanya luberan informasi katrok dari media masa seperti saat ini, bukannya mendidik menjadi benar. Tapi justru memancing mereka untuk mencoba arah yang salah.
Penanaman nilai agama secara ketat pun menurutku tidak menjamin. Terutama bila mengingat lingkungan dan media kurang mendukung secara penuh. Teramat banyak bukti di sekitar kita, anak yang di rumah begitu penurut dan baik-baik saja, tapi begitu di luar rumah bagai kuda lepas dari ikatan. Tak heran bila orang tua seringkali shock begitu anaknya ketahuan penggemar narkoba atau hamil. Yang disalahkan selalu orang lain yang dianggap mengajak berbuat tidak baik. Padahal kesalahan itu dominan di orang tua yang tidak mampu komunikatif terhadap anak, termasuk hal-hal yang sensitif.
Padahal seharusnya kita menyadari bahwa manusia selalu memiliki rasa penasaran terhadap hal-hal yang belum kita ketahui. Seperti halnya aku dulu suka cewek pakai jilbab, bukan karena masalah agamanya. Melainkan karena rasa penasaran itu. Ketika melihat cewek pakai bikini, aku akan cuek bebek orang dah kelihatan wujud aslinnya begitu. Tapi ketika ada cewek yang tertutup rapat, imajinasiku akan liar membayangkan kayak apa sih dalemannya. Rambutnya panjang atau gundul. Kulitnya mulus atau panuan. Dan sebagainya. Maaf bukan sara. Hanya sebagai contoh tentang rasa penasaran.
Jadi kesimpulannya, tak perlulah pusing-pusing blokir ini itu selama orang tua masih bisa menjadi teman bicara anak. Jadilah pendengar pertama ketika anak mulai memikirkan sesuatu yang berubah tentang dirinya. Kuncinya ga sulit kok. Mau terbuka dan tidak kagetan ketika mendengar cerita yang dianggap tak pantas.
Dan keterbukaan itu bisa mulai dipelajari bersama pasangan sejak awal menikah. Sehingga bila punya anak nanti, kita tak akan kesulitan untuk memulainya. Buktinya aku sudah terapkan bersama istri, rumah tangga jadi damai-damai saja tanpa konflik yang besar-besaran. Termasuk ketika aku buka-buka situs porno dan istri lihat. Tak akan istriku ngambek. Paling banter komentar pendek, "lagi cari inspirasi ya...?"
Hal yang tabu mending dipelajari di rumah dalam pengawasan.
Daripada dilakukan di luar rumah entah dengan siapa.
Itu saja...
Lalu aku sarankan untuk menggunakan open dnsnya nawala. Ketauan juga cara ganti dnsnya dibalikin ke auto. Trus aku suruh setting DNSnya di modem ADSLnya, jadi tidak bisa dibuka setiap orang. Lagi pula lebih simpel karena tidak harus disetting di setiap PC. Payahnya modem bawaan dari Telkom terlalu sederhana dan tak bisa setting DNS secara manual. Aku suruh ganti modem yang bagus - paling 500 ribuan - dia malah ngeluh. "Sekolah swasta didesa, ga punya anggaran untuk itu. Kamu nyumbang aja sini..."
Akhirnya aku saranin untuk pakai site blockernya ahlul. Tapi dengan tool ini, situs yang akan diblok harus disetting manual. Jadi agak ribet juga karena tidak ada site definition yang otomatis terupdate seperti pada nawala. Apalagi kalo ingat, website aneh aneh itu selalu bermunculan setiap hari.
Masalah lainnya adalah situs semacam itu semakin sulit dilacak dari sekedar nama domain atau word contentnya. Dulu orang memang terang-terangan membuat domain yang mengarah kesitu, juga banyak menulis word content yang spesifik untuk mengejar kata kunci mesin pencari. Tapi setelah banyak yang terblokir, mereka membuat domain yang normal-normal saja. Word content yang aneh-aneh pun makin jarang dipakai. Jadinya pemblokiran akan semakin sulit, karena harus memilah secara manual memisahkan antara web esek-esek dengan web kesehatan, edukasi atau psikologi yang menggunakan kata-kata sama.
Sayangnya anak sekarang pun mulai cerdas memilih kata kunci. Tak lagi mereka menggunakan kata seks, porno, bugil dan yang semacamnya. Cukup ketik kata yang normal seperti cewek sma misalnya.
Merasa kehabisan akal, ketika temanku minta tolong lagi aku cuma bilang. "Percuma ga usah diblok sekalian internetnya. Tapi kendalikan otak anak-anakmu. Kalo perlu arahkan ke website pendidikan seks agar mereka bisa belajar memahami seks secara benar. Kalo dah sering liat gambar orang telanjang, tar juga bosen dan tak menganggap itu sebagai sesuatu yang luar biasa..."
Apapun upayanya, istilah man behind the gun tetap paling efektif. Toh ketika internet di sekolah diblok, siswa masih bisa buka secara bebas di hape atau warnet. Aku pikir jika dibuka sekalian, anak malah akan lebih mudah memahami secara benar. Bahwa seks itu bukan sekedar hubungan badan semata, tapi meliputi banyak cabang kelimuan yang lumayan tebal bila harus dibukukan.
Mungkin ada baiknya sekolah mengadakan diskusi dengan orang tua tentang cara mengkomunikasikan seks kepada anak sejak dini. Cuma masalahnya, apalagi di kampung, orang masih saja menganggap itu hal yang terlarang. Jadinya apa yang disampaikan ke anak cenderung sepotong-sepotong dan banyak hal yang ditutup-tutupi karena ketakutan mereka anaknya mengenal seks terlalu awal.
Padahal bila aku mengingat apa yang ada di keluargaku, seharusnya mereka tak perlu ketakutan soal itu. Aku dibesarkan di keluarga yang sangat terbuka walau orang tuaku termasuk tokoh agama. Dalam banyak hal, orang tuaku lebih banyak memposisikan diri sebagai teman daripada orang tua yang otoriter. Banyak hal dengan mudah aku diskusikan dengan mereka termasuk soal seks sejak aku masih SMP.
Tak pernah ada larangan untuk pacaran atau bergaul dengan banyak lawan jenis. Anak-anaknya jadi tak sungkan ketika membicarakan habis ciuman dengan pacarnya misalnya. Karena pengungkapan itu berasal dari si anak, orang tua akan lebih mudah untuk menjelaskan tentang ciuman dan akibatnya bila sampai kebablasan. Mengenai kehamilan dan tanggungjawabnya juga disampaikan secara gamblang dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Di akhir obrolan baru disampaikan soal aturan-aturan secara keagamaan.
Pelarangan atau pengendalian secara ketat tanpa diberikan gambaran yang jelas dalam bahasa yang dipahami, menurutku justru memancing rasa penasaran mereka. Ketika orang tua tak bisa diajak bicara tentang itu, akhirnya mereka mencari jawaban di luaran. Dan payahnya suka salah informasi dan menganggap seks itu sekedar soal rekreasi. Bukannya sebagai sarana reproduksi yang bertanggungjawab untuk meneruskan kelangsungan hidup manusia. Apalagi dengan adanya luberan informasi katrok dari media masa seperti saat ini, bukannya mendidik menjadi benar. Tapi justru memancing mereka untuk mencoba arah yang salah.
Penanaman nilai agama secara ketat pun menurutku tidak menjamin. Terutama bila mengingat lingkungan dan media kurang mendukung secara penuh. Teramat banyak bukti di sekitar kita, anak yang di rumah begitu penurut dan baik-baik saja, tapi begitu di luar rumah bagai kuda lepas dari ikatan. Tak heran bila orang tua seringkali shock begitu anaknya ketahuan penggemar narkoba atau hamil. Yang disalahkan selalu orang lain yang dianggap mengajak berbuat tidak baik. Padahal kesalahan itu dominan di orang tua yang tidak mampu komunikatif terhadap anak, termasuk hal-hal yang sensitif.
Padahal seharusnya kita menyadari bahwa manusia selalu memiliki rasa penasaran terhadap hal-hal yang belum kita ketahui. Seperti halnya aku dulu suka cewek pakai jilbab, bukan karena masalah agamanya. Melainkan karena rasa penasaran itu. Ketika melihat cewek pakai bikini, aku akan cuek bebek orang dah kelihatan wujud aslinnya begitu. Tapi ketika ada cewek yang tertutup rapat, imajinasiku akan liar membayangkan kayak apa sih dalemannya. Rambutnya panjang atau gundul. Kulitnya mulus atau panuan. Dan sebagainya. Maaf bukan sara. Hanya sebagai contoh tentang rasa penasaran.
Jadi kesimpulannya, tak perlulah pusing-pusing blokir ini itu selama orang tua masih bisa menjadi teman bicara anak. Jadilah pendengar pertama ketika anak mulai memikirkan sesuatu yang berubah tentang dirinya. Kuncinya ga sulit kok. Mau terbuka dan tidak kagetan ketika mendengar cerita yang dianggap tak pantas.
Dan keterbukaan itu bisa mulai dipelajari bersama pasangan sejak awal menikah. Sehingga bila punya anak nanti, kita tak akan kesulitan untuk memulainya. Buktinya aku sudah terapkan bersama istri, rumah tangga jadi damai-damai saja tanpa konflik yang besar-besaran. Termasuk ketika aku buka-buka situs porno dan istri lihat. Tak akan istriku ngambek. Paling banter komentar pendek, "lagi cari inspirasi ya...?"
Hal yang tabu mending dipelajari di rumah dalam pengawasan.
Daripada dilakukan di luar rumah entah dengan siapa.
Itu saja...
sangat amat setuju om..
BalasHapustentang pendidikan seks asal di dalam koridornya...
di kampus ku semua web porno di blog pake fortiguard..tapi kalo yang di forum forum masih bisa kebuka...hwe
BalasHapuspada ngapain di bawah pohaon besar??
BalasHapuskalau istilah dalam bahasa jawa
nguyoh nok ngisor wet
salam kenal & salam blogger
terima kasih
wow
BalasHapusSetuju Mas, lebih baek emang memberi mereka pendidikan seks sekalian, dan biasanya emang kalo yang ditutuptutupi bikin penasaran ya...
Yups yang perlu diinstall ulang ntu software otak pornonya ya
BalasHapuskarena bagaimanapun situs2 seperti itu tetep ada
Post yang OK punya bergambarkan yang bikin berhihihihi.... ^^^
BalasHapussetuju banget
BalasHapusdibilang tabu tanpa alasan dan penjelasan semakin menggelitik rasa penasaran yah ^^
Tapi cara masukin link yang di blokir kudu satu persatu ya mas...jadi nggak bisa otomatis...?
BalasHapusps : makasih udah mampir blog-ku mas...
odong-odong...
BalasHapusya gitu deh dong
afis...
BalasHapustetep aja bisa buka selama otak masih mesum...
imtikhan, mau ikut cari wangsit..?
BalasHapusbuwel... cuma susahnya ga semua orang siap terbuka ke anak..
BalasHapusachen punya software yg ga bisa diuninstal ga..?
BalasHapusesya suka pipis di bawah pohon jug yah..?
BalasHapusinge suka penasaran juga ga..?
BalasHapussrex, kalo yang siteblocker emang iya. tapi kalo pake nawala gausah. nawala dah apdetin setiap hari...
BalasHapusYang perlu diperbaiki emang otaknya bukan jaringannya!!!
BalasHapusKalau otak dah parno, pasti ada aja cara2 untuk melakukan hal2 yg berbau parno
shanty... bener banget bu...
BalasHapusIya Oom, yang penting landasan agama harus kokoh-kuat. Ini perlu dibekalkan kepada anak-anak, baik oleh ortu maupun para pendidik.
BalasHapusIni kunjunganbalasan ya Oom
Terima kasih
Salam hangat dari Batam
iya annaura...
BalasHapusmakasih yah...
sipp........
BalasHapuscipox om rawin ah
BalasHapusnimbrung kang,apik tulisane,nggone rika ana sing tek kopas kang,aja jengkel y.....mung nggo koleksi
BalasHapusheheheh
Asal gak setiap hari aja cari inspirasinya mas ... :D
BalasHapusAsal gak setiap hari aja cari inspirasinya mas ... :D
BalasHapuswow ... lagi cari inspirasi yah :D
BalasHapushmmm....
BalasHapusnamannya juga pengen tau...
apapun akan diguakan, lebih baik dibiarkan dan biarkan mereka bosan...
saya aja bosan...
:P
mengeblok situs yang begituan seperti usaha yang sia-sia, karena terlalu banyak dan terus bermunculan ...
BalasHapusMemang 'man behind the gun' itu yang mesti di arahkan ...
mengendalikan otak para pemuda yg sedang dalam masa puber...ibarat mengendalikan buaya...
BalasHapusisi kepala dan hatinya manusia terbentuk melalui rangkaian panjang selama umurnya. Dalam prosesnya, lingkungan membentuknya dan lingkungan terdekat yakni keluarga sebagai dasar pembentukannya. Sungguh, hidayah dari Allah SWT itu memerlukan usaha yang kuat bagi dirinya dan lingkungan yang mencintainya.
BalasHapus