12 Februari 2011

Analogi Platform Terbakar

Ada sebuah cerita tentang seorang laki-laki pekerja rig pengeboran minyak di Laut Utara. Suatu malam, ia terbangun mendengar ledakan keras yang kemudian membakar tempat kerjanya. Ia pun dikepung api yang menyala-nyala, panas dan penuh asap. Ia pun berusaha menghindar ke pinggiran rig. Ketika ia melihat ke bawah, yang ditemukan hanya perairan Atlantik yang gelap dan dingin.

Saat api makin mendekat, ia cuma punya waktu dalam hitungan detik untuk mengambil keputusan. Tetap berdiri di tempatnya dan bakal terbakar habis atau menceburkan diri ke lautan yang dingin 30 meter di bawahnya. Pria yang berdiri di platform terbakar itu harus segera mengambil keputusan.

Ia pun memutuskan untuk melompat. Suatu hal yang memang di luar dugaan. Dalam kondisi normal, pria tersebut tidak akan pernah mau menceburkan diri ke laut yang sangat dingin. Namun, saat ini bukan kondisi yang normal. Laki-laki tersebut akhirnya selamat di perairan yang dingin dan menyatakan bahwa platform yang terbakar itu telah membuatnya mengubah perilakunya.

Kita semua juga begitu, sedang berdiri di platform yang sedang terbakar dan kita harus memilih akan ke mana untuk mengubah kebiasaan.


Itu adalah kutipan memo dari Stephen Elop yang belum setahun menjadi CEO Nokia. Aku sendiri tak pernah mau tahu dengan dia dan nokianya. Namun aku merasa memo itu berarti banyak dan begitu pas dengan kondisiku saat ini.

Lebih jauh lagi, bila dikaitkan dengan carut marut krisis kepemimpinan di negeri ini, memo itu juga juga bisa membuatku kagum. Seorang CEO perusahaan sekelas nokia, begitu jujur mau mengakui kesalahan-kesalahan manajemen di perusahaannya dan berusaha membuat perubahan. Nokia yang selama ini bersikukuh tak mau menjamah OS selain symbian, segera merubah langkah menggandeng windows mobile dan android.

Bandingkan dengan Lapindo, perusahaan yang besarnya mungkin hanya seujung kukunya Nokia. Mengakui kesalahan atas proyek pengeboran miringnya saja tak pernah mau. Malah dilemparkan kepada gempa Jogja 2006 sebagai kambing hitam dan pada akhirnya minta kepada pemerintah untuk menganggap kasus itu sebagai bencana nasional. Sudah jelas kelihatan pengecut begitu, bukannya diusut malah dijadikan pembesar yang ikut serta mengatur pengelolaan negara.

Lebih jauh lagi bila kita lihat penguasa tertinggi negara saat ini, Usilo Fambang Oedoyono. Tak perlulah membuka banyak kasus yang besar-besar macam jayus apa centuri. Ketika menyakiti hati rakyat Jogja dengan kata "monarki", penyelesaiannya cukup dengan diam dan membiarkan publik melupakan itu tertutup kasus-kasus lain di media massa. Tak pernah ada permintaan maaf atas keceplosannya itu. Lebih beratkah bagi seorang pejabat mengucapkan kata maaf dibanding dengan membuat kasus baru sebagai kamuflase agar kasusnya segera terlupakan..?

Kapan aku dan para pemimpinku bisa berpikir seperti Stephen Elop..?

Memo lengkapnya bisa dibaca disini

8 comments:

  1. hahaha...sy suka parodinya....


    yah...memang beda nokia smn lapindo...

    semua yg berjiwa besar pasti mau mengakui kesalahan..beda sm yg berjiwa kacung :D

    BalasHapus
  2. Yupz, aku udah baca tentang Nokia Sob dan akupun kagum karena Perusahaan sekelas Nokia yg sebelum BB dan Android muncul jadi no. 1 mau untuk mengakui kesalahannya dan menerima platform lain dalam produk mereka... Beda banget sama Lapindo yg dimilik Bakrie.... itulah wajah hukum kita Sob.. :P

    Semangat N sukses slalu Brow.. :D

    BalasHapus
  3. nunggu kebakar platformnya dulu kali biar SBY kayak Stephen..
    beda gaya kpemimpinan aja mungkin... yangs atu cepet sadar, yang satu lagi mikir dulu lama baru nyadar belakangan

    BalasHapus
  4. Wah thanks banget udah berbagi cerita yg inspiratif. Dalam keadaan genting memang harus bisa mengambil keputusan yang tepat secara cepat.

    BalasHapus
  5. Analaginya bener2 mantap nih. BTW, aku baru tahu siapa CEO Nokia sekarang.

    BalasHapus
  6. Iya nih Om... lumpur lapindo kok dicuekin gitu ya?

    BalasHapus
  7. Gimana ya rasanya melompat masuk ke dalam air yg dingin?

    BalasHapus
  8. yg terbaik adalah jika melakukan kesalahan lalu menyadari kesalahan tersebut dan memperbaiki diri ^^

    selamat pagi.....

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena