20 Februari 2011

Pengen Pinter

Tak perlulah membuka sejarah terlalu panjang. Dalam setengah tahun ini, semenjak aku memutuskan pensiun dari dunia perlukisan, entah sudah berapa kali aku berganti haluan. Sekian kali aku ganti arah, sebanyak itu pulalah aku jajan buku-buku pelajaran tentang itu. Detil ceritanya memang sudah tercatat di blog ini, tapi malam ini semuanya kepikiran banget dan aku mendadak ingin membuat rangkumannya.

Setengah tahun lalu selepas dari galeri,  aku berniat kulakan batik di pasar Klewer dan mengecerkannya ke kampung-kampung sebagai awal langkah. Aku pun membongkar-bongkar gudang untuk mencari buku-buku lama tentang marketing, karena langkah selanjutnya aku ingin ekspansi tidak sekedar jadi penjaja dari pintu ke pintu. Belum juga itu terlaksana, aku tertahan oleh kerepotan istriku mengurus bayi.

Dari situ aku dapat info dari teman tentang ekspor belut. Mengingat belut termasuk makanan favoritku, aku langsung mengiyakan dan lari ke toko mencari buku-buku tentang belut. Selain cari info di internet aku juga berkomunikasi dengan petani belut untuk mengetahui masalah-masalah yang ada di lapangan. Ternyata semuanya mentok di pengadaan bibit yang baik. Bahkan petugas PPL Deptan pun tak bisa membantu banyak tentang budidaya bibit ini.

Saat mumet itu aku ditelpon temen untuk bantu-bantu pekerjaannya di Jakarta, membuat aplikasi controler hardware menggunakan bahasa C. Sekian lama tak mengutak-atik program, aku kembali berkutat dengan buku tutorial C. Belum juga setengah buku setebal bantal itu terlahap habis, temanku memintaku bantu-bantu macul di lapangan. Terlupakanlah buku belajar bahasa C dan aku beralih mencari buku tentang fibre optic.

Baru aku baca kata pengantar, Merapi meletus dan aku putuskan untuk pulang ke Jogja menjadi relawan di Magelang. Bertugas di garis terdepan membuatku mulai belajar tentang dasar vulkanologi kepada manusia-manusia penjaga gunung. Untuk yang ini aku tak ada niat untuk menjadi pengganti mbah Marijan, tapi sekedar tahu untuk keamananku sendiri saat mendrop bantuan ke garis depan.

Turun gunung, ada penawaran dari komendan ebeg tentang pembangunan website dengan tarif sangat menggiurkan. Aku pun kembali bongkar gudang mencari buku-buku tentang HTML, PHP dan Flash. Merasa sedikit siap tempur aku beranikan diri berangkat ke Batam. Sampai Jakarta malah ada penawaran untuk ke Kalteng mengerjakan proyek networking di tambang batubara.

Dasar mumet, aku malah pilih berangkat ke Kalteng dengan tak lupa mampir ke gramed untuk memborong buku-buku tentang networking dan server linux. Aku sempatkan pula konsultasi dengan temen-temen di STAIN Solo sebelum berangkat. Sampai di Borneo, kenyataan di lapangan berbeda dengan pengarahan dari Jakarta. Aku malah harus bikin software untuk sistem komputerisasi tambang dari hulu sampai hilir. Karena sifat aplikasinya harus online, aku putuskan bikin yang berbasis web agar aku tinggal melanjutkan buku belajar PHP. Untuk belajar pengelolaan databasenya aku harus beli buku lagi tentang MySQL.

Belum juga belajar banyak, perusahaan minta aku membuat aplikasi sementara sebelum sistem online itu berjalan untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi karena pengelolaan yang masih manual. Aku lempar lagi buku PHP dan MySQL, ganti ngelonin buku MS Access karena program sementara itu harus segera kelar.

Belum juga program Access itu beres, perusahaan minta aku mengajukan konsep dan RAB sistem online. Aku pikir pekerjaan itu bisa disambi dengan aku mengerjakan program sementara. Tapi kenyataan di lapangan bicara lain. Dukungan unit kerja lain lumayan susah aku dapatkan. Seperti seharian ini aku tak belajar access lagi, tapi membuka-buka ebook manual tentang aplikasi Global Mapper untuk belajar pemetaan.

Mengingat semua yang terangkum disini, pikiranku melayang ke sekian tahun aku aku berjalan dengan pola hidup yang sama. Belajar tak pernah tamat dan selalu berganti haluan sebelum aku menguasainya secara mendalam. Makanya bila ditanya ini itu bisa apa engga, aku lebih sering mengatakan bisa. Tapi bila ditanya pinter apa engga, sudah pasti aku menggelengkan kepala. Makanya kalo ada orang menanyakan skillku yang sebenarnya dalam bidang apa, dengan lunglai aku akan jawab, "bikin hoax..."

Sampai kapan jalan hidup seperti ini akan berhenti aku jalani dan aku diberi kesempatan untuk menjadi orang yang cukup tahu satu hal tapi mendalam. Makanya aku belum bisa kasih jawaban ketika ada penawaran pekerjaan fotografi dan foto editing dari Batam dan mengerjakan security system dari Balikpapan. Maafkan aku, teman...

Suer, aku lelah...
Aku ingin pinter seperti yang lain...
Bukan cuma pinter bikin enak dan anak doang...

5 comments:

  1. sampai mas Rawins ini sadar lah...

    kenapa pekerjaan yang belum selesai ditinggal gitu aja, ya itu tadi dampaknya beralih-alih ke yang lain. Kalau memang itu tugas dari atasan, keknya kelewatan banget deh.


    Masa ini belom kelar eh disuruh lagi yang lain, tapi selama mas Rawins sendiri enjoy dengan pekerjaan tadi ya monggo...


    bakat melukisnya lumayan kalau bisa diasah lagi,

    BalasHapus
  2. terima kasih mas tuk kunjungan & suportnya, folow bali y, tq.

    BalasHapus
  3. Bukan cuma pinter bikin enak dan anak doang... ---> sungguh, aku ngakak deh bacanya... :D

    BalasHapus
  4. Astaga... apa gak capek berulang kali pindah haluan spt itu? Kalau aku gak bakal sanggup deh.

    BalasHapus
  5. Jadi sekarang masih di Kalimantan ya Om..?

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena