11 Maret 2012

Ke Hutan

#17+

Rombongan sirkus dari kantor pusat akhirnya balik ke Jakarta. Wajah-wajah karyawan site yang selama seminggu masa audit selalu tegang, hari ini kembali cerah. Semalem sudah ada yang kasak-kusuk dengan kepala sarana mau pinjam mobil buat turun ke kota. Sialnya hari ini aku bangun kesiangan, sehingga yang kutemukan di mess hanya kamar-kamar kosong tanpa penghuni.

Daripada bengong aku ajak teman yang ga keluar mess masuk hutan untuk cari buah-buahan. Sudah tidak musim memang, tapi satu dua biji biasanya suka ada yang nyisa. Yang penting hati-hati saat menjarah buah. Salah metik buah milik orang, bisa tunggang langgang diacungin golok sama yang punya.

Biarpun di tengah hutan, ada beberapa bidang tanah yang ada pemiliknya. Status hukumnya memang hutan negara. Tapi secara budaya, ketika seseorang pernah buka ladang di suatu tempat, biarpun bertahun-tahun tidak pernah diurus, secara adat tanah itu menjadi milik anak turunnya. Tidak ada sertifikat ataupun bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan, pokoknya tanah itu sudah dianggap ada pemiliknya.

Pernah aku dua kali diacungin mandau karena salah masuk ke hutan orang. Untung saja aku pernah dibilangin oleh karyawan senior, kalo kena kasus semacam itu jangan lari. Tapi ajak duduk dan tawarin rokok. Makanya setiap masuk hutan, mau perokok atau bukan selalu menyiapkan rokok barang dua bungkus untuk persiapan. Masuk hutan tanpa penghuni beda lagi ancamannya. Bukan acungan mandau, melainkan serangga atau babi hutan. Kalo yang ini mah tidak ada trik khusus untuk mengatasinya kecuali jurus langkah seribu.

Selain cari buah, aku juga mau cari madu hutan. Ibue sempat bilang stok madu di rumah tinggal sedikit. Setiap pulang cuti aku memang suka bawa madu hutan buat anak-anak. Bentuknya memang tidak sekental madu yang di jual di supermarket. Rasanya juga agak asam dan sedikit pahit. Tapi kayaknya lebih bagus karena aku yakin itu asli tak seperti yang suka dijual di Jawa.

Cari madu ini bukan ambil sendiri. Tapi nyari orang Dayak yang suka cari madu di hutan. Ngobok-obok sarang lebah hutan sendiri mana aku berani. Mendingan keluar duit 200 ribu untuk bayarin satu jeriken madu ukuran 2 liter. Soalnya aku pernah sekali disengat lebah hutan dan demam sampe seharian. Bengkaknya malah bertahan lebih lama. 

Andai saja disengat lebah hutan ini cuma kasih bengkak tanpa rasa sakit
Mungkin tiap mau pulang cuti aku rajin ke hutan
Biar ga perlu ke ma erot...



Read More

Kesempatan & Pilihan

#21+

Seorang teman lama yang beberapa bulan menghilang, tiba-tiba menyapa di YM. Seperti biasa saling basa basi menanyakan kabar lalu saling ejek lagi seperti dulu. Di tengah obrolan tiba-tiba dia bertanya, kenapa aku tidak juga berubah sementara teman-temannya yang lain menjauhinya sampai dia memutuskan untuk menghilang dari peredaran.

Oh ya, temanku itu seorang perempuan yang baik, cantik, energik dan begitu menarik. Sebelumnya dia bekerja sebagai pramugari dan suatu saat dia cerita ada penumpang seorang pengusaha tambang yang ngotot menawarinya kerja. Waktu itu aku cuma bisa bilang, kalo peluangnya untuk masa depan lebih bagus kenapa tidak..?

Disitulah awal mula cerita dimana dia beralih profesi menjadi sekretaris. Padahal dia mengaku tak bisa komputer dan tahu internet hanya tentang pesbuk saja. Semenjak itu kehidupannya berubah drastis. Hanya dalam hitungan minggu sebuah apartemen di seputaran HI dan Honda Jazz sudah dia miliki. Aku sendiri tak pernah ambil pusing dengan urusan orang lain apalagi sekedar teman ceting. Diapun tak pernah cerita apapun tentang pribadinya selain becanda tawa seperti biasa. Namun dalam ceting terakhirnya, dia sempat mengeluh sahabat-sahabat karibnya satu persatu menjauh.

Kembali ke soal pertanyaan tadi...
Memang apa keperluannya aku harus berubah atau menjauhi orang lain yang tak mengusik kehidupanku. Ketika dia akhirnya terbuka bercerita kalo dia memang jadi cewek simpanan pengusaha, aku cuma pasang icon nyengir doang. Buatku menjalani hidup adalah sebuah pilihan. Apapun pilihannya aku tak berhak memvonisnya dengan semena-mena sejauh tidak menganggu pribadi dan keluargaku.

Dia bertanya, apakah dia begitu hina sehingga teman-temannya menjauh. Aku hanya jawab, jalan hidup yang kita pilih hina atau tidak, jawabannya bukan di mulut orang lain, melainkan di hati kita masing-masing. Saat hati sudah bicara, bisakah orang lain merubahnya..?

Menjadi baik atu buruk bukan soal pendidikan, moral atau agama semata, melainkan soal kesempatan. Begitu banyak orang baik yang tetap baik atau berubah buruk hanya karena soal kesempatan itu. Dalam hal teman-teman yang menjauh, siapa yang berani jamin mereka tak ambil pilihan yang sama bila kesempatan itu ada di depan mata. Atau bisa juga mereka menjauh karena iri, kenapa kesempatan itu tak jatuh ke tangan mereka.

Aku ceritakan padanya tentang teman lain. Seorang aktifis yang dulu rajin berteriak di jalanan sampai bolak-balik berurusan dengan yang berwajib. Begitu kagum aku dengan kegigihannya membela suara rakyat kecil tanpa mau peduli dengan kehidupan pribadinya. Makin lama namanya makin populer sampai akhirnya ditarik oleh salah satu partai dan berhasil duduk di kursi empuk dengan label wakil rakyat. Namun siapa yang sangka bila suaranya yang masih saja nyaring pada akhirnya berubah nada seiring kehidupannya yang semakin mewah. Sampai dia sempat keceplosan tentang acara "jual suara" nya itu dengan berkata, "Setiap bulan separo gaji resmi hilang, anggap saja sebagai umpan mancing. Toh yang hasil ga resminya sehari bisa lebih dari gaji resmi sebulan..."

Itu hanya sekedar contoh bahwa baik buruk hanya di soal kesempatan. Temanku yang dulu begitu baik, peduli sesama, beragama kuat, hampir tiap tahun naik haji, nyatanya berakhir di kantor polisi karena kasus korupsi. Makanya aku berani bilang, orang baik yang tetap menjadi baik saat kesempatan lewat di ujung hidung mungkin tak sampai angka 10%. Sisanya berubah drastis walau mungkin sebagian besar pandai menyimpan kejahatannya sehingga orang lain tak mampu melihatnya.

Aku ceritakan begitu, si cantik kembali bertanya apa yang sebaiknya dia lakukan saat ini. Pertanyaan yang mungkin mubazir karena aku kembalikan lagi ke isi hatinya. Aku cuma ingatkan bahwa orang-orang seperti pengusaha itu kebanyakan hanya cari hiburan semata. Kecil sekali kemungkinannya untuk menikahi atau tetap menyimpannya sampai akhir hayat nanti. Seorang lelaki baik-baik yang setia dengan satu istripun pasti akan merasakan perbedaan atas casing pasangannya saat pacaran dan setelah menikah. Secantik apapun istri, setelah sekian lama hidup bersama pasti akan terasa biasa dan kembali ke falsafah hijaunya rumput tetangga.

Hanya saja untuk laki-laki tipe itu, rasa sayang dan tanggung jawab ke keluarga selalu diatas segalanya termasuk urusan fisik pasangan. Tentu akan berbeda dengan tipe hidung belang yang biasa bergonta-ganti pispot. Rasa sayang hanya berdasarkan atas kebutuhan selangkangannya saja. Mereka tak pernah memikirkan berapa uang yang sudah dihamburkan untuk membelikan rumah atau kendaraan cewek simpanannya. Saat dirasa ingin ganti menu ya sudah ganti saja.

Aku cuma bisa sarankan untuk tidak hanyut dan terus berpikir bahwa kemewahan itu akan selamanya. Selagi masih ada kesempatan, kumpulkan uangnya dan belajar membuka usaha. Sehingga saat ditinggalkan nanti sudah punya pegangan untuk bertahan hidup. Tetap ingin mewah tanpa susah payah dan mengasongkan diri dari satu bos ke bos yang lain juga ada batasnya. Bagaimanapun juga tubuh perempuan lebih cepat menjadi tua dan takkan selamanya laku ditawarkan mahal.

Saat aku tanyakan dia akan bertahan hidup seperti itu atau mulai belajar berubah, dia malah menjawab justru itu masalahnya. Sudah sebulan ini dicampakkan dan mulai kehabisan uang untuk membiayai hidup mewahnya. Ditanya kata hatinya, cuma dijawab dalam dilema. Berubah sederhana dan kembali bekerja katanya terlalu berat untuk saat ini. Sampai disitu aku langsung bilang angkat tangan tak bisa berkata apa-apa. 

Silakan pilih jalanmu sendiri, teman...

gambar dari google


Read More

10 Maret 2012

Nasib Tukang Blokir

#Semua umur

Ngurus jaringan dan koneksi internet keliatannya memang enak. Tugasnya mengawasi dan membatasi akses karyawan agar tidak menyimpang dari aktifitas perusahaan, sementara dia sendiri bisa berbuat apa saja dengan bandwith yang ada. Tapi namanya juga hidup, yang namanya enak pasti harus ada sisi ga enaknya. Rasanya menyebalkan banget saat dimusuhi user akibat banyaknya website yang diblokir terutama jejaring sosial dan yang berhubungan dengan donlot mendonlot. 

Aku ga ngerti kenapa teman-teman begitu ngotot dengan yang namanya pesbuk. Berbagai macam cara sudah dilakukan untuk memblokir, tapi cara baru untuk membukanya selalu ada. Hal ini yang kadang tidak mau dimengerti manajemen. Kalo dengar ada yang bisa buka website ga jelas, IT yang disemprot dibilang ga bisa kerja. Dianalogikan maling yang selalu selangkah lebih maju dibanding hansip tetap saja ga mau tahu.  

Internet tuh terlalu terbuka termasuk untuk hal-hal semacam ini. Asal ada satu orang yang tahu cara melompati barikade, tak perlu waktu lama segera menyebar ke yang lain. Untuk sekedar membypass blokir, tak perlulah terlalu rumit menggunakan proxy anonim, ultrasurf, hotspot shield atau yang sejenisnya. Buka pake google translate saja bisa lolos kok. Apalagi kalo cuma mengandalkan web proxy yang hanya memblokir port 80, cukup merubah http menjadi https juga sudah bisa kebuka.

Memang ampuh memblokir dengan filter keyword content, tapi admin IT pasti berpikir panjang untuk mempergunakannya. Misalkan keyword *pesbuk* yang digunakan, semua website yang mengandung kata pesbuk tidak akan bisa dibuka. Payahnya sekarang hampir semua website termasuk layanan email yang memasang API pesbuk atau sekedar tombol like atau share. Bisa sih diakalin dengan membuat routing-routing yang panjang berliku. Cuma sayangnya kebanyakan rule semacam ini cukup memberatkan router. Akibatnya saat buka website tertentu aksesnya kadang jadi sangat lambat. Padahal kalo sampe lelet, Jakarta kembali ngomel-ngomel menganggapku ga beres mengelola bandwitdh. Tapedeh...

Sudah gitu, kadang user tuh kaya ngeledek. Kalo berhasil ngebobol blokir pesbuk lewat internet kantor, suka pasang status provokatif biar kebaca orang kantor. Hasilnya aku kena semprot lagi. Lebih kacau lagi saat kantor minta aku lebih preventif mengatasi streaming yang sering bikin koneksi super lemot. Baru aku laporkan situasi terkendali, nongol lipsing ala Sinta Jojo yang dilakukan cewek-cewek operator alat berat di yutub.



Sudah suratan takdir jadi kuli kayaknya. Apapun yang dilakukan tetap saja banyak salahnya di mata manajemen. Nikmati sajalah walau kadang cape juga seperti ga dihargai kerja kerasku. Yang jelas aku jadi kepikiran untuk menuntut ditambahkan tunjangan kambing hitam di slip gaji biar ga merasa teraniaya lagi. Diomelin sejam dihargai sejuta kayaknya cukup lah buatku.

Aku pernah bikin laporan ke HRD untuk mengadakan pembinaan tentang penggunaan internet kantor. Tapi kayaknya cuma dianggap angin lalu oleh sebagian karyawan. Tetap saja ada yang berusaha nyolong-nyolong. Mau usul penerbitan SP, rada panjang aku mikirnya. Selain jumlah tersangkanya terlalu banyak, bisa gawat kalo sampai SP berlanjut ke pemecatan. Tau sendirilah sebagian orang sini tuh kayaknya ga mikir panjang banget untuk main bacok kalo sudah urusan perut, tanpa mau mikir kesalahannya tuh ada dimana.

Pernah ada karyawan yang dapat surat peringatan plus skorsing seminggu. Eh, besoknya tetap saja dia berangkat kerja. Trus aku tanya, "Kok kamu masuk sih..?"
"Saya kan harus kerja, pak.."
"Kan kemarin dapat SP.."

Dengan wajah tanpa dosa dia malah nanya, "SP itu apa sih, pak..?"
"Itu surat yang kemarin dikasih HRD emang ga dibaca.."
"Cuma saya tandatangani trus saya simpan di rumah. Emang kalo dapat SP gaji saya tambah berapa, pak..?"
"Kok tambah gaji..?"
"Kalo saya tanda tangan SPL kan sejamnya dapat 5 ribu.."

Yaah...
Dia kira SP tuh temannya SPL alias Surat Perintah Lembur
Pantesan manager HRD disini ganti orang tiap tiga bulan sekali...







Read More

06 Maret 2012

Luruskan...!

#17+

Satu hal yang menyenangkan sekaligus menyakitkan untuk warga hutan saat rombongan bos dari Jakarta datang ke site adalah dayang-dayangnya. Kayaknya mereka memang direkrut cuma berdasarkan casing doang sampai ga bisa mikir bahwa aku dan teman-teman hidup terisolir. bagi yang belum lama pulang cuti sih ga masalah. Kalo kaya aku yang sudah dua bulan lebih belum ganti oli, apa ga tambah cenut-cenut otak..?
#Judulnya nikmat membawa sengsara tuh...

Kalo lagi santai di guesthouse sih rada mendingan, lihat yang bening bisa jadi hiburan. Gak enaknya saat harus presentasi di depan bos, trus ada yang bersilang kaki pake rok mini. Ditanya apa jawabannya kemana. Paling parah bila tegangan meninggi di luar kapasitas. Kalo MCB kelebihan beban langsung turun ke bawah, ini mah MCB nya langsung ngejeglek ke atas. Mendingan kalo kasus itu terjadi saat si amin berada di posisi yang baik dan benar. Kalo lagi salah posisi, waduh sialan bener dah. Lihat yang kinclong saja sudah membuyarkan konsentrasi. Apalagi sambil menahan sakitnya salah posisi. Beneran berasa di jaman G30S/PKI. 
#Pedih jendral...

Pertolongan pertama pada pernyengsolan biasanya aku atasi dengan menghadap ke papan tulis sambil satu tangan beraksi. Kalo posisinya tidak terlalu parah sih sekali sikat sudah langsung njepat dengan tepat. Sayangnya si otong tidak selalu berada di posisi mudah. Sekali dua kali gagal tak sepantasnya diulangi untuk yang ketiga kali. Bisa ketauan apa gak gawat darurat tuh..? Mau ditaruh dimana muka gua..?
#Naruh jimat aja salah, mikirin naruh muka...?

Saat plan A gagal, plan B-nya adalah pura-pura ngejatuhin spidol atau penghapus. Sambil jongkok ngebelakangin peserta rapat, satu tangan bergerak secepat kilat mengembalikan pegangan hidup ke jalan yang lurus. Dan selama ini masalahku bisa teratasi paling jauh sampai ke rencana B ini. Karena rencana C terus terang aku belum punya.
#Ada ide..?

Hidup memang tak semudah membalikan telapak tangan. Buktinya ketika ada yang hidup, modal tangan doang tak cukup tanpa trik yang jitu. Dengan itu juga aku bisa mengerti bahwa kekuatan iman dan amin memang berbanding terbalik sesuai deret ukur. Pepatah hidup harus dijalani dengan disiplin tertib teratur adalah sangat benar adanya. Makanya aku mulai berpikir untuk melatih segalanya secara displin seperti hansip latihan baris berbaris. Sehingga saat ada yang nyengsol seperti tadi, aku cukup berteriak kasih aba-aba, "luruskan...!"
"Lurusss...!!!"

#Pengen pulang...

NB.
Ga pake pict
Biarin dibilang hoax juga...

Read More

Memberdayakan

#13+

"Saya tidak bisa kalo disuruh bicara. Tapi kalo disuruh bunuh orang, saya bisa. Terima kasih.."
Sepotong sambutan dari warga lokal saat meeting bersama asosiasi pengusaha angkutan.

Salah satu program CSR atau comdev perusahaan adalah pemberdayaan masyarakat lokal agar mereka turut serta jadi pelaku ekonomi. Warga yang tanahnya dibebaskan untuk kegiatan tambang tidak dibayar langsung dengan uang, melainkan diberikan dump truck dengan sistem leasing. Dengan menyerahkan tanah seluas 3 hektar yang per hektarnya bernilai 15 juta, warga bisa mendapat satu dump truck yang kemudian digunakan untuk mengangkut batubara perusahaan dari tambang ke pelabuhan. Hasil perbulan setelah dipotong operasional dan bayar cicilan leasing, pemilik truk rata-rata memperoleh sisa 10 juta.

Tapi yang namanya masyarakat pedalaman, perlu perjalanan panjang agar mereka bisa benar-benar mengerti maksud dari kegiatan comdev tersebut. Ada saja yang menjual atau mengoperalih kepemilikan truknya hanya karena kalah judi untuk kemudian datang lagi ke perusahaan maksa menukar tanahnya dengan truk baru tanpa mau tahu tanah itu masuk konsesi atau mengandung batubara apa tidak. 

Orang sini, saat ngobrol saja sudah terdengar kenceng. Apalagi kalo lagi ngotot minta sesuatu. Padahal masih saja ada yang punya kebiasaan membawa-bawa mandau kemana-mana. Wajar kalo banyak karyawan kiriman dari Jawa yang baru beberapa hari langsung ngacir pulang karena ketakutan. Padahal menurutku, bicara keras itu bukan karena mereka sangar atau sadis. Melainkan karena tradisi lokal sebagai warga tepi hutan yang memaksa mereka untuk bawa golok dan bicara keras. Namanya sudah kebiasaan, wajar kalo mereka kadang lupa bahwa mereka lagi di kantor dan bukan di hutan.

Kebiasaan memaksakan kehendak, aku pikir juga bukan milik orang Dayak semata. Dimanapun adanya, bila merasa jadi yang punya kawasan, pasti ada saja yang bertindak arogan terhadap pendatang. Di Jawa saja yang katanya beradab, kalo ada cewek diapelin cowok kampung sebelah suka dipalakin. Sama saja kan..?

Bukti lainnya aku rasakan saat jawara disini diajak ke Jakarta. Sikap sok jagoannya mendadak hilang tanpa bekas. Jangankan disuruh berurusan dengan preman Jakarta, diajak ngeluyur malam ke kawasan Gajah Mada atau Hayam Wuruk saja langsung lemes dengkul lihat pemandangan indah bertebaran di pinggir jalan.

Lebih keren lagi beberapa waktu lalu ketika ada jagoan yang sakit. Menggunakan ambulans perusahaan sang jagoan dibawa ke RSUD. Dan disana mau ga mau aku harus menahan nyengir saat melihat dia ketakutan dan memelas bilang ga mau disuntik. Padahal badannya penuh tato.

Menanamkan mindset pengusaha juga masih lumayan susah. Masih saja mereka menganggap menjadi karyawan adalah sebuah kebanggan tersendiri. Sudah dikasih dump truck dengan penghasilan lumayan, masih saja suka ngotot minta kerjaan walau cuma jadi helper yang gajinya UMR. Ke anak-anaknya pun mereka memaksakan pemikiran yang sama. Bukannya diajarin mengembangkan usaha angkutan batubaranya, tapi maksa ke perusahaan agar menerima anaknya jadi karyawan walau hanya jadi OB.

Aku saja sempat pusing pada waktu sekretaris humas maksa aku menerima anaknya jadi IT dengan alasan anaknya pinter komputer. Memang benar aku lagi butuh staf untuk mengawasi server dan networking traffic. Tapi kan jadi bete ketika dipaksa harus menerima anak lulusan SMA yang cuma tahu word excel ala kadarnya.

Saat aku laporan ke HRD tidak bisa menerima calon yang diajukan, teman di HRD malah balik mengeluh. Katanya beliau juga sempat maksa memasukkan anaknya ke humas dengan alasan dia butuh sekretaris. Bukan soal kemampuan anaknya yang kurang atau bapaknya yang maksa. Tapi suer, baru saat itu aku dengar ada sekretaris yang minta sekretaris.

Ternyata memberdayakan juga bisa bikin tak berdaya...

Read More

26 Februari 2012

Balik Maning

#Semua Umur

Lama juga aku tak membuat jurnal dan kayaknya sudah terlalu banyak ketinggalan berita dari seleb-seleb blog. Biasanya, makin banyak kerjaan makin banyak cerita yang mengalir. Sela-sela waktu luang di lapangan bisa dimanfaatkan untuk membuat jurnal berlabel mobile post. Malam sambil ngerjain pekerjaan yang bersifat administratif, sangat memungkinkan untuk mengeluarkan unek-unek sekaligus keluyuran mencari gosip di blog teman.
#Itu kan dulu...

Dalam dua minggu ini, beberapa proyek infrastruktur yang sebenarnya sudah diajukan secara bertahap sejak beberapa bulan lalu, PO-nya turun berbarengan. Jadinya pekerjaan numpuk di satu waktu tanpa ada pengunduran target penyelesaian sejak perintah kerja ditandatangani. Waktu istirahat siang lebih banyak di lapangan yang belum terjangkau internet. Ada sedikit sinyal hape tak bisa dimanfaatkan, sejak XPeria tewas dengan selamat dan diganti nokiyem nopekan yang cuma bisa telpon dan sms doang.
#Jaman iped malah pake ngeped..

Malam datang dan begadang dijalani untuk nguber setoran seting server dan bikin website. Yang bisa dilakukan sekedar nengok goplus atau pesbuk sekilas-sekilas. Pekerjaan yang bersifat coding sangat dipengaruhi oleh yang namanya mood. Kalo otak sudah lancar ngerjain script-script aneh, diganggu agak lama seperti buat blogwalking sangat terasa mengganggu. Perlu waktu lagi untuk memanaskan otak saat akan mulai lagi.
#Belagu...

Saat pekerjaan dimulai sosialisasi ke karyawan juga dilakukan secara paralel. Seperti biasa, tugasku mendigitalisasi pekerjaan yang selama ini berjalan manual pasti ada saja perlawanan dari mereka yang merasa nyaman dengan kondisi sebelumnya. Intimidasi fisik sudah bukan hal aneh disini. Seperti ketika aku pasang mesin absen yang menggunakan sensor muka dan sidik jari, baru sehari terpasang sudah mulai ada yang memecahkan casingnya. Pasang CCTV untuk mengawasi mesin absen, ada yang nyamperin dan bilang "percuma besok juga dirusak lagi.." Bukan soal alat rusaknya yang aku pikirin, tapi bingung lihat yang ngomong tuh ga nyadar kalo dia masih pake seragam satpam.
#Kerja lu apa sih..?

Berawal dari keanehan-keanehan sebagian SDM disini itulah kenapa perusahaan menugaskanku untuk mengkomputerisasi segala hal yang memungkinkan untuk meminimalisasi kesalahan manusia. Jangankan soal pengawasan kehadiran, soal tipi saja aku dikomplen satpam. Eh, jangan aneh ya kalo disini IT tuh dianggap superman yang serba bisa ngurus sistem, jaringan, server, radio komunikasi, penangkal petir, genset sampe betulin tipi.
#Hahah katrok...

Nah ceritanya tuh ada yang laporan kalo radio di pos satpam tidak bisa dihubungi. Langsung aku cek ke lapangan kalo-kalo ada gangguan. Ternyata radionya tidak ada di tempat dan aku temukan di kolong meja. Aku tanya satpam yang bertugas kerusakannya gimana. Ealah malah dijawab, "saya cabut saja, pak. Habisnya berisik.."
#Budeg tapi kagetan ya kaya gini...


Adalagi waktu dari general affairs minta tolong pasangin tipi sekalian parabolanya. Padahal waktu meeting ngebahas masalah itu, temen bagian GA harus sedikit ngotot menepis kekawatiran manajemen kalo-kalo dengan adanya tipi di pos, mereka jadi jarang patroli. Eh, pas mau dipasang malah ada anggota satpam yang menolak. Alasannya, "nanti saya jadi ga bisa tidur takut tipinya ilang, pak..."
#Pindah tidur kok minta digaji...


Segitu dulu deh...
Maaf kelamaan menghilang

Read More

14 Februari 2012

Penerimaan Karyawan

#Semua Umur

Mengurus lamaran masuk buat HRD mungkin merupakan hal biasa. Namun disini kondisinya beda. Orang-orang lokal seringkali memaksakan diri minta kerjaan tanpa melihat kebutuhan perusahaan dan kemampuan diri. Intimidasi dan ancaman fisik seringkali dilakukan ketika mereka tidak bisa diterima. Baru disini aku lihat orang ngelamar kerja tidak bawa map atau amplop, tapi mandau.
#Kereeen...

Teman di HRD harus selalu putar otak agar bisa menolak mereka yang tak memenuhi syarat tanpa menimbulkan masalah. Tapi cara mereka menghindar kadang menyebalkan juga. Pelamar yang ngotot dilempar ke bagian lain dengan alasan untuk wawancara dengan user. Kepastian diterima apa tidak dikatakan di tangan user dan HRD bisa cuci tangan. Aku sendiri sudah beberapa kali kejatuhan abu hangat yang ga enak itu. Yang ngelamar sih biasanya kalem, tapi yang nganterin yang ngotot. Biasanya anak lulusan SMK IT yang baru lulus dan cuma melamar jadi helper. Beberapa kasus aku masih bisa lolos. Tapi jadi ada dua temen karyawan yang dulunya akrab jadi ga mau ngomong setiap ketemu gara-gara aku dianggap tak mau bantu menerima adiknya jadi karyawan.
#Sedih juga dimusuhin...

Karena cuma melamar posisi helper, dikasih tes berat pasti bakal jadi masalah. Selalu mereka bilang kewajiban perusahaan untuk melatih karyawan berstatus fresh graduate. Apalagi kalo langsung dibilang ga butuh karyawan, wah bisa runyam urusan di belakangnya. Andalanku untuk menolak adalah tower radio. Aku minta pelamar naik tower 40 meter dan bertahan di atas sampai 10 menit. Yang tidak sanggup atau merasa pusing aku katakan gugur. Alasanku ini soal keselamatan yang tidak bisa diakalin dengancara apapun. Aku tak mau ada karyawan yang jatuh karena pusing saat bekerja. Rata-rata mereka mundur teratur di ujian ini tanpa buntut ancaman.
#Alhamdulillah yach...

Satu lagi andalanku adalah psikotes asal-asalan jaman pramukaan dulu. Cuma modal selembar kertas bergambar seperti diatas tapi sampai saat ini belum ada yang mampu menjawab dengan benar. Kalo ada yang belum tahu, boleh deh nyobain. Itung-itung ngetes kemampuan analisa, pantesnya disejajarin dengan anak TK, SD, SMP apa SMA. Ada satu gambar berisi 4 pertanyaan. Jawab berurutan dari yang bertanda TK, SD, SMP dan terakhir SMA. Yang gagal di level SD, berarti harus balik ke TK lagi.
#Berani gak..?

Pertanyaan untuk anak TK :
Kerjakan perhitungan yang tertera...

Pertanyaan anak SD :
Mana telur yang lebih besar..?

Pertanyaan anak SMP :
Berjalan kedepan, angin bertiup ke belakang, rambutnya bergerak ke arah mana..?

Pertanyaan anak SMA :
Mana tanda + yang paling besar..?

Tes dulu deh kemampuan analisanya. 
Jawabannya tar aku tulis di kolom komentar...








Read More

Kangen Pulang

#Semua Umur

Kangen juga ke anak-anak. Sebulan belakangan ini cuma bisa komunikasi ke rumah lewat chatting doang. Mending kalo bisa buka webcam. Ini mah ajaib banget. Katanya jaman sudah canggih, tarif GPRS mahal tapi ga pernah bisa dapat 3G. Ibue mau kirim foto si Ncit dan Ncip saja susahnya minta ampun. Jadinya harus puas lihat foto-foto atau video yang tersimpan di laptop.

Afikaaa... | Apaaa...? | Aku ga punya pulsaaa...
#Pingsan...


Kata ibue, Citra sudah semakin cerewet dan nakal. Sudah bisa disuruh-suruh tapi diatur juga makin susah. Apalagi kalo urusan mandi hujan, ga bakalan bisa dilarang. Ada bagusnya juga sih. Dia jadi ga gampang sakit terpengaruh cuaca. Citra masih seneng main di kebon bersama ayam. Tapi sekarang sudah makin gaul nurunin ibue. Setiap habis mandi ribut nyodor-nyodorin kunci mobil ke ibue ngajak jalan. Kemana lagi kalo bukan ke mini market beli jajan dan es krim kesukaannya.

Afikaaa... | Apaaa..? | Ini pensil, ini permen mint. Daripada gigit pensil mending gigit indomie...
#Iklan apaan sih..?


Cipta juga makin pinter ngoceh. Makin kelihatan bawaan cool dan kalem dari bapaknya. Dinakalin Citra juga jarang nangis. Mungkin dia ngerti kalo kakaknya bukan bermaksud iseng, tapi karena beneran perhatian. Lihat ada nyamuk di jidat adiknya, buruan ditepok biar ga bentol. Cuman nepoknya kadang pake raket nyamuk. Makanya barang-barang berbahaya harus diumpetin jauh-jauh untuk menghindari kasih sayang yang salah jalan.

Afikaaa... | Apaaa..? | Ada baigon rasa jeruk neh...
#Ibue lempar panci...


Cipta juga tambah bulet dan kalo dijejerin sama kakaknya panjangnya hampir sama. Bayi umur 4 bulan pake baju bekas kakaknya waktu 6 bulan sudah ngatung semua. Kali aja tuh anak rada komplen selalu dikasih baju bekas kakaknya. Nyadar dia cowok, takut ibue keterusan dan lupa ngelungsurin rok Citra juga, makanya cari cara biar dibeliin baju baru. Ibue juga laporan kalo nenennya main kuat sampai kepikiran kasih makanan tambahan ASI.

Afikaaa... | Apaaa...? | Susunya habis nih... | Haaah.. habis..?
#Ayahnya mumet cari tambahan...


Kalo ibue sih ga perlu diceritain juga sudah jelas kaya apa maunya. Kalo sudah ditinggal sebulan, mulai deh alemannya kumat. Dikiranya cuman ibue doang kali yang kangen. Aku juga kangen berat. Apalagi kalo kepala sudah mulai cenut-cenut, makin besar  keinginan untuk buru-buru pulang setor buntut. Walau ibue orang yang sangat sabar, tetap saja saat berjauhan begini kadar sensitifnya rada naik. Namanya juga sayang suami.

Afikaaa... | Apaaa...? | Ada yang baru nih... | Haaah... yang baru..? %$#$%*&%#$@!#
#Kok ngambek..?


Aku ingin pulang...



Read More

13 Februari 2012

Hate Monday

#Semua Umur

Orang suka bilang "i hate monday" aku pikir ada benernya juga. Kerjaanku disini tak kenal hari sabtu minggu apalagi sunah di malam jumat kliwon. Namanya pekerja rooster, yang ada cuma kerja nonstop selama 3 bulan dan dapat cuti 2 minggu. Tak aneh kalo aku suka bengong ketika nelpon ke kantor pusat dengan persiapan matang mau ngomel-ngomel, yang jawab malah satpam. "Ini hari minggu, duuuul... Kantore preiii...."
#Berasa bersin ga jadi...


Kembali ke masa sekolah dulu, rasanya aku juga kurang suka dengan hari senin. Salah satu alasannya karena aku males upacara bendera. Sudah gitu, kalo senin biasanya lebih banyak pelajaran umum. Anak STM jaman dulu sudah biasa menyepelekan pelajaran non kejuruan. Makanya damai banget memperindah hari senin dengan cara nongkrong di terminal atau pasar. Apalagi berstatus anak kos yang setiap minggu pulang. Hari senin berarti masih rada tebel tuh kantong. Sadaaap...
#Eh ini hate bukan ya..?

Setelah kerja, hate monday lebih dominan ke soal susahnya pengen nyaman di senin pagi. Jalanan lebih macet, naik bus harus berebutan, naik kereta atau pesawat tiketnya mahal dan sederet ketidaknyamanan lainnya. Hari minggu yang katanya buat istirahat, seringnya dipake jalan-jalan bareng pacar atau keluarga. Senin pagi yang seharusnya fresh, yang ada badan malah loyo kecapekan. Trus yang namanya karyawan, kerja tiap hari cuma buat nungguin jam 5 sore, hari minggu dan tanggal muda doang. Jadinya tambah capek mikirin akhir pekan yang terasa jauh banget dari hari senin.
#Apalagi yang lagi kasmaran...

Sekarang yang ga punya libur mingguan pun sama. Ngurus infrastruktur vital seperti server dan jaringan memang harus gerak cepat agar tidak diteriakin orang seperusahaan. Saat ada gangguan di jam kerja, tindakan darurat dilakukan dengan prinsip asal hidup dulu walau dengan cara mengacak-acak peralatan. Setelah jam kantor tutup, baru diberesin lagi semua kekacauan yang terjadi agar paginya saat staf kantor datang semua sudah berjalan normal. Ini yang bikin aku sering begadang dan tak jarang sampai pagi ketika ada masalah berat di sistem. Tapi Tuhan kan tak pernah tidur, apa salahnya aku nemenin Tuhan. Aku tak peduli bang haji suka teriak, "begadang jangan begadang... kalo tiada ceweknya..."
#Sungguh terlalu...


Begadang di hari lain, siangnya aku bisa bobo siang rada tenang. Masalah di site kebanyakan bisa diatasi oleh stafku. Kalo begadang di malam senin, paginya di Jakarta kan bos bos pasti meeting. Ga bakalan bisa bobo manis sampai tengah hari. Bentar-bentar ditelpon. Telpon dimatiin, nelponnya ke hape tetangga. Wajar kalo hari senin pagi wajahku lebih sering kelihatan kusut dibanding engganya.
#Emang biasanya manis..?

Eh jangan salah. Biar kerenpeng begini, banyak juga orang yang khilaf memuji. Katanya, kalo dipikir-pikir tampangku tuh kaya bredpit. Sayang kalo dilihat-lihat, katanya kaya sandal jepit...
#Semprull...

Mulai ngaco, dah ah...
Ini hate mondayku...
Mana hatemu...?


Read More

12 Februari 2012

Pasang Surut

#Semua Umur

Hijau kuning kelabu merah muda dan biru...
Lagu anak-anak yang ternyata tak tepat untuk meramalkan cuaca. Dalam jurnal minggu lalu aku sabarkan hati dengan kondisi minggu yang kelabu. Aku pikir minggu ini akan jadi merah muda. Ternyata boro-boro ngepink. Sejak sabtu siang sampai saat ini minggunya gelap gulita dan penuh masalah. Hujan angin bikin antena di tower berantakan. Antena repeater miring-miring, kabel-kabel putus dan sebagian nge-short bikin konslet radio wifi. Listrik byar pet terus, waterpump genset jebol dan local server di workshop down. Jalanan berubah jadi sawah, komunikasi radio mati, internet putus, eh sinyal hape ikut menghilang...
#Emang enak...

Sebagai orang yang selalu bersyukur, semua masalah harus dikatakan untung. Untung hujan jadi aktifitas tambang ditutup oleh bagian safety. Untung hari minggu jadi staf kantor pas libur. Kalo engga, bisa budeg diteriakin orang seperusahaan yang kerjaannya terganggu. Mereka tuh kayaknya suka ga mikir penyelesaian masalah juga butuh proses. Jangan mentang-mentang aku serba untung di segala kondisi jadinya suka seenaknya main teriak. Hujan-hujan naik tower licin. Kalo jatuh dibilang untung jatuhnya ke bawah. Kalo ke atas berabe ga ada warung. Patah tangan, dibilang untung tangannya doang. Kalo mati pun kayaknya masih dibilang untung mati, daripada kepala copot masih hidup apa ga susah kalo mau makan..?
#Amit-amit dah...

Tapi inilah pasang surutnya hidup. Fungsi bagian IT dan CCR yang merambah ke semua unit kerja perusahaan membuat aku kadang merasa besar kepala. Ada sedikit rasa tersanjung ketika banyak bagian yang nyamperin dan minta solusi digital atas permasalahan-permasalahan mereka. Diluar jam kerja pun masih suka dirayu-rayu kalo ada yang mau download gede atau sekedar minta bukain blokir pesbuk atau yutub. Ketika di satu sisi kita diistimewakan, di lain sisi juga harus siap dibanting ke kubangan tanpa boleh merasa hina. Tak bakal bisa ditolak bila roda kehidupan akan selalu berputar.
#Tinggal dijilat dan dicelupin...

Hidup itu intinya menahan diri. Saat berada diatas, kepala harus ditahan agar tidak membesar. Saat dibawah, hati harus dijaga agar tidak sampai menciut. Pepatah mengatakan, asal ada kemauan pasti akan menemukan jalan. Soal jalannya lurus, belak-belok, nanjak ataupun jalan buntu, itu sih sudah nasib bawaan orok. Satu kali jatuh, bangkitlah.! Dua kali jatuh, tegarlah.!!
#Tiga kali jatuh, kalo jalan pake mata oeiii..!

Ketika ada yang memuji, tak perlu mendongakan kepala dan cukup tersenyum. Begitu juga saat ada yang menghina. Jangan balas dengan hinaan tapi tersenyumlah sambil mengacungkan jari tengah. Prinsipnya, dalam hidup kita bisa melakukan apa saja, tapi tidak seenaknya.
#Sosuiiit...

Read More

11 Februari 2012

Dompet dan Kondom

Bimbingan Orang Tua
#Repost


Melanjutkan jurnal kemarin tentang Kondom Dalam Dompet. Aku ingin mengutip sebuah cerita tentang moral yang tenar di Kaskus. Ceritanya begini :

Saya laki-laki yang sangat bahagia. Pacar saya cantik dan kami telah berpacaran selama lebih dari setahun. Namun ada satu hal kecil mengganggu saya, yaitu adiknya lebih cantik. Calon adik ipar saya sering mengenakan rok mini ketat dan kadang tanpa bra. Dia sering membungkuk ketika di depan saya seolah menawarkan pemandangan indah dari bagian-bagian pribadinya.

Suatu hari saya berkunjung ke rumah pacar dan yang ada di rumah hanya calon adik ipar. Kami pun berbincang-bincang berdua sampai kemudian adik ipar saya membisikkan bahwa dia memiliki perasaan khusus. Yah, saya benar-benar kaget dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun saat dia mengajak ke kamarnya. Saya terdiam sejenak lalu berlari menuju ke pintu depan.

Sebuah kejutan terjadi. Pacar dan seluruh keluarganya telah berdiri di luar pintu. Semua bertepuk tangan. Calon bapak mertua memeluk dan berkata penuh haru. "Kami sangat senang kamu telah lulus ujian kecil kami. Kamu ternyata laki-laki yang baik dan tidak mudah tergoda oleh bujuk rayu wanita."

Pesan moralnya : Simpan kondom di mobil. Jangan di dompet...


---

Memang indah bila kita bercerita tentang orang-orang yang bermoral. Bermoral tipis maksudnya. Tapi maksudku di jurnal kemarin bukan begitu. Aku tak peduli orang mau bicara apa karena memang situasi setiap orang pasti berbeda-beda. Kenapa harus menyelipkan di dompet, Aku kutipkan saja dari jurnal lamaku tentang fungsi dompet sudah banyak berubah. Benda yang aslinya untuk menyimpan uang kini berubah fungsi sebagai ruang tamu sekaligus kamar pribadi buat kita. Hampir semua kepentingan pribadi dan sosial kita bisa ditampung disana.
#Kereen...

Isi dompet selain uang, umumnya adalah KTP, SIM, STNK, ATM, foto keluarga, kartu nama orang penting dan tak lupa bon-bon tagihan. Ada juga teman yang menambah penghuninya dengan jimat walau menurutku ini pekok. Jimat yang katanya untuk mempermudah hidup tapi mau ke kamar mandi saja harus cari tempat penitipan dompet.
#Oon...

Apapun isinya, tetap saja kita seringkali buka tutup dompet untuk menyelesaikan masalah dalam keseharian. Apalagi jika berurusan dengan polisi, semua penyelesaian ada di dompet. Langkah pertama biasanya kita buka dompet untuk ambil SIM dan STNK. Tapi ketika itu tidak menyelesaikan masalah, kita suka ingat di dompet terselip kartu nama teman kita yang pangkatnya tinggi di kepolisian. Ketika belum tuntas juga, apa boleh buat, lembaran uang yang ada di dompet harus berpindah posisi ke dompet pak polisi. Ketika uangnya tidak mencukupi, kita pun masih harus membuka dompet dan pergi ATM. Kalo itu masih mentok juga, ya terima saja nasib buruknya. Soalnya jimat tak pernah mempan untuk berhadapan dengan polisi.
#Apalagi kondom...

Hal yang sama juga aku lakukan ketika pulang cuti. Waktu ibue bilang pengen jalan-jalan, aku buka dompet dulu untuk melihat isinya kira-kira cukup apa tidak sebelum menentukan tujuan. Habis makan-makan musti berurusan lagi dengan dompet, walau mungkin cuma untuk ambil KTP ketika uangnya kurang. Sebelum sampai rumah aku mampir ke mini market dan kembali buka dompet untuk beli kondom. Sehingga ketika rasa rindu tak terbendung, semuanya berlangsung dengan aman dan terkendali tanpa harus takut Citra adik baru lagi.
#Amiiin...

Dengan perubahan fungsi itu, dompet berubah menjadi teramat keramat dan sangat pribadi. Dompet telah menjadi identitas seseorang yang sangat luar biasa. Itulah sebabnya kenapa tidak setiap orang boleh memegang atau mengetahui isi dompet kita. Tak jarang kita ngamuk berat ketika ada orang lain menjamah isi dompet kita.
#Apalagi copet...

Karena posisinya yang teramat pribadi dan selalu dijaga ketat sepanjang waktu inilah kenapa dompet selalu aku anggap tempat paling aman walau kenyataannya paling banyak diincar orang iseng. Dompet selalu dekat dengan kita sehingga saat dibutuhkan bisa dengan cepat dijangkau tanpa harus beranjak. Buat yang sudah berumah tangga, tahu sendiri kaya apa rasanya ketika tegangan sudah sedemikian tinggi, harus dihentikan sejenak hanya untuk mencari-cari kondom yang tersimpan di lemari. Memang bisa dipersiapkan sebelumnya. Tapi yang namanya hasrat kadang muncul spontan tanpa mau tahu kita sudah nyiapin kondom di bawah bantal, di atas kulkas atau di atas tipi apa belum. Karena buatku dan ibue Citra, memumpuk rasa cinta itu harus ada variasi dan tak hanya monoton di kamar tidur saja. Ruang tamu, dapur, kamar mandi dan tempat lain asalkan aman bisa dieksplorasi. Jadi dompet tetaplah tempat paling tepat untuk menyimpan barang pribadi tanpa harus kehilangan privacy seperti saat ada tamu datang dan menemukan kondom di bawah taplak meja tamu.
#Amit-amit dah...

Ketika aku kembali ke hutan dan masih ada kondom yang terbawa dalam dompet, anggap saja itu sebuah ujian buatku. Bisakah aku membawa kembali kondom itu ke ibue saat cuti 3 bulan berikutnya. Atau aku harus kehilangan sebuah kata berjudul moral dengan memanfaatkan kondom itu tidak pada tempatnya. Dipake ngejepret babi hutan atau orang utan misalnya...
#Biadab...

Sampai saat ini semuanya masih berjalan positif. Satu-satunya masalah yang agak mengganggu adalah kegemaran Citra mangacak-acak isi dompet. Untung saja dia lebih suka ngeberantakin dompet ibunya karena mungkin banyak kartunya. Kalo sampai dompetku yang dijarahpun ga masalah. Asal jangan menganggap kondomku sebagai permen karet. Toh dalam kondisi terpaksa, kondom itu bisa saja berguna buat Citra. Soalnya dia suka banget mainan balon...
#Daripada ngamuk...

Kira-kira begitu penjelasanku
Semoga makin ga jelas dah...

Read More

10 Februari 2012

Sial di WC

Disturbing Story ++

Hidup dengan banyak orang dari berbagai latar belakang memang susah. Selalu saja ada orang yang jorok dan entah harus gimana ngebilanginnya. Ini entah yang keberapa kalinya aku nemu sisa-sisa beol yang ga disiram. Biarpun mau buang barang yang sama, kalo harus dikolaborasikan di lubang closet rasanya kok bikin enek.
#Menyebalkan...

Kasus menyebalkan lainnya di toilet adalah wc mampet. Ini salah satu hal yang paling aku benci sedunia dan seisinya. Berpuluh-puluh gayung sudah habis buat nyiram, ga masuk juga tuh tai. Apalagi kalo nyiramnya kebanyakan dan lele konengnya malah loncat keluar closet. Lebih apes lagi kalo tugas negara belum beres, airnya habis.  Sumpah, jadi pengen lempar bunga ke petugasnya
#Sekalian potnya...

Pernah juga karena kebelet abis, ga sempat tengak-tengok langsung ngebom. Baru saja menarik nafas lega hajat sudah tertunaikan, eh ga ada air di bak. Langsung dah hati ini senasib dengan bak mandi yang kosong berbunyi nyaring. Mending kalo di wc bule suka ada tisu. Ini di wc terminal yang baunya aja hampir bikin pingsan. Masa ga pake cebok jalan bebek ke wc sebelah yang kali aja ada airnya. Dimana harkat dan martabatku sebagai manusia..?
#Di sepiteng kali...

Bukan barang jorok yang bikin bete adalah adalah antri di wc sambil nahan kebelet. Rasanya bisa lebih pedih daripada sakit hati. Apalagi kalo sedang masuk angin. Penderitaan bertambah musti nahan kentut biar ga menggelegar keluar. Tau sendiri kan yang namanya berak di celana merupakan hal paling sial di dunia. Apa yang terjadi kalo sampe kentut ga tertahankan dan berusaha dikeluarin dikit-dikit, malah keluar sekalian ampasnya. Bisa-bisa harga diri jatuh ke titik terendah sepanjang hidup...
#Apes...

Pernah sampe terjongkok-jongkok nahan sakit perut nunggu giliran. Yang antri sih cuma satu orang, tapi yang didalam kok damai banget ga keliatan keluar. Ga tahan ujung rudal sudah hampir menyentuh permukaan, aku maju melangkahi antrian dan ketok-ketok pintu. Ga ada jawaban. Diteriakin juga tetap hening. Aku tarik pintunya, ternyata ga ada orang. Sambil nahan mules campur nahan mangkel aku tanya tuh orang yang dari tadi berdiri didepan pintu.

"Kosong begini kenapa ga masuk dari tadi..?"
"Maap kirain ada orang. Tuh di pintu ada tulisannya PULL..."


Puuul, coy puuuul
Bukan fuuuull
&^%##%^&

Ada pengalaman lain..?

Read More

09 Februari 2012

Kondom Dalam Dompet

BB 21++

Bukan survai. Hanya pertanyaan iseng kepada teman secara acak yang berbunyi, "apa yang terpikirkan ketika tanpa sengaja melihat ada kondom di dompet seorang teman..?"

Sebagian besar jawaban ternyata mengarah ke hal negatif dengan poin tertinggi pada kata ngejablay dan selingkuh. Ada yang bilang belum cukup umur tapi jawabnya sambil cengar-cengir mupeng. Hanya sebagian kecil yang bernada positif sebagai alat kontrasepsi pengatur kelahiran. Yang positif tapi buntutnya miring-miring ada juga. Katanya demi kesehatan dan sayang istri. Tapi setelah dipertanyakan maksudnya lebih jauh, ternyata definisi sayang itu adalah, "emang gua udah gila apa jajan ga pake sarung. Kalo sampe kena penyakit, kasihan istri yang ga tau apa-apa..."

Atau bayangkan saat kita nongkrong malem-malem di warung, trus dari balik ruangan terdengar suara cowok nanya, "berapa..?"
Lalu dijawab dengan suara lembut cewek, "300 ribu aja deh, mas. Dijamin ga mengecewakan. Mau pake kondom ga..? Gratis deh buat bonus..."
Apa yang pertama lewat dalam benak mendengar kata kondom bila kita tak memeriksa ke ruangan sebelah yang ternyata konter hape..?

Pemikiran negatif itu bukan cuma milik mereka yang memang gemar bertualang saja. Yang aku yakin orang baik-baik pun mikirnya senada bahwa kondom itu untuk mencegah penyakit menular seksual. Pantes saja kalo aku pulang cuti dan mampir ke mini market, mbak-mbak kasirnya suka mesam-mesem. Bisa jadi si mbak menganggap hidungku belang gara-gara melihat belanjaanku. Egepe dah. Asal jangan trus nawarin kamar pas buat nyobain sebelum dibayar. Emang beli baju..?

Buatku, kondom hanyalah alat kontrasepsi biar kasus Citra kesundul Cipta ga terulang lagi. Fungsi kesehatannya tak pernah aku pikirkan karena aku yakin aku dan ibue Citra ga ada masalah disitu. Lebih jauh lagi, kondom merupakan salah satu cara bagi suami untuk ikut bertanggungjawab terhadap keluarga. Dimana umumnya di Indonesia Raya, masalah KB sering dianggap sebagai urusan ibu-ibu.

Aku rasa ada unsur ketidakadilan disini. Dimana bapak-bapak hanya maunya numpak dan enaknya saja. Tuhan menciptakan seks untuk manusia agar ada dua unsur berlainan jenis bisa bersatu dalam kebersamaan. Tidak bisa disebut kebersamaan bila kejadiannya "enak di lu ga enak di gue." Yang ada salah satu pihak merasa terjajah dan payahnya yang paling sering dijadikan korban adalah istri. Banyak suami-suami yang merasa bahwa tugasnya hanya kerja cari duit semampunya. Urus rumah, anak, cari penghasilan tambahan dan lain-lain termasuk urusan KB jadi beban istri. Padahal kenyataan di sekitar kita, cukup banyak acara naik-naik ke puncak gunung yang istri hanya tau lagunya doang tanpa pernah sampai kesana.

Minimnya metode KB untuk laki-laki bukan alasan untuk lepas tanggung jawab tak mau berbagi tugas. Disini aku lihat banyak contoh ketidakkonsistenan laki-laki sebagau suami. Seks dalam rumah tangga yang secara teori disebut nafkah batin, kenyataannya lebih cenderung dipraktekan sebagai pelayanan istri semata.

Penolakan banyak suami terhadap kondom sebagai alat kontrasepsi umumnya pake alasan ribet. Mood yang sudah tegangan tinggi tinggal tarik pedal gas, harus ditahan sejenak untuk pake helm. Kalo KB untuk istri ga bakalan seperti itu. Pil KB yang harus tiap hari ga perlu diminum sesaat sebelum tinggal landas. Suntik bisa 3 bulan sekali. Atau yang bisa tahunan seperti implan atau IUD. Sepintas memang praktis. Tapi suami juga perlu ingat keluhan sebagian besar pengguna kontrasepsi hormonal yang punya efek samping kegemukan dan haid tidak teratur atau sampai lama baru mampet. Nanti melihat body istrinya membengkak atau palang merahnya kelamaan, trus dijadikan alasan untuk tengok kanan kiri. Ga adil kan..?

Alasan lainnya katanya tidak nyaman. Walau super tipis, kondom memang mengurangi sensitifitas syaraf terhadap rangsangan. Alasan ini tidak bisa diterima begitu saja bila melihat kenyataan banyak laki-laki yang menggunakan obat semprot atau oles agar tahan lama dan disebut lelaki perkasa. Obat semacam ini cara kerjanya sama dengan obat bius yang membuat syaraf kulit menjadi mati rasa secara temporer. Separah-parahnya kondom tidak sampai ke level mati rasa. Secara teknis, menggunakan kondom lebih bisa menikmati aktifitasnya dibanding menggunakan obat. Dikaitkan dengan kepekaan syaraf dan efeknya pada daya tahan, walau tak sehebat obat-obatan, kondom juga bisa memperpanjang masa aktif ibadah indah itu.

Ada lagi yang takut istri tidak nyaman. Aku yakin engga deh. Yang aku dengar, keluhan istri umumnya bukan dalam hal dibungkus atau tidak. Tapi pada suami yang keburu layu sebelum istri berkembang. Bila pake kondom bisa menambah durasi tayang, apa alasannya istri menolak. Apalagi sekarang ada kondom tipe dotted yang permukaannya dikasih benjolan-benjolan kecil. Yang oleh ibue Citra cuma dikasih komentar satu kata saja. "Mancaaap..."

Tak perlulah berpikir rumit sampai sebegitunya. Intinya kalo memang ingin disebut suami idaman yang sayang istri, apa salahnya ikut bertanggungjawab untuk tidak membebankan soal sederhana itu ke istri. Ga perlu termakan omongan orang yang ga jelas. Nyobain aja belum sudah teriak ga enak. Kalo awalnya rada kagok itu wajar, namanya juga belum biasa. Toh tak selamanya harus disarungin. Tinggal tanya ke bidan cara ngitung masa subur, bisa kok sekali kali free style full body contact tanpa pengaman.

Sepele...
Namun akan berarti banyak dalam keharmonisan rumah tangga. Jangan terbawa bodoh seperti anehdot jadul yang tenar di kaskus tentang 3 suami yang lagi menceritakan kebodohan istrinya masing-masing.

Suami pertama cerita, "Istriku bodoh banget. Suka masak aja engga, kemarin ribut minta dibeliin kompor gas 2 pintu..."
Suami kedua, "Sama. Istriku pernah minta dibeliin tabung gas 50 kilo. Padahal di rumah pakenya kompor minyak..."
Suami ketiga, "Bodohan istriku. Setiap dinas ke luar kota selalu bawa kondom selusin. Emang mau dipasang dimana..? Dia kan cewek..."
Siapa yang bodoh..?

Jurnal ini perlu dilanjut part 2 gak ya..?

Read More

08 Februari 2012

Telepon

Hampir 3 minggu ga punya hape, komplen mulai berdatangan. Ibue mulai ribut katanya ga enak pacaran lewat ceting. Cape kudu ngetik dan ga bisa disambi kasih nenen si Ncip. Staf kantor mengeluh susah laporan kalo ada masalah, padahal hape staf-stafku semua aktif. Kalo orang Jakarta yang ribut sih aku cuekin. Paling banter aku jawab, "belum ada anggaran. Beliin atuh..."
#Ngarep...


Damai lepas dari salah satu perbudakan teknologi, aku malah jadi inget jaman belum musim hape dulu. Telpon koin jadi andalan. Itu pun lebih sering buat nelpon ke radio buat kirim-kiriman lagu. Teman yang punya telpon rumah masih bisa dihitung dengan jari. Mau interlokal harus rela antri di wartel. Seringnya nunggu jam 8 malam biar tarifnya murah. Makanya sempat sebel ketika Telkom memundurkan jam diskon 75% nya jadi jam 11 malam.
#Kejam...

Waktu itu punya telpon rumah kadang jadi bencana juga. Tetangga dengan damainya membagi nomor telpon rumah kita ke temen atau saudaranya. Maksudnya sih buat persiapan kalo ada berita penting. Tapi sering juga yang nebeng terima telpon malam-malam malah buat pacaran. Suka sebel kalo ada yang nelpon minta bicara sama tetangga tapi ga tahu diri. Dibilangin sudah malam apa hujan pake ngotot katanya penting. Disuruh ninggalin pesen, masih ngeyel katanya sudah ngantri di wartel dari sore. Sambil ngantuk nyamperin ke rumah tetangga, malah disemprot, "sudah malam. Suruh nelpon besok saja..."
#Somprettt..


Sekolah ke kota, setiap cari kos-kosan selalu nanya ada telponnya apa engga. Maunya sih biar enak kalo ortu mau ngubungin. Padahal kenyataannya malah sok jadi ribut sama temen. Kalo ada yang nerima telpon agak lama selalu direcokin temen nyuruh buruan tutup karena dia juga lagi nunggu telpon masuk. Ada juga kos-kosan keren yang kasih fasilitas telpon ke setiap kamar walau cuma bisa terima doang. Tapi karena cuma satu nomor di paralel, kalo lagi ngobrol sayang-sayangan, semua warga kos bisa nguping. Agak payah kalo yang nelpon dari kampung kasih tahu udah kirim wesel, dijamin besoknya pada ribut minta traktir.
#Parah...

Sekarang sudah ada hape dimana komunikasi bisa lebih privasi, tetap saja ada sisi dimana privasi terganggu. Saat-saat dimana seharusnya waktu khusus untuk keluarga, bolak-balik diusilin urusan kantor. Lagi mumet ngurus kerjaan ga beres-beres, ada aja yang gangguin nawarin asuransi, kredit tanpa agunan atau urusan ga jelas lainnya. Kayaknya mendingan balik ke jaman Jepang, nelpon cukup pake kaleng susu dikasih benang.
#Katrok...

Bisa jadi gara-gara pemanfaatan kaleng susu jadi telpon itulah kenapa pemerintah lebih menganjurkan ASI. Air Susu Ibu lebih baik daripada Air Susu Umum. Higienis, menyehatkan, murah dan penyajiannya cepat. Bagus banget terutama buat anak-anak. Kalo susu kaleng, yang minum susu biasanya bapaknya. Anak cuma kebagian kalengnya buat mainan doang. Kalo susu ibu kan anaknya yang minum susu dan bapaknya... 
Halah melenceng dari topik. 
Sudah dulu ya...
#Ngaco...

Read More

06 Februari 2012

Pacaran

Perasaan aku tuh orang kota yang cuma sementara doang tinggal di hutan. Tapi setiap turun ke kota, tetap saja suka kaget dengan lingkungan yang mendadak terasa asing. Yang paling terasa adalah soal makanan. Tiap lihat warung makan pengennya masuk dan segala dicicipin. Apalagi kalo nemu mall. Sering lupa kalo jatahku sebulan dari ibue cuma 500 ribu doang. Gesek sana gesek sini tanpa mikir bulan depan tagihan kartu kredit bengkak.

Terisolir di hutan jarang banget lihat tipi, kadang kaget melihat tingkah polah anak-anak kota. Sempat bengong liat ababil alay jongkok di jalanan. Kirain kebelet ga sempat nyari wc umum. Tanya temennya yang nungguin di trotoar, katanya cuma mau nyegat cewek incerannya buat menyatakan cinta, hoeks...

Ga tau deh harus komentar apa. Tayangan tipi sudah meminggirkan kearifan lokal yang dulu menjadi tuntunan anak muda. Payahnya sebagian masyarakat kita mulai bisa menerima itu sebagai norma yang berlaku di masyarakat. Anak sekolah ciuman di pinggir jalan kayaknya sudah bukan hal aneh lagi. Makanya aku suka nyesel jadi abg jadul yang mau ngapel saja harus bawa buku dengan alasan belajar bersama. Boro-boro bisa nyium, duduk saja bersebrangan meja. Senggolan kulit dikit aja rasanya teramat luar biasa. Apalagi waktu ngeboncengin pake sepeda dan harus ngerem mendadak ada kucing nyelonong. Bekas benturan empuk di punggung sampe 3 hari masih terasa.

Biarpun jaman abg aku terlalu jadul, tapi kan pernah pacaran sekeren anak-anak sekarang. Ga cuma malem minggu doang ciuman berpelukan, tapi tiap hari tiap waktu selalu bercinta. Gara-gara ngebut kenal sebulan langsung menghadap penghulu, awal perkenalan yang harusnya dipake PDKT malah sibuk urus ini itu nyiapin acara kawinan. Jadinya baru bisa pacaran setelah nikah. Haha katrok..

Cerita soal jaman sebelum nikah, jadi inget sama teman-teman se geng di Jogja dulu. Bertiga kompakan banget dalam banyak hal, kecuali soal pacaran. Yang satu lagi kasmaran bisa naklukin cewek idamannya setelah berjuang berbulan-bulan. Yang satu pacaran jarak jauh karena ceweknya jadi TKI. Dan yang terakhir alhamdulillah masih jomblo.

Perbedaannya terlihat waktu malem minggu. Yang satu asyik berduaan, yang satu senyum-senyum didepan laptop, satunya lagi ngremes-remes tisu nonton orang pacaran. Saat yang satu lagi pacaran sambil main gitar, yang satu sibuk menulis lagu untuk sang pacar. Yang terakhir ga mau kalah menenteng gitar nyamperin, "ngamen di Malioboro yuk..."

Ketika yang satu ngetik sms i love you, satunya ngetik i miss you, yang satu juga sibuk ngetik sms. Tapi bunyinya reg spasi jodoh. Pas lagi ngumpul bertiga trus nemu cuaca panasnya luar biasa, yang satu nelpon pacarnya "panas banget, beb. Ke Kaliurang yuk.."
Yang satu buruan sms, "udah dulu ya, say. Panas neh, pengen ngadem ke Kaliurang.."
Satunya lagi nelpon, "panas ki, mbok. Jadi jemur kasur gak..?"

Halah..
Cerita sindrom saba kota kok jadi ngomongin orang pacaran...?
Sudah dulu ah, mau ceting sama ibue
Misyu, bu...
Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena