Balikpapan Trip

Perjalanan ke Balikpapan kali ini, sepertinya tidak ada yang terlalu istimewa. Apalagi untuk penerbangan berangkatnya, tidak ada yang aneh sama sekali. Kecuali Lion Air bisa terbang tepat waktu, baru aku berani bilang ajaib. Untuk sekedar bertanya ke kru kabin pun sudah enggan rasanya. Paling banter jawabannya belum berubah, "Kalo cuma telat setengah atau satu jam, belum bisa dikatakan delay, pak..."

Penerbangan pulangnya kali yang sedikit menarik. Soal ketepatan waktu, Mandala memang lumayan bagus. Cuma kayaknya baru kali ini di tengah penerbangan pilot menyampaikan informasi cuaca dan penerbangan pakai kata asalamu'alaikum. Biasanya kan lempeng aja, kecuali bulan puasa.

Yang rada asik malah di Balikpapannya, melihat kondisi lalu lintas yang ramai tapi penuh toleransi. Di Jokja, apalagi Jakarta, mau nyebrang saja rasanya susah banget kalo ga maksa. Disana kendaraan di jalur utama begitu mudahnya mengalah, memberikan jalan kepada kendaraan yang mau masuk jalur atau penyebrang jalan. Padahal menurutku, Balikpapan sudah termasuk kota yang cukup padat untuk urusan lalu lintas.

Trus yang paling asik adalah acara survai lokasi bareng pak Andi. Begitu keluar bandara langsung muter-muter kota naik turun dari mall ke mall. Setiap ada warung atau rumah makan yang menunya aneh, dalam artian di Jokja tidak ada, pasti diajak masuk untuk mencicipi. Dari sekedar kopi, soto sampai masakan entah apa yang rasanya teramat asing di lidahku.

Beberapa kali keluar masuk warung makan, ada satu kebiasaan yang baru aku sadari selama ini. Yaitu pola membaca daftar menu masakan. Secara kasar mungkin bisa dibilang perbedaan antara cara baca orang kaya dan orang miskin.

Bos semacam pak Andi, setiap membaca menu aku lihat selalu dari kolom kiri baru ke kanan. Kadang malah ga pakai baca kolom kanan, tapi langsung tulis pesanan. Itu kebalikan dari kebiasaanku melihat daftar masakan. Yang pertama aku lihat adalah kolom kanan, baru ke kiri. Kadang kolom kiri ga aku baca juga, bila kolom kanan isinya angka-angka yang di luar kemampuan dompetku. Langsung cabut trus cari warteg atau angkringan sego kucing.

Jalan dan makan tanpa henti sampai lewat tengah malam, lalu aku diantar ke hotel yang sudah beliau booking. Sebelum berangkat, sebenarnya aku sudah pesan agar dicarikan penginapan kelas backpacker, agar aku bisa tidur nyenyak. Begitu sampai hotel, langsung deh penyakit culunku kumat. Terutama setelah memeriksa toliet. Ga ada kran, ga ada bak mandi apalagi gayung. Cuma segulung tisu saja menggantung di sebelah closet.

Waaaah...

Bisa cebok naik wastafel lagi neh...