Jadi bego...
Mungkin itu kata-kata yang paling tepat untukku setelah bergabung dengan perusahaan ini. Pengalaman kerja 15 tahun lebih seolah tidak berguna sama sekali dan harus memulai segalanya dari bawah nol. Apa yang pernah aku dapatkan bertahun-tahun sebelumnya dari jabatan tukang gali kabel sampai punya bawahan puluhan orang seperti tidak ada bekasnya.
Walau perusahaan ini relatif masih baru yang wajar bila banyak masalah manajemen disana-sini, tapi bila mengingat perusahaan ini berada di bawah sebuah grup besar dengan puluhan anak perusahaan, tentu ini sangat mengherankan. Bagaimana mungkin masalah besar bisa segera diselesaikan, bila masalah kecil saja selalu dibesar-besarkan. Perebutan kekuasaan selalu terjadi di tingkat manajemen yang diisi oleh keponakan dan keponakan si bos besar.
Struktur perusahaan yang ada seolah hanya lukisan abstrak penghias dinding yang tak pernah diketahui apa maknanya. Para pejabatnya tak lagi menggunakan skill untuk berusaha memajukan perusahaan. Tapi selalu berebut agar menjadi orang terdekat dengan bos besar. Mereka mengatur perusahaan tanpa rasa pede sama sekali, karena dalam setiap kesempatan selalu membawa-bawa nama bos besar. Baru disini aku melihat ada manager yang tak mau koordinasi dengan direkturnya, tapi langsung ke bos grup untuk berlomba jadi penjilat.
Perpecahan terus berakar sampai ke level terbawah sehingga karyawan pun terbagi menjadi beberapa kelompok. Mereka terus saja berebut kepentingan tanpa memikirkan arah jalannya perusahaan. Setiap keputusan yang dibuat manajemen blok barat tak akan dijalankan oleh karyawan blok timur. Karyawan yang sedikit punya otak dan berusaha tidak terbawa arus akhirnya cuma bisa bengong terbego-bego menjadi penonton yang tak bisa bersorak-sorai dalam setiap pertandingan.
Tak heran bila sebulan aku disini, apa yang sebenarnya menjadi pekerjaanku belum bisa aku sentuh. Kepentingan-kepentingan yang saling bertolak belakang terus saja mengintervensi sehingga apa yang aku kerjakan terus saja bongkar pasang tanpa tujuan pasti. Demo dan protes selalu terjadi di level bawah. Rapat dan rapat tanpa akhir terus terjadi di eselon atas.
Sampai akhirnya komisaris utama grup datang kemari dan mempertanyakan pekerjaanku. Ketika aku sampaikan kenapa aku tak bisa bekerja dan memilih untuk pulang kampung, beliau malah memberiku surat tugas khusus untuk membuat konsep sistem IT dengan tujuan meminimalisir perpecahan yang terjadi dan menyatukannya dalam satu sistem terkomputerisasi.
Sempat bingung juga melihat kenyataan seorang komisaris bisa melompati beberapa level kekuasaan di bawahnya dengan menerbitkan otorisasi khusus ke level staf. Dengan surat sakti itu mungkin aku jadi bisa bekerja. Tapi aku sendiri tak yakin bisa maju menembus tembok tembok kepentingan yang ada. Memang banyak karyawan non blok yang mendukung. Tapi aku malah melihat gelagat yang berbeda. Penugasanku malah menciptakan blok baru yang bisa menambah riuh rendah di tempat ini.
Dan yang paling bikin mumet adalah, aku harus merancang konsep sistem informasi perusahaan dari hulu sampai hilir, padahal aku cuma seorang tukang service yang tak pernah sekolah komputer. Untung aku diberi wewenang untuk membentuk tim IT yang pemilihan kandidatnya diserahkan sepenuhnya kepadaku, sehingga kebegoanku bisa sedikit terkamuflase. Aku memang sering begitu pede mengatakan bisa ketika ada orang bertanya tentang sesuatu. Sehingga ketika beban diserahkan sekaligus, bikin pusing juga.
Tapi prinsipku cuma satu. Aku hanya akan berkata bisa hanya untuk sesuatu yang aku bisa melakukannya. Soal hasilnya bagus apa tidak, aku kan tak pernah menjanjikan itu. Lagian salah siapa nanyanya cuma bisa apa engga, bukannya bagus apa tidak hasilnya.
Semoga aku bisa segera membentuk tim yang solid untuk mengembangkan konsep hoax tentang diriku yang sebenarnya gaptek.
Mungkin itu kata-kata yang paling tepat untukku setelah bergabung dengan perusahaan ini. Pengalaman kerja 15 tahun lebih seolah tidak berguna sama sekali dan harus memulai segalanya dari bawah nol. Apa yang pernah aku dapatkan bertahun-tahun sebelumnya dari jabatan tukang gali kabel sampai punya bawahan puluhan orang seperti tidak ada bekasnya.
Walau perusahaan ini relatif masih baru yang wajar bila banyak masalah manajemen disana-sini, tapi bila mengingat perusahaan ini berada di bawah sebuah grup besar dengan puluhan anak perusahaan, tentu ini sangat mengherankan. Bagaimana mungkin masalah besar bisa segera diselesaikan, bila masalah kecil saja selalu dibesar-besarkan. Perebutan kekuasaan selalu terjadi di tingkat manajemen yang diisi oleh keponakan dan keponakan si bos besar.
Struktur perusahaan yang ada seolah hanya lukisan abstrak penghias dinding yang tak pernah diketahui apa maknanya. Para pejabatnya tak lagi menggunakan skill untuk berusaha memajukan perusahaan. Tapi selalu berebut agar menjadi orang terdekat dengan bos besar. Mereka mengatur perusahaan tanpa rasa pede sama sekali, karena dalam setiap kesempatan selalu membawa-bawa nama bos besar. Baru disini aku melihat ada manager yang tak mau koordinasi dengan direkturnya, tapi langsung ke bos grup untuk berlomba jadi penjilat.
Perpecahan terus berakar sampai ke level terbawah sehingga karyawan pun terbagi menjadi beberapa kelompok. Mereka terus saja berebut kepentingan tanpa memikirkan arah jalannya perusahaan. Setiap keputusan yang dibuat manajemen blok barat tak akan dijalankan oleh karyawan blok timur. Karyawan yang sedikit punya otak dan berusaha tidak terbawa arus akhirnya cuma bisa bengong terbego-bego menjadi penonton yang tak bisa bersorak-sorai dalam setiap pertandingan.
Tak heran bila sebulan aku disini, apa yang sebenarnya menjadi pekerjaanku belum bisa aku sentuh. Kepentingan-kepentingan yang saling bertolak belakang terus saja mengintervensi sehingga apa yang aku kerjakan terus saja bongkar pasang tanpa tujuan pasti. Demo dan protes selalu terjadi di level bawah. Rapat dan rapat tanpa akhir terus terjadi di eselon atas.
Sampai akhirnya komisaris utama grup datang kemari dan mempertanyakan pekerjaanku. Ketika aku sampaikan kenapa aku tak bisa bekerja dan memilih untuk pulang kampung, beliau malah memberiku surat tugas khusus untuk membuat konsep sistem IT dengan tujuan meminimalisir perpecahan yang terjadi dan menyatukannya dalam satu sistem terkomputerisasi.
Sempat bingung juga melihat kenyataan seorang komisaris bisa melompati beberapa level kekuasaan di bawahnya dengan menerbitkan otorisasi khusus ke level staf. Dengan surat sakti itu mungkin aku jadi bisa bekerja. Tapi aku sendiri tak yakin bisa maju menembus tembok tembok kepentingan yang ada. Memang banyak karyawan non blok yang mendukung. Tapi aku malah melihat gelagat yang berbeda. Penugasanku malah menciptakan blok baru yang bisa menambah riuh rendah di tempat ini.
Dan yang paling bikin mumet adalah, aku harus merancang konsep sistem informasi perusahaan dari hulu sampai hilir, padahal aku cuma seorang tukang service yang tak pernah sekolah komputer. Untung aku diberi wewenang untuk membentuk tim IT yang pemilihan kandidatnya diserahkan sepenuhnya kepadaku, sehingga kebegoanku bisa sedikit terkamuflase. Aku memang sering begitu pede mengatakan bisa ketika ada orang bertanya tentang sesuatu. Sehingga ketika beban diserahkan sekaligus, bikin pusing juga.
Tapi prinsipku cuma satu. Aku hanya akan berkata bisa hanya untuk sesuatu yang aku bisa melakukannya. Soal hasilnya bagus apa tidak, aku kan tak pernah menjanjikan itu. Lagian salah siapa nanyanya cuma bisa apa engga, bukannya bagus apa tidak hasilnya.
Semoga aku bisa segera membentuk tim yang solid untuk mengembangkan konsep hoax tentang diriku yang sebenarnya gaptek.
semoga berhasil mas...
BalasHapusmemang sulit utk mendobrak begitu banyak pintu kepentingan....setidaknya, jgn lipa pada kepentingan sendiri :D
wah repot memang bila harus bekerja di tempat kerja yang iklim kerjanya tidak sehat ...
BalasHapusPasti bisa, yakin itu sob..selama tidak ada kata menyerah..
BalasHapusamiin turut mendoakan
BalasHapusberjuang terus, semangat terus mas
hehehe iya ternak blog nih
ya semoga tercapai...
BalasHapusbgs jg sih prinsipnya.
karena kan dari kita nggak bisa sama sekali,trus jadi belajar supaya bisa itu gimana2nya...
sukses deh buat kerjaanya ;)
bentuklah tim yang bagus, kalo hasilnya sukses kasih tau saya, nanti saya calonkan jadi presiden. haha
BalasHapusyo kayaknya emang tiap perusahaan selalu punya konflik begituan deh..
BalasHapussemoga sukses merantaunya!