15 Februari 2011

Karyawan Kabur

Banyak orang yang ingin mengadu nasib ke Kalimantan dengan berbagai persiapan pendidikan dan ketrampilan sebagaimana layaknya orang cari kerja di Jawa. Namun sayang, ada sebagian kecil dari mereka yang tak benar-benar menyiapkan mentalnya untuk itu. Sehingga sebulan aku disini, terhitung sudah empat orang teman yang tak mampu melanjutkan pekerjaan dan kembali ke Jawa.

Satu orang minta pulang setelah masuk hutan dan terjadi kesalahpahaman dengan kantor tentang titik koordinat. Ketika membabat semak di lahan yang salah dan dihadang parang oleh warga hutan, dia shock berat. Memang kasus itu bisa berakhir damai dan tidak terjadi hal-hal yang fatal. Namun dia tetap merasa tak mampu untuk melanjutkan pekerjaan.

Teman yang kedua pulang kampung karena stres hidup di hutan yang jauh dari keramaian. Kebiasaan hidup di Jakarta yang apa saja ada membuatnya merasa tak mampu bertahan. Jangankan untuk dugem yang harus menempuh 7 jam perjalanan ke Banjarmasin, untuk sekedar beli rokok pun harus titip sopir atau teman yang turun ke perkampungan. Mau ngejablay di tempat khusus tak jauh dari tambang, dia katanya ngeri melihat jaminan kebersihan dan kesehatan para pelayannya.

Teman yang lain sebenarnya punya posisi cukup enak disini. Walau soal pekerjaan dia "rada bego", tapi karena masih keponakan bos, makanya dapat jabatan lumayan. Sayang dia tak mampu beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan sehingga menganggap dirinya raja kecil yang bisa berbuat apa saja jauh dari pengawasan langsung pimpinan. Walau pernah hampir ditusuk orang kurang waras atas hasutan beberapa pekerja, tapi itu tak membuatnya berubah menjadi baik. Malah diatasi dengan membawa bodyguard kemana-mana. Namun kedekatan dan kepandaiannya menjilat bos yang bisa membungkam orang-orang di bawahnya agar tidak bersuara ternyata kalah dengan sumpah serapah orang banyak di belakang punggungnya. Saat imlek kemarin dia pulang ke Jakarta dan tak kembali lagi sampai sekarang. Kemarin dia telpon ke temen disini agar pakaian dan harta bendanya dipacking lalu dikirim ke Jakarta. jadi bisa disimpulkan, dia ga bakalan balik lagi.

Teman ketiga adalah staf keuangan yang desersi alias kabur tanpa ijin. Kalo boleh dibilang, dia minggat dari sini karena tak tahan atas perlakuan si raja kecil itu. Dari pagi sampai tengah malam hampir tak ada waktu tenang tanpa direcoki celoteh atasannya itu. Ketika bos kecilnya mudik imlek dia beres-beres pakaian dan berpamitan kepada beberapa teman yang dianggap deket saja. Baru saja dia meninggalkan kantor, berita kaburnya itu sudah sampai si bos kecil di Jakarta yang langsung menginstruksikan untuk mencegah dan membawa dia kembali ke tambang.

Aku sempat heran dengan keributan itu. Apalagi setelah aku cek ke temen di bagian keuangan, tidak ada yang salah dengan kas, letop atau uang di brangkas. Yang aku tahu pasti dia pergi karena tak tahan perlakuan atasan, bukannya untuk melarikan uang. Dia terus diancam-ancam melalui telepon dan di Banjarmasin sudah ada orang yang ditugaskan untuk mencegat. Padahal yang aku tahu, dia itu begitu polos dan belum pernah keluar Jakarta sampai-sampai dia tak cukup sekali nanya aku cara pesan tiket pesawat dan harus bagaimana di bandara.

Aku bimbing dia secara diam-diam dengan segala resiko bila ketahuan aku membantu dia melarikan diri. Aku tak lagi memikirkan masa depan pekerjaan lagi. Yang penting buatku adalah bagaimana anak itu bisa selamat sampai ke Jakarta dan tak kehabisan uang bekalnya yang pas-pasan di Kalimantan. Tahu orang-orang si bos kecil berkeliaran di Tamiang dan Banjarmasin, aku arahkan dia ke Tanjung untuk kemudian kembali ke Jakarta melalui Balikpapan. Termasuk aku ajari dia cari calo tiket di Sepinggan ketika dia laporan tiket di malam imlek harganya 1,5 jt padahal duitnya tinggal sejuta. Alhamdulillah dia bisa pulang ke rumah setelah 2 hari jadi buronan di daerah asing. Begitu sampai rumah, aku berpesan agar dia menemui mantan bosnya yang masih di Jakarta itu untuk bicara baik-baik menyelesaikan masalahnya. Toh dia sudah di daerah sendiri dan tak perlu takut lagi akan ancaman seperti yang dia terima selama disini. Eh, baru saat itu dia ngaku akar masalah sebenarnya kenapa dia digangguin terus. Rupanya si bosnya itu jatuh cinta dan dia sempat 2 kali digerayangi saat tidur oleh si bos yang ternyata homo itu. Hahah payah..

Tak cukup dengan 4 orang teman itu, saat ini sudah ada satu orang lagi yang setiap malam mengeluh pengen pulang. Tapi yang ini kasusnya asik. Dia suka cewek sini dan ceweknya juga merespon. Sayangnya dia termakan mitos tentang gadis Dayak yang angker sehingga dia ketakutan sendiri. Apalagi ortunya sudah berpesan banyak-banyak saat dia akan berangkat kemari dengan segudang peringatan agar tidak tergoda cewek sini. Bolak-balik aku nasehatin tentang mitos-mitos itu, tetap saja dia ketakutan. Takut dimarahin ortu, takut ga bisa pulang dan yang paling sadis takut "barangnya" ketinggalan disini bila maksa pulang kampung.

Mungkin memang banyak orang dari Jawa yang tak tahan hidup disini. Cuma herannya, aku kok belum dengar ada yang ingin kabur dari sini karena kangen anak istrinya ya..?

12 comments:

  1. Bisa jadi selanjutnya mas Rawins ini, kabur dari Kalimantan karena kangen ank-istri (libur sementara/cuti) ...

    seru mas ceritanya :)

    BalasHapus
  2. pertanyaan terakhir itu...,,??

    emang sampean mau jadi yang pertama, pak lek....??

    BalasHapus
  3. walah, bosnya homo.. ati-ati pakde..ntar kamu digerayangi juga :D

    BalasHapus
  4. Kalau gak kerasan ikut kabur aja bang,,,,hehheee
    Piss,,,(Bercanda doank kok)

    BalasHapus
  5. banyak kasus kayak gitu bos... harap maklum, mereka kebanyakan pergi ke kalimantan cuman mikirin gajinya doang yang gede. hehe

    BalasHapus
  6. Wah...kok jadi serem gitu ya jadinya :D
    Kasian juga kalo gitu, wajar kalo pada kabur, wkwkwwk...
    Si mas gak ikutan kabur? :D

    BalasHapus
  7. Emang susah kalo kerja di tempat-tempat seperti itu...
    Denuzz punya sepupu yang pulang setelah 6 bulan kerja di sebuah perkebunan di tengah hutan yang jauh dari perkampungan. Katanya gak nahan sama kerasnya hidup...

    Salam sayang dari BURUNG HANTU... Cuit... Cuit... Cuit...

    BalasHapus
  8. Emangnya seseram itu yo mas?
    sampe musti kabur-kabur segala?
    pertanyaan terakhir jawabannya : embuhlah..
    hehe *gak menyelesaikan masalah*

    BalasHapus
  9. Jangankan kerja di pedalaman kayak gitu Mas, disini (Bintan) aja yang masih dekat dg Batam (cuma 15 menit naik speed boat) dan cuma 45 menit ke S'pore, orang masih nggak betah.
    Tapi kalo disini, kebanyakan karyawan kabur karena gajinya yang seiprit (bukan karena kangen anak istri juga) :D

    BalasHapus
  10. saya malah pengen kerja kesana.. :D

    BalasHapus
  11. Bah...mengerikan tp asyik kyknya. Yg ptg ndak berurusan sm bos homo. :D

    BalasHapus
  12. Wah..klo staf keuangannya sudah kabur, hati2 Bang...! kayak2nya si bos kecil lagi ngincer Abang....hehehe

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena